Chereads / Di Sampingmu Yang Paranoid / Chapter 22 - Aku Melakukannya untuk Diriku Sendiri

Chapter 22 - Aku Melakukannya untuk Diriku Sendiri

Tiga jam kemudian...

Qin Shu meletakkan buku di tangannya. Dia mengambil ponsel di sebelah tangan kanannya dan mendapati bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 malam, namun Fu Tingyu tidak kunjung kembali ke kamar tidur utama. Apa pria itu masih ingin tidur di ranjang terpisah?

Qin Shu bangkit dan berjalan menuju sisi lain tempat tidur untuk mengambil bantal dan memeluknya.

Malam ini, Qin Shu memutuskan untuk membawa bantal sendiri karena kemarin dirinya tidur di ruang kerja dengan menggunakan bantal Fu Tingyu.

Qin Shu berjalan keluar dari kamar tidur, dan tidak lama kemudian, dia sudah sampai di pintu ruang kerja.

Kali ini, alih-alih mengetuk pintu dulu, dia langsung membuka pintu dan berjalan masuk ke ruang kerja.

Begitu sampai di dalam, dia mendapati bahwa lampu ruang kerja sudah dimatikan, sedangkan lampu di ruang istirahat masih menyala.

Tebakan Qin Shu ternyata benar. Fu Tingyan bersiap tidur di ruang istirahat.

Dia menutup pintu dan melangkah masuk ke dalam dengan bantal di pelukannya. Pandangannya menyapu seluruh ruang istirahat, namun dia tidak juga menemukan sosok Fu Tingyu.

Saat ini, telinga Qin Shu mendengar suara gemericik air, namun kemudian suara air itu berhenti.

Akhirnya pertanyaan Qin Shu terjawab. Pria itu sedang mandi.

Saat menunggu Fu Tingyu keluar, dia bingung harus duduk atau tetap berdiri di sana saja. Tiba-tiba, dia mendengar suara langkah kaki yang berjalan mendekatinya dengan tenang dan pasti.

Qin Shu menoleh ke belakang, namun seketika dia tertegun hingga matanya terbelalak lebar. 

Dia terkejut karena sungguh tidak mengira kalau Fu Tingyu akan keluar dari kamar mandi secepat ini.

Bentuk otot pria itu terlihat jelas. Perawakan tubuhnya pun tampak sempurna dan lentur. Jelas, dia telah melakukan latihan fisik selama bertahun-tahun dan mengumpulkan kekuatan dari berbagai macam latihan.

Rambut hitamnya berantakan, dan pelipisnya masih sedikit basah. Tetesan air dari rambutnya yang basah itu mengalir ke garis rahangnya, jakun dan berakhir di lantai.

Perlahan-lahan, Fu Tingyu berjalan keluar dengan satu tangan yang membawa handuk. Langkah kakinya langsung terhenti begitu dia melihat seorang wanita yang entah sejak kapan berada di ruang istirahatnya.

Dia dapat melihat pipi Qin Shu yang memerah malu. Kemudian, pandangannya beralih melihat bantal di pelukan Qin Shu. Sepertinya dia tahu apa tujuan Qin Shu datang ke ruang istirahatnya.

Fu Tingyu berjalan perlahan ke arah Qin Shu, kemudian dia dengan santai membalut pinggangnya dengan handuk yang dipegangnya. Fu Tingyu berdiri di depan Qin Shu sambil menatapnya dengan sorot mata yang dalam.

Kesunyian menyelimuti mereka berdua selama beberapa detik.

Saat Fu Tingyu berjalan mendekat padanya, Qin Shu baru tersadar dari keterpanaannya atas pemandangan indah di depan matanya.

Bahkan sebelum dia sempat merasa malu setelah memasang wajah bodoh karena terpana melihat Fu Tingyu, dia tampak sangat terkejut begitu melihat tubuh bagian atas Fu Tingyu terbalut kain kasa putih dari bahu hingga punggungnya. "Kenapa kamu terluka? Apa lukanya serius?"

Qin Shu mengutarakan kekhawatirannya sambil mengulurkan tangan untuk memeriksa keadaan luka di punggung Fu Tingyu. Namun, baru saja tangannya terangkat, Fu Tingyu justru menarik pergelangan tangan Qin Shu dengan kuat ke dalam pelukannya.

Di saat yang sama, bantal di lengan Qin Shu juga jatuh ke lantai. Bantal itu sudah tidak berguna lagi.

Fu Tingyu membungkuk, dan aura mengintimidasi terpancar dari tubuhnya. Mata gelapnya menatap mata cerah Qin Shu, lalu dia berbisik di telinganya. "Apa kamu bersedia melakukan hal ini untuk mendapatkan hatiku demi pria itu?"

Qin Shu buru-buru menggelengkan kepalanya. Tatapan Qin Shu tampak penuh kecemasan karena mengkhawatirkan luka Fu Tingyu. "Sungguh, aku bukan melakukannya karena dia. Kita adalah suami istri, dan tidak seharusnya tidur di ranjang yang terpisah."