Chereads / Di Sampingmu Yang Paranoid / Chapter 17 - Menahan

Chapter 17 - Menahan

Setelah Fu Tingyu menahan suara rendahnya untuk waktu yang lama, kata demi kata yang ia ucapkan baru masuk ke telinga Qin Shu hingga membuat tubuh Qin Shu membeku karena gugup.

Fu Tingyu dapat merasakan ketegangan tubuh Qin Shu. Dia menekan bibirnya dan menunjukkan senyuman mencibir.

"Mulut bisa mengatakan kata-kata yang sangat menyentuh hati, tapi reaksi tubuh pasti menunjukkan kejujuran sebenarnya yang bertolak belakang dengan kata-kata yang keluar dari mulut."

Qin Shu baru menyadari bahwa tubuhnya menegang karena terlalu gugup.

Ini adalah reaksi spontan yang tidak bisa dia kendalikan.

Fu Tingyu pasti salah mengira bahwa reaksinya ini menunjukkan kalau Qin Shu benci akan sentuhannya.

"Memang apa salahnya jika aku naik ke atas tempat tidur suamiku?" Qin Shu menyahut dengan suara lirih, seperti malu mengatakan kalimat itu.

Fu Tingyu tertegun. Dia memandang wajah Qin Shu dari dekat di gelapnya malam ini. Dia bisa melihat mata Qin Shu yang dipenuhi bintang berkelip karena terkena pantulan sinar rembulan. Pemandangan yang sungguh mempesona.

Ini adalah pertama kalinya wanita kesayangannya ini memanggil dirinya dengan sebutan suami.

Ternyata kata suami yang keluar dari mulut Qin Shu terdengar sangat merdu.

Fu Tingyu menurunkan pandangan matanya yang gelap. Tanpa sadar, dia menjilat bibirnya sendiri yang kering. Rasanya dia sudah tidak bisa menahannya lagi.

Qin Shu menyipitkan matanya karena sangat gugup, hingga telapak tangannya basah dipenuhi keringat.

Tapi, Qin Shu tetap duduk diam di sana tanpa melakukan pergerakan, seolah sedang menunggu. 

Fu Tingyu menekan tangannya yang terkepal kuat di balik selimut, kemudian dia bangkit dan turun dari tempat tidur.

Meskipun ruang istirahat ini gelap gulita tanpa ada pencahayaan sama sekali, Fu Tingyu berjalan masuk ke kamar mandi dengan mudahnya seperti sudah terbiasa.

Terdengar pintu kamar mandi yang ditutup dengan keras.

Awalnya ruangan ini penuh dengan ketegangan, namun kini aliran udara berangsur-angsur kembali membaik setelah kepergian Fu Tingyu.

Qin Shu, yang semula sudah gugup, kini menjadi semakin gelisah karena Fu Tingyu tidak hanya tidak percaya dengan semua yang dikatakannya, namun juga malah bertambah marah padanya.

Apa seharusnya tadi Qin Shu tidak memanggilnya dengan sebutan suamiku?

Saat ini, kamar mandi juga gelap gulita. Hanya ada sedikit pencahayaan dari sinar rembulan yang menerobos masuk dari luar jendela tepat ke dalam bak mandi.

Sosok ramping Fu Tingyu tampak sedang duduk berendam di dalam bak mandi, dengan air setinggi pinggangnya, dan bagian depan jubah mandinya terbuka.

Air yang cukup dingin...

Rahang Fu Tingyu tampak tajam. Terlebih lagi, ditambah hidungnya yang mancung, di malam yang petang seperti ini, yang terlihat hanyalah garis setiap lekukan fitur wajahnya.

Sebatang rokok terselip di antara jari-jarinya yang ramping. Fu Tingyu mengarahkan rokok tersebut ke mulutnya dan mulai menghisapnya. Hembusan asap putih pucat berterbangan di dalam gelapnya malam hingga menghilang dengan sendirinya.

Kata-kata Gu Yan masih bergema di benaknya, apakah kamu ingin melumpuhkan tangan ini?

Fu Tingyan masih harus melindungi wanita yang sangat dicintainya itu, jadi dia harus tetap menahannya!

Keesokan harinya...

Sinar matahari pertama di luar jendela menyinari ruang istirahat.

Tiba-tiba Qin Shu membuka matanya, keluar dari alam bawah sadarnya. Dia reflek langsung bangun dari tidurnya dan mendapati bahwa di ruang istirahat ini hanya ada dirinya sendiri.

Semalam, dia jelas-jelas ingin menunggu Fu Tingyu keluar dari kamar mandi. Mengapa dia malah tertidur?

Qin Shu buru-buru mengambil ponselnya untuk melihat waktu dan mendapati sekarang sudah jam 7.30 pagi.

Ini masih cukup pagi.Seharusnya Fu Tingyu belum berangkat ke kantor di jam segini.

Qin Shu segera turun dari tempat tidur dan mengenakan sandal rumah. Baru saja berjalan sampai di pintu, dia bertemu Bibi Wang, yang sedang membersihkan kamar.

Karena ingin sarapan bersama Fu Tingyu, Qin Shu keluar dengan tergesa-gesa, sampai-sampai tidak punya waktu hanya untuk sekedar menyapa Bibi Wang. Dia melewati Bibi Wang begitu saja. 

Tapi, Bibi Wang justru mengira bahwa Nyonya Muda malu padanya. Sekilas, dia melihat nyonya mudanya yang pergi terburu-buru itu dengan tatapan curiga. Perlahan, senyuman penuh arti terlintas di matanya. 

Semalam mereka tidur bersama. Tampaknya hubungan Tuan Muda dan Nyonya Muda semakin harmonis. Itu adalah hal yang sangat bagus untuk keluarga ini.

Setelah Bibi Wang selesai membersihkan ruang kerja dan ruang istirahat Fu Tingyu, ia berjalan keluar dengan senyuman di wajahnya.

Melihat Bibi Wang tersenyum sendiri sambil berjalan menuruni tangga dari lantai dua, kepala pelayan pun bertanya dengan keheranan. "Bibi Wang, apa kamu baru saja melihat hal yang menyenangkan?"

"Aku tadi membersihkan ruang kerja dan melihat Nyonya Muda keluar dari sana. Bukankah ini adalah sesuatu yang menarik?" Bibi Wang tetap menunjukkan senyuman sumringah sambil menjawab pertanyaan kepala pelayan dengan suara lirih.

"Apakah maksudmu Tuan Muda dan Nyonya Muda..." Dari tatapan matanya, tampaknya kepala pelayan mengerti apa yang dimaksud dengan Bibi Wang. Dia pun ikut tersenyum senang.