Sepertinya Fu Tingyu sudah menyerah terus menerus mengekang Qin Shu. Ini juga berarti bahwa ada kesempatan bagi Qin Shu untuk dapat pergi ke sekolah.
Qin Shu bersedia mematuhi apapun persyaratan yang akan diberikan Fu Tingyu.
"Katakan apa syaratnya. Aku berani jamin, aku pasti akan menyetujui apapun yang kamu perintahkan."
Sorot mata Fu Tingyu tampak gelap saat dia mendengar jawaban lugas Qin Shu. "Tidak boleh tinggal di asrama sekolah. Tidak boleh terlalu dekat dengan lawan jenis. Selain itu, kalau sampai tidak lolos ujian masuk Universitas Kekaisaran Taihoku, kamu tidak boleh pergi ke sekolah lagi."
Fu Tingyu semakin mendekatkan tubuhnya ke Qin Shu dan berujar dengan suara lembut. "Apa kamu mengerti, Sayang? Ini adalah kesempatan terakhirmu."
Jika nilainya masih sama buruknya seperti sebelumnya, maka artinya Qin Shu pergi ke sekolah dengan tujuan lain.
Jika dia mendapat nilai yang benar-benar bagus dan berhasil masuk Universitas Kekaisaran Taihoku, maka kemungkinan ada dua alasan.
Mendengar permintaan tegas dari pria yang sangat berkuasa ini, Qin Shu hanya bisa mengangguk setuju, meskipun sebenarnya dia sendiri juga tidak yakin apa kali ini dia bisa langsung lolos.
"Aku berjanji aku bisa melakukannya. Aku akan menunjukkan hasil ujian yang bagus kepada suamiku. Aku tidak akan mengecewakanmu."
Fu Tingyu menatap wanita di depannya dalam-dalam. Qin Shu berani mengucap janji dengan bersungguh-sungguh. Jika wanita kesayangannya ini terus melakukan ini, dan bahkan meskipun ternyata semuanya hanya kebohongan, sebaiknya kebohongan ini jangan sampai ketahuan olehnya. Jika tidak...
Qin Shu menarik tangan Fu Tingyu. Sepasang mata besarnya yang cerah menatap Fu Tingyu tanpa berkedip. "Apa malam ini kamu akan tidur di ruang kerja lagi?"
Fu Tingyu kembali tersadar dari pemikirannya. Pandangannya menyapu bekas ciuman di tulang selangka Qin Shu, lalu beralih menatap wanita itu. "Apa sayangku ini ingin aku tetap di sini? Kamu merindukanku, ya?"
Qin Shu mengangguk dan mengaku, "Ya."
Fu Tingyu menatapnya untuk waktu yang lama, kemudian menjawab dengan singkat, "Baiklah kalau begitu."
Mata Qin Shu berbinar saat dia mendengar jawaban Fu Tingyu. Dia meraih lengan Fu Tingyu dan mendorongnya ke kamar mandi. "Kalau begitu, cepatlah mandi. Lebih baik hari ini tidur lebih awal."
Fu Tingyu menatap Qin Shu dalam-dalam dan mendapati bahwa wanita itu terlihat tidak sabar. Dia mengambil pakaian ganti dan berjalan masuk ke kamar mandi.
Qin Shu merasa hatinya begitu bersemangat. Ini adalah awal yang baik untuk bisa berbagi tempat tidur.
Dia percaya bahwa suatu hari nanti, Fu Tingyu akan percaya kalau Qin Shu memang benar-benar mencintainya dan tidak akan meninggalkannya.
…
…
Pintu kamar mandi berderit terbuka. Fu Tingyu berjalan keluar dengan mengenakan jubah mandi yang menutupi tubuhnya. Tali di bagian pinggangnya diikat dengan asal-asalan, dan air masih mengalir dari setiap ujung rambutnya.
Qin Shu segera berdiri menyambutnya. Tatapannya tertuju pada dada Fu Tingyu. Qin Shu tidak bisa melihat tubuh bagian atas karena Fu Tingyu sedang mengenakan jubah mandi. Beberapa hari telah berlalu, Qin Shu tidak tahu apakah lukanya sudah membaik atau belum.
"Apa luka di tubuhmu sudah membaik? Siapa yang melukaimu?"
Jika Qin Shu tahu siapa yang berani melukai suaminya, dia pasti akan membalas sepuluh kali lipat lebih kejam dari ini.
Fu Tingyu meraih tangan Qin Shu, kemudian berbisik ke telinga Qin Shu dengan suara rendah. "Bukankah sayangku tadi bilang mau tidur lebih awal?"
Ketika Fu Tingyu mendekat, napas khas pria itu mengalir ke hidung Qin Shu, hingga membuat detak jantungnya melambat. "Baiklah, kita pergi tidur supaya besok bisa bangun lebih pagi."
Sepertinya Fu Tingyu tidak mau mengatakannya. Kalau begitu, Qin Shu akan bertanya pada Fu Tingyan besok. Bocah itu pasti akan mengatakannya.
Fu Tingyu mematikan lampu utama kamar tidur dan hanya menyisakan lampu di samping tempat tidur untuk penerangan.
Cahaya di kamar tidur menjadi jauh lebih redup.
Pada saat ini, jantung Qin Shu berdetak kencang seperti tabuhan drum. Ada perasaan bersemangat serta gugup.
Sebenarnya, dia sendiri tidak tahu apa yang membuatnya gugup
Fu Tingyu bertanya dengan suara rendah. "Sayang, mengapa kamu hanya berdiri diam di sana?"
"Ini aku mau naik ke atas tempat tidur."
Qin Shu menyiutkan lehernya dan bersiap untuk naik.
Fu Tingyu meraih pergelangan tangannya.
"Sayang, aku akan tutup matamu, ya."
Saat suara rendah Fu Tingyu kembali terdengar, tangannya sudah berada di atas meja samping tempat tidur dan mengambil dasi yang baru saja diletakkannya di sana. Seperti terakhir kali, Fu Tingyu menutupi mata Qin Shu menggunakan dasi tersebut dan mengikatkan simpul di belakang kepalanya.
Qin Shu tertegun. Dia tidak mengerti apa yang Fu Tingyu lakukan dengan menutup matanya?
Terakhir kali, Fu Tingyu mata Qin Shu di pulau itu karena ingin memberinya kejutan.
Mungkinkah kali ini Fu Tingyu juga akan memberi kejutan lain?