Qin Shu berjalan ke meja rias dan duduk di depan cermin. Dia mengangkat tangannya untuk merapikan rambut sebelah kanan ke belakang telinga. Bekas luka di sudut matanya telah hilang sepenuhnya. Kulit baru di area itu sangat putih dan sama dengan kulit di sekitarnya, persis seperti sebelum dirusak.
Semua ini karena cakaran Bazong mengenai bekas lukanya.
Qin Shu tiba-tiba teringat kalau Bazong juga pernah mencakar Qin Ya. Entah bagaimana keadaaan wajahnya sekarang.
Ning Meng lah yang merawat Bazong selama beberapa hari Qin Shu tidak ada di rumah.
Qin Shu menoleh ke arah balkon. Bazong sedang bermalas-malasan. Kucing itu tertidur di kandangnya dan berjemur di bawah sinar matahari.
Qin Shu berpikir sebentar, lalu memutuskan untuk berdiri dan berjalan menghampirinya.
Sesampainya di sebelah Bazong, Qin Shu membungkuk dan mengangkat tubuh Bazong ke dalam gendongannya. Kemudian, dia duduk di atas kursi dan meletakkan kucing itu di atas pahanya.
Bazong terus menutup matanya dan menyembunyikan kuku-kukunya rapat-rapat selama digendong Qin Shu. Bazong takut berada di dalam gendongan wanita gila ini. Gara-gara masalah sepele saja, wanita ini langsung mau mencabuti cakar mungilnya.
Tatapan Qin Shu tertuju pada tangan bagian depan Bazong dan menyadari kalau kucing itu menyembunyikan kukunya di balik telapak kakinya.
Dia berkata pelan, "Bekas luka di pipiku telah menghilang sepenuhnya setelah terkena cakaranmu. Katakan padaku, apa cakarmu itu memiliki efek menghilangkan bekas luka?"
Bazong tiba-tiba membuka matanya dengan tajam. Dia menyembunyikan cakarnya lebih dalam lagi.
Qin Shu dapat merasakan reaksi Bazong yang ketakutan. Dia berujar kembali, "Kalau begitu katakan padaku, bagaimana dengan wajah Qin Ya?"
Bazong semakin meringkukkan tubuhnya di atas paha Qin Shu. Mata bulatnya yang berwarna hijau tua berkedip-kedip, tidak berani menatap Qin Shu, lalu dia mulai mengeong.
"..."
Qin Shu merasa bahwa menanyai seekor kucing sungguh tak berguna. Dia sungguh konyol, bisa-bisanya dia menanyai hewan mungil seperti ini? Bahkan dia sendiri juga tidak tahu arti kata 'meong' seekor kucing.
Besok, Qin Shu akan tahu bagaimana kondisi wajah Qin Ya begitu dirinya pergi ke sekolah.
…
…
Qin Shu baru saja selesai mandi. Saat sedang berjalan keluar dari kamar mandi, dia terkejut ketika melihat Fu Tingyu sedang duduk di sofa di ujung ranjang.
Mungkinkah Fu Tingyu masuk ke kamar ini saat Qin Shu masuk ke kamar mandi?
Pria itu mengenakan setelan hitam resmi yang telah disetrika dengan sangat rapi, bahkan tidak tampak kerutan sedikit pun meskipun telah dipakai sepanjang hari.
Seluruh kancing sudah dikancingkan, bahkan sampai bagian paling ujung sekalipun. Ini menunjukkan kalau seorang Fu Tingyu serba perfeksionis dalam segala hal, baik dari segi penampilan atau apapun.
Fu Tingyu mengangkat matanya yang gelap untuk menatap wanita yang baru saja keluar dari kamar mandi. Qin Shu mengenakan baju tidur. Rambut panjangnya basah kuyup dan tergerai bebas di bahunya. Ujung rambutnya masih meneteskan air.
Setelah mandi, pipi Qin Shu memerah, warna bibir atas dan bawahnya tampak sedikit tidak cerah, serta alis dan bulu matanya masih basah.
Pandangan Fu Tingyu akhirnya jatuh pada bekas ciuman di tulang selangka Qin Shu, membuat sorot matanya terlihat semakin dalam.
"Aku hendak pergi ke ruang kerja untuk mencarimu. Apa semua urusanmu sudah selesai?" Qin Shu memakai sandal katunnya dan melangkah ke arah Fu Tingyu.
Fu Tingyu mengulurkan tangannya dan membawa wanita di depannya itu ke dalam pelukannya. Aroma sabun mandi mengalir ke hidung Fu Tingyu. Aromanya sangat enak
"Sayangku, kau ingin pergi ke sekolah?" kata Fu Tingyu dengan suara rendahnya.
Qin Shu mengangguk. "Ya, aku ingin membuat orang-orang yang telah merendahkanku tahu bahwa aku, Qin Shu, juga bisa mengikuti ujian masuk Universitas Kekaisaran Taihoku dan diterima di universitas tersebut."
Terlebih lagi, anak kecil bernama Fu Tingyan itu selalu saja mengejeknya.
Fu Tingyu mengangkat sudut bibirnya dan tersenyum penuh arti, seolah ingin melihat ide apa lagi yang ada di dalam benak Qin Shu.
"Apa sayangku lupa kalau kamu pernah mengatakan hal yang sama dua bulan lalu?"
Qin Shu tertegun.
Dia mencoba mengingat kembali kata-kata yang pernah dia ucapkan dua bulan yang lalu.
Dia sepertinya mengatakan sesuatu yang mirip dengan kata-kata ini demi mendapatkan kebebasan dan bisa bertemu dengan Shen Zhazha (si sampah).
Jadi, kali ini Fu Tingyu juga mengira kalau dirinya ingin pergi ke sekolah karena ingin bertemu Shen Zhazha?
"Suamiku, bisakah kita melupakan kecurigaanmu dari yang sudah-sudah dan berhenti mengungkit semua masa lalu? Aku benar-benar ingin pergi ke sekolah untuk diriku sendiri. Kamu terlalu luar biasa sempurna untukku hingga membuatku merasa malu, karena aku memiliki sangat banyak kekurangan. Saat aku pergi denganmu, aku harus berjalan dengan kepala tertunduk karena tidak percaya diri."
Qin Shu berkata perlahan-lahan, dengan pandangan ke bawah dan suara yang penuh dengan rasa rendah diri.
Sorot mata Fu Tingyu tampak berkilat saat dia mendengar Qin Shu kembali memanggilnya dengan sebutan 'Suamiku'. "Sayangku adalah wanita paling sempurna. Siapa yang berani merendahkanmu?"
"Siapa yang juga berani merendahkan langsung di hadapanku?"
Bukankah semua orang selalu membicarakan keburukan orang lain di belakang mereka?
Fu Tingyu merenung sebentar, lalu berkata, "Sayang, kamu boleh pergi ke sekolah kalau benar-benar menginginkannya, tapi ada syaratnya."