Fu Tingyan menurunkan kelopak matanya dan menggerutu dalam hati, 'Kamu sendiri saja yang cari masalah dengan dia. Tidak usah melibatkanku bisa, kan?'
'Jika Kakak sampai tahu kalau aku menindas Qin Shu…'
'Sepulang di rumah nanti, malah aku yang akan dihabisinya.'
"Apa menurutmu kali ini dia kembali ke sekolah untuk berhubungan kembali dengan kekasihnya?" Tebak Jiang Yu.
Fu Tingyan mengarahkan pandangannya ke bawah. Dia mencibir dalam hati, 'Jika Qin Shu berhubungan lagi dengan kekasih lamanya, wanita itu pasti tidak akan ada di sekolah sekarang, melainkan diikat di rumah oleh Kakak'.
-
-
Qin Shu baru saja selesai mencuci tangannya dan keluar dari dalam toilet. Tiba-tiba, dia bertemu dengan Qin Ya.
Sebenarnya Fu Tingyu benar-benar memperbolehkan Qin Shu pergi ke sekolah atau sudah tidak mau peduli lagi pada Qin Shu? batin Qin Ya
Ada keterkejutan yang terlintas di mata Qin Ya, lalu dia tersenyum. "Kak, sejak kapan kamu datang ke sekolah? Kenapa tidak memberitahuku?"
Qin Shu tentu saja tahu bahwa senyuman Qin Ya itu palsu. Dia memperhatikan mata dan wajah Qin Ya bagian kiri, yang sebagian besar ditutupi oleh rambutnya yang terurai hingga tidak ada yang bisa dilihat jika tak diperhatikan dengan cermat.
Tapi, Qin Shu masih bisa melihat bahwa Qin Ya menggunakan banyak concealer dan foundation di wajah bagian kiri.
"Belum lama ini, aku memutuskan untuk kembali ke sekolah. Ternyata wajah Adik terlihat baik-baik saja. Awalnya aku ingin merekomendasikan salah satu krim penghilang bekas luka untuk Adik, tapi tampaknya sekarang Adik tidak membutuhkannya lagi."
Tatapan Qin Ya berbinar dan berpura-pura bertanya hanya untuk basa-basi. "Obat penghilang bekas luka yang seperti apa? Apa bisa menghilangkan bekas luka dengan sangat baik?"
"Obat itu dapat bekerja dengan sangat baik. Bekas luka di sudut mataku bahkan sedikit lebih memudar." Qin Shu mengangkat poninya untuk menunjukkan bekas lukanya pada Qin Ya.
Qin Shu sebenarnya menempelkan bekas luka palsu.
Qin Ya memandang sudut mata Qin Shu dan mendapati bahwa bekas luka itu memang agak memudar. Artinya, krim penghilang bekas luka yang Qin Shu gunakan itu sangat efektif.
"Kakak menggunakan krim penghilang bekas luka merek apa?"
"Tidak ada mereknya. Waktu itu aku pergi jalan-jalan bersama Fu Tingyu dan bertemu dengan seorang dokter yang berpengalaman dalam pengobatan tradisional. Dokter tersebut yang meracik obat salep untukku."
Qin Ya menggenggam tangan Qin Shu dan bertanya dengan penasaran. "Kak, apa kamu punya kontak dokter pengobatan tradisional Tiongkok itu? Atau apa kamu punya simpanan krim penghilang bekas luka?"
Qin Shu diam-diam menarik tangannya kembali. Dia merasa jijik disentuh adiknya yang sangat munafik ini.
"Dokter itu tidak memberikan kontaknya, tapi aku masih memiliki sekotak krim penghilang bekas luka yang belum dibuka. Bekas luka di wajahku masih belum sepenuhnya menghilang. Aku tidak tahu apa satu kotak saja sudah cukup untuk menghilangkan bekas lukaku sendiri." Qin Shu berpura-pura seolah tidak enak menolak permintaan Qin Ya, tapi sebenarnya dia sendiri juga membutuhkannya.
Qin Ya tidak dapat menutupi kegelisahannya setelah mendengar perkataan Qin Shu. Dia sudah berkonsultasi ke banyak dokter, minum obat, dan juga mengoleskan krim, tapi semuanya tidak ada yang berhasil menghilangkan bekas luka di wajahnya karena cakaran kucing beberapa waktu yang lalu.
"Kak, berikan adikmu ini sekotak saja. Aku akan memberikan apapun yang kau mau."
"Berhubung Adik begitu menginginkannya dan bersedia menukarnya dengan hal lain, sebagai kakak, tentu saja tidak enak kalau aku menolaknya. Ya sudah, kalau begitu, tukar saja dengan Vila Lin Hai.
Villa Lin Hai awalnya adalah milik ibu Qin Shu. Setelah ibunya meninggal, vila itu ditempati oleh Qin Ya dan ibunya.
Qin Shu akan mengambil semuanya yang memang miliknya satu per satu.
Dalam hatinya, tentu saja Qin Ya tidak mau memberikannya, tapi dia tetap mempertahankan senyuman palsu di wajahnya. "Kita ini kan satu keluarga. Cepat atau lambat, vila itu akan menjadi milik Kakak."
"Sebentar lagi jam masuk kelas, aku pergi dulu, ya."
Qin Shu pergi setelah berpamitan, tanpa memedulikan Qin Ya.
Qin Ya tampak membelalakkan matanya yang terbakar amarah. Bagaimana bisa Qin Shu begitu beruntung? Dia tak sengaja bertemu dengan dokter yang sangat hebat dan berpengalaman dalam pengobatan tradisional?
Kenapa keberuntungan itu tidak terjadi pada Qin Ya?
-
-
Saat ini adalah waktunya pelajaran matematika.
Qin Shu mengeluarkan secarik kertas dan menulis sebuah pertanyaan.
'Bagaimana kakakmu bisa terluka? Siapa yang melukainya?'
Kemudian dia melipatnya. Sementara guru sedang menulis soal-soal di papan tulis, Qin Shu melemparkan kertas tersebut ke Fu Tingyan.
Lipatan selembar kertas itu tiba-tiba muncul di atas buku teks Fu Tingyan. Dia mengira bahwa itu adalah surat cinta yang ditulis oleh seorang gadis di kelasnya. Dia mengambilnya dan langsung melemparkannya ke Jiang Yu.
Jiang Yu mengambil catatan itu dengan wajah penuh harap, lalu membukanya.Ternyata bukan Fu Tingyan yang menulisnya.
Raut muka Qin Shu terlihat sangat sebal saat menyaksikan Fu Tingyan melempar kertas itu ke Jiang Yu.
Jiang Yu membaca isinya lagi dan merasa bahwa ada murid perempuan di kelasnya yang menyukai kakak Fu Tingyan.
Kemudian dia melemparkan catatan itu kembali ke Fu Tingyan.
---
Dari 15 Februari 2020, koin yang sudah digunakan untuk membeli buku yang tidak terpilih akan dikembalikan dalam waktu 30 hari. Perlu diperhatikan Fast Pass yang sudah digunakan tidak bisa dikembalikan.
Buku-buku yang terpilih untuk dilanjutkan akan memiliki tanda khusus di pojok sampul dalam 30 Hari untuk menunjukkan kelanjutannya.
Terimakasih atas pengertian Anda.