Qin Shu turun ke lantai bawah untuk sarapan, namun dia justru mendapati bahwa Fu Tingyu sudah pergi ke kantor.
Dia duduk di depan meja makan sambil menatap makanan ringan yang terlihat enak di depannya. Dia memikirkan kembali sikap Fu Tingyu semalam, yang langsung masuk ke kamar mandi karena marah padanya. Kini Qin Shu tidak nafsu makan lagi.
Semangkuk kecil bubur ayam tersaji di depannya, namun dia tidak menyentuhnya sama sekali.
Qin Shu kembali naik ke lantai atas dan masuk ke ruang ganti untuk berganti pakaian.
Kemudian dia duduk di depan laptop dan menyalakannya.
Qin Shu sudah lama sekali tidak menyentuh laptop ini. Entah dia masih ingat cara menggunakannya atau tidak.
Waktu kecil dulu, ibunya memberinya guru les privat untuk mengajarkan keterampilan programmer komputer.
Bahkan sampai gurunya itu sudah pergi, Qin Shu masih tetap mengasah kemampuan programmernya sendiri hingga mahir.
Hanya saja, Qin Shu memiliki karakter yang terlalu lemah dan sangat bodoh di kehidupannya yang lalu, sehingga keterampilannya dalam bidang programmer terbuang sia-sia.
Jari-jari putihnya menari-nari di atas keyboard dengan cepat. Keterampilannya yang telah lama hilang karena tidak dikembangkan, kini perlahan-lahan telah kembali. Dia menggunakan keterampilan peretasan yang sudah tidak asing lagi.
Begitu deretan data muncul di layar laptop, dia tidak bisa menahan senyuman di wajah. Dia menyalin data-data dari ponsel orang lain.
Setelah menyelesaikan semuanya, Qin Shu menutup laptopnya dan berjalan keluar kamar dengan membawa tas di punggungnya.
Qin Shu bersiap pergi ke sekolah. Dia akan menemui Kepala Sekolah untuk membicarakan masalah kelas terlebih dulu.
Dia telah meninggalkan banyak sekali mata pelajaran. Jika dia tidak segera mengejar ketertinggalannya, mungkin dia benar-benar akan ketinggalan jauh dari teman-temannya.
…
…
Qin Shu telah tiba di SMA Linxi setengah jam kemudian.
Dia memandangi sekolah itu, yang sudah sangat tidak asing baginya. Rasanya benar-benar seperti telah pergi bertahun-tahun lamanya dan akhirnya dapat kembali lagi.
Dia menarik napas dalam-dalam, lalu berjalan menuju kantor kepala sekolah.
Qin Ya kebetulan sedang berjalan keluar dari gedung kelas dan melihat Qin Shu. Dia mengusap matanya berkali-kali karena mengira telah salah lihat. Gadis itu memandang Qin Shu, yang tiba-tiba muncul di sekolah, dengan tatapan tak percaya.
Jika upaya Qin Ya beberapa hari yang lalu, yaitu memotret diam-diam interaksi Qin Shu dan Shen Yaohui untuk memancing amarah Fu Tingyu, masih belum cukup kuat untuk mengurung Qin Shu, maka kali ini ia akan melakukan hal yang lebih jahat agar Qin Shu tidak dapat melihat dunia luar lagi.
Dia mengeluarkan ponselnya dan memotret Qin Shu.
Kemudian dia membuka aplikasi WeChat. Dia menggunakan nomor akun WeChat yang ini khusus untuk memperlihatkan foto Qin Shu lewat status… yang tentu saja ditujukannya pada Fu Tingyan.
Dia mengunggah foto Qin Shu dengan beberapa kata-kata di bawahnya.
(Kak Qin Shu dan Shen Yaohui akhirnya dapat kembali bersama. Kawin lari memang sangat romantis)
Kemudian, dia tidak lupa untuk mengirim pesan ke Shen Yaohui dan memberitahunya tentang kedatangan Qin Shu ke sekolah.
Shen Yaohui sangat kesal dengan apa yang terjadi terakhir kali, jadi dia bergegas ke sekolah begitu membaca pesan dari Qin Ya.
Kantor Kepala Sekolah.
Qin Shu melangkahkan kakinya memasuki kantor. Dia menjelaskan maksud kedatangannya, yaitu untuk membahas kelanjutan sekolahnya, namun Kepala Sekolah langsung menolaknya.
"Apa kamu tahu sudah berapa hari kamu tidak masuk kelas? Murid yang bersikap seenaknya sendiri sepertimu ini apa masih pantas untuk mengejar ketertinggalanmu? Karena kamu sudah absen melebihi batas, kamu harus mendapatkan konsekuensinya. Ada banyak SMA di Kota Jiangcheng. Kamu bisa pergi ke sekolah lain. SMA Linxi tidak bisa menerimamu lagi."
Kepala Sekolah sama saja mengatakan kalau dirinya tidak bisa membantu Qin Shu. Oleh karena itu, Qin Shu harus mencari cara lain sendiri.
Qin Shu tersenyum penuh arti. Dia membuka tas ranselnya dan mengeluarkan setumpuk foto dari dalam tas. Dia meletakan foto-foto itu ke hadapan Kepala Sekolah dan tersenyum manis.
"Saya tidak tahu apakah Kepala Sekolah menyukai benda-benda ini atau tidak."
Kepala Sekolah memegang dagunya dengan satu tangannya dan memandangi benda di depannya tanpa minat. Namun detik berikutnya, wajahnya seketika memucat. Dia buru-buru mengambil foto itu untuk melihatnya lebih dekat. Dia menatap foto di tangannya dengan tangan yang gemetaran.
Tatapan Qin Shu tertuju pada mata Kepala Sekolah yang gemetar ketakutan. Dia melanjutkan ucapannya. "Saya bisa membawa lebih banyak lagi kalau Kepala Sekolah menyukainya."
Kepala Sekolah menyimpan foto-foto itu sambil mengibaskan tangannya ke Qin Shu. "Tidak usah... tidak usah. Ini sudah cukup. Bukankah kamu datang untuk membicarakan kelanjutan kelasmu? Kamu bisa datang ke sekolah kapanpun kamu mau. Jika ada yang berani melarangmu datang ke sekolah, langsung saja temui aku."
"Terima kasih banyak, Kepala Sekolah."
Raut muka Qin Shu menunjukkan kepuasan. Dia berbalik dan berjalan keluar kantor.
Tiba-tiba, Qin Shu teringat akan sesuatu dan menoleh ke arah Kepala Sekolah lagi. "Omong-omong, Kepala Sekolah, Anda tidak perlu khawatir. Saya tidak akan memberitahukannya pada siapapun. Saya terkenal sebagai murid yang baik."
Wajah Kepala Sekolah semakin pucat saat mendengar Qin Shu mengatakan bahwa dirinya adalah murid yang baik.
Akhirnya Qin Shu keluar dari kantor Kepala Sekolah.