Qin Shu menggertakkan giginya melihat Fu Xiaosong, yang tampak senang atas kelemahan orang lain.
Qing Shu memang gagal dua kali dalam ujian masuk perguruan tinggi.
Berbanding terbalik dengannya, dulu Fu Tingyu diterima masuk di SMA Linxi dengan urutan nomor pertama dari seluruh siswa ajaran baru.
Di SMA Linxi, Fu Tingyu terkenal sebagai siswa yang rajin, pandai belajar, berpengetahuan luas, dan selalu mendapatkan nilai yang sangat baik di berbagai bidang, baik akademik maupun non akademik.
Dia adalah siswa yang paling sempurna dan selalu disanjung-sanjung oleh semua orang di sekolah.
Sementara itu, Qin Shu terkenal sebagai sampah yang dibenci semua orang.
Dan semua itu karena ulah Qin Ya.
Jika bukan karena Qin Ya, bagaimana nilai Qin Shu bisa turun drastis? Bahkan dia sampai harus mengulang kelas 3 SMA selama dua tahun?
Selain itu, jika bukan karena Qin Ya, nama baiknya tidak akan tercemar sampai seburuk ini.
Qin Shu menyipitkan matanya. "Xiao Yan, apa kamu pernah dengar pepatah bahwa mereka yang berada di akhir akan melampaui yang lebih unggul?"
Mata gelap Fu Tingyu menatap Qin Shu. Sepertinya Qin Shu telah mendapatkan kembali semangat hidupnya, dan sorot matanya tampak lebih cerah dari sebelumnya.
"Kamu memang memiliki kemampuan yang buruk, namun kamu memiliki tekad kuat untuk mengimbangi kemampuan orang lain karena takut tertinggal, kan? Sayangnya, kesempatan itu pun terlalu sulit untuk kamu gapai. Aku kelas 1 SMA, dan kamu kelas 3 SMA. Tapi saat aku sudah masih kelas 3 SMA, kamu masih duduk di kelas 3 SMA.
Qin Shu memang mengulang kelas 3 SMA selama dua kali, tapi itu bukan berarti bahwa ia adalah siswa yang memiliki kemampuan yang terlampau buruk seperti yang dijabarkan Fu Tingyan barusan!
"Lagi pula, kakakku juga tidak memperbolehkanmu pergi ke sekolah. Kakak adalah pengusaha paling kuat dari Keluarga Fu. Bahkan kamu akan tetap bisa hidup mewah sampai 10 keturunan meski tanpa mendapatkan ijazah SMA Linxi."
Qin Shu menggertakkan giginya, menahan kesal karena terus saja direndahkan. Kemudian, dia menoleh dan menatap Fu Tingyu. Jarinya menunjuk ke arah hidung Fu Xiaosong dan mulai mengadu pada Fu Tingyu. "Suamiku, dia menertawakanku."
Mata gelap Fu Tingyu berkedip-kedip. Ini adalah pertama kalinya Qin Shu memanggilnya 'Suami' di hadapan orang lain. Selain terdengar merdu, ternyata rasanya pun berbeda dari saat hanya Fu Tingyu sendiri yang mendengarnya.
Fu Tingyan yang baru saja meminum susu kedelai dan belum sempat menelannya. Mendengar Qin Shu tiba-tiba memanggilnya dengan sebutan 'Suami', seketika susu itu terhenti di tenggorokannya, hingga membuatnya terbatuk-batuk dan merasa tidak nyaman.
"Uhuk uhuk uhuk ..."
Qin Shu ini pasti sudah dirasuki oleh setan.
Bagaimana bisa dia tiba-tiba memanggil Kakak dengan sebutan Suamiku?
Dulu, Qin Shu selalu memanggil Kakak dengan nama depannya saja, seperti
pada orang asing.
Apa barusan Qin Shu sedah bertingkah imut untuk mengadu pada Kakak?
Bukankah sebelumnya wanita itu selalu memasang wajah kebencian dengan leher yang menciut?
Mata gelap Fu Tingyu menatap Fu Tingyan, yang membuat Fu Tingyan awalnya merendahkan Qin Shu dengan menggebu-gebu seketika menjadi pecundang kecil, seperti julukannya, 'Fu Xiaosong'.
"Emm, Kak, aku tidak menertawakan Kakak ipar. Sungguh! Kan ada Kakak di sini, jadi tidak akan ada seorang pun yang berani menertawakan Kakak ipar."
Apalagi langsung di hadapan kakaknya. Fu Tingyan juga tidak akan berani melakukannya!
Fu Tingyu menarik kembali pandangannya dari adiknya dan beralih menatap Qin Shu dengan tatapan menyelidik. Hal itu membuat detak jantung Qin Shu melambat. Dengan tatapan seperti ini, apakah artinya Fu Tingyu tidak mengizinkannya pergi ke sekolah?
Setelah sekian lama terdiam, Fu Tingyu akhirnya berbicara, "Jika kamu benar-benar ingin pergi ke sekolah, kita bahas nanti malam lagi setelah aku pulang kerja."
Karena Fu Tingyu berkata begitu, berarti permintaan Qin Shu akan didiskusikan dulu. Bisa dibilang bahwa Qin Shu masih ada kesempatan untuk diizinkan pergi ke sekolah.
Qin Shu mengangguk dengan patuh. "Ya."
Jari-jari ramping Fu Tingyu mengambil selembar tisu dan menyeka minyak di sudut mulutnya dengan gerakan yang elegan.
Mata gelapnya menatap Qin Shu untuk waktu yang lama, seperti elang yang terbang di udara dan sedang mengawasi mangsa lemah di daratan, yang hanya bisa pasrah atas hidupnya. Tatapan itu membuat Qin Shu tak berkutik, tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri.
Setelah Fu Tingyu pergi ke kantor...
Sifat Fu Tingyan yang sebelumnya begitu penurut, seketika menghilang. Dia meletakkan sumpitnya dan menatap tajam Qin Shu.
"Sama seperti sebelumnya, aku masih menyarankanmu untuk menurut dan tetap tinggal di rumah saja. Tanpa identitas kakakku, kepala sekolah dan guru tidak akan membiarkanmu pergi ke sekolah."
Seandainya Qin Shu muncul di hadapan teman sekelas Fu Tingyan dan menunjukkan bahwa dia adalah kakak iparnya, maka...
Qin Shu menarik selembar tisu dan menggunakannya untuk menyeka noda minyak di sudut mulutnya dengan lembut. Dia mengangkat alisnya sambil menatap Fu Tingyan. "Sampai jumpa besok di sekolah, Fu Xiaosong."
Setelah mengatakan itu, Qin Shu berbalik dan berjalan menuju ke lantai dua.
"Fu… Fu Xiaosong?"
Tidak ada satu pun siswa di sekolah yang berani mengejek nama seorang Fu Tingyan. Tapi Qin Shu berani-beraninya memanggilnya Fu - Xiao - Song (Pecundang Fu)?
Dia pun berteriak marah, "Qin Shu, kembali ke sini kau. Coba ulangi sekali lagi, kau baru saja memanggilku apa?"
"Fu - Xiao - Song ...."
Qin Shu mengulang setiap kata dengan nada yang panjang dan mengejek, terutama kata terakhir, sampai dia menghilang di koridor.
Fu Tingyan menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Biarkan Qin Shu bangga sebentar saja. Lagi pula, Kakak tidak akan membiarkannya pergi ke sekolah.
Kemudian dia berdiri, dan sosok tampannya berjalan keluar dari ruang makan.