Matahari berada di ufuk sebelah barat, dan pantulan sinarnya membuat permukaan lautan tampak seperti berwarna emas dan berkilau.
Secercah cahaya sinar matahari terbenam mengarah ke jendela kaca, membawa udara yang sedikit panas.
Suasana di dalam ruangan begitu tenang, ditambah dengan sentuhan kehangatan.
Fu Tingyu berkata dengan suara rendah, "Apa menurutmu tempat ini seperti surga yang terbebas dari segala hiruk pikuk dunia luar?"
"Yah, ini seperti Pulau Bunga Persik dalam serial televisi. Tempat ini sangat cocok untuk pengasingan."
Qin Shu mengangguk menyetujui ucapan Fu Tingyu. Dia juga merasa seperti itu saat pertama kali melihat tempat ini.
"Jadi, apa kamu menyukainya?" tanya Fu Tingyu, masih dengan suara rendahnya, yang memiliki daya tarik sendiri. Dia terdengar seperti sedang membujuk.
"Aku menyukainya. Ini adalah hadiah ulang tahun terbaik yang pernah aku terima."
Ya, selama ini Qin Shu tidak pernah menerima hadiah ulang tahun dengan cinta sedalam ini. Dia juga tak pernah mendapatkan hadiah yang tidak biasa seperti ini.
Hanya Fu Tingyu seorang yang rela menghabiskan beberapa bulan terakhir hanya untuk mempersiapkan hadiah yang sangat berarti seperti ini. Bahkan setiap detailnya sangat bermakna.
Pantas saja Fu Tingyu sangat sibuk selama berbulan-bulan ini dan sering pulang larut malam.
Fu Tingyu tersenyum senang mendengarnya hingga matanya berbinar dalam. "Berhubung kamu menyukainya, maka tetap tinggallah di sini."
Qin Shu terdiam selama beberapa detik dan akhirnya mengangguk dengan patuh. "Baik."
Fu Tingyu menurunkan pandangan matanya yang gelap. Keraguan sekilas terlintas di matanya. Apa Qin Shu benar-benar setuju?
Saat malam tiba, bulan bersembunyi di balik awan dan hanya menunjukkan sudutnya yang tajam.
Fu Tingyu berbisik di telinga Qin Shu, "Saatnya menutup mata untuk kejutan selanjutnya."
Qin Shu tertegun.
Bukankah semua hadiah telah diberikan?
Apa lagi yang akan Fu Tingyu lakukan?
Fu Tingyu berbicara sambil meregangkan jari-jarinya yang ramping dan menggerakkannya ke arah leher. Dia melepaskan dasinya dan menggunakan dasi tersebut untuk menutupi mata Qin Shu. Kemudian dia mengikat simpul hidup dari ujung dasi ke belakang kepala Qin Shu.
Seketika, pemandangan di depan mata Qin Shu gelap. Qin Shu bahkan tidak bisa melihat jari-jarinya. Dia hanya bisa mendengar suara di sekitarnya dan mengira-ngira apa yang sedang dilakukan Fu Tingyu saat ini.
"Sayang, ayo ikuti aku."
Fu Tingyu meraih tangan Qin Shu dan menariknya berdiri dari tatami (semacam tikar yang berasal dari Jepang dan terbuat dari tenunan alang-alang secara tradisional), dan Qin Shu pun berdiri mengikutinya.
Qin Shu hanya bisa mengikuti di belakang Fu Tingyu selangkah demi selangkah karena ia tidak bisa melihat apapun. Meski matanya tertutup, dia tidak perlu khawatir akan jatuh maupun terbentur...
Karena ada Fu Tingyu di sisinya. Pria itu tidak akan membuat Qin Shu terluka sedikit pun.
Setelah berjalan berdua untuk waktu yang lama, Fu Tingyu tiba-tiba menghentikan langkahnya, dan akhirnya Qin Shu pun ikut berhenti.
Kemudian terdengar suara pintu digeser, menandakan bahwa Fu Tingyu sedang membuka pintu.
Kali ini Fu Tingyu membawa tubuh Qin Shu ke dalam gendongannya. Qin Shu melanjutkan perjalanan menuju hadiah selanjutnya dalam gendongan Fu Tingyu.
Setelah menuruni tangga, Fu Tingyu menurunkan kembali tubuh Qin Shu. Dia baru melepaskan pegangannya setelah Qin Shu dapat berdiri tegap sendiri.
Tidak lama kemudian, Fu Tingyu berhenti untuk kedua kalinya.
"Sayang, aku akan melepas dasiku. Jangan membuka matamu dulu."
Suara Fu Tingyu begitu rendah dan lembut. Jari-jarinya yang ramping telah terulur ke dasi di belakang kepala Qin Shu. Kemudian dia melepaskan ikatannya, dan dasi tersebut langsung jatuh.
Qin Shu membuka matanya lebar-lebar dan menyaksikan dasi itu perlahan jatuh di depannya. Namun, kini yang menarik perhatiannya adalah...
Di malam yang gelap ini, kunang-kunang yang tak terhitung jumlahnya berkumpul dan berterbangan di udara, seperti bintang di langit malam. Mereka tampak berkelap-kelip, menciptakan pemandangan seperti hutan belantara yang belum terjamah manusia. Pemandangan ini begitu indah, hingga membuat orang yang melihatnya tidak tega untuk merusaknya.
Tapi, kemudian dia langsung menyadari bahwa kunang-kunang itu terbang berkumpul hanya di satu tempat karena mereka terjebak dalam sebuah bola kaca besar yang tidak dapat dilihat dalam kegelapan malam.
Qin Shu saja tidak akan tahu kalau tidak melihat dari pantulan cahaya.
Mungkinkah Fu Tingyu sendiri yang menangkap mereka semua?
Bagaimana dia bisa mendapatkan begitu banyak kunang-kunang?
Suara rendah Fu Tingyu terdengar di telinga Qin Shu. "Apa kamu menyukainya?"
Qin Shu mengangguk keras. Dia sampai tidak tahu harus berkata apa saking senangnya.
Qin Shu sungguh tidak menyangka bahwa Fu Tingyu, pria yang terkenal kejam dan selalu seenaknya sendiri, memiliki sisi romantis seperti ini.