Tiba-tiba terdengar bunyi decitan ban yang memekakkan telinga. Suara itu timbul karena rem mendadak.
Suara itu juga mengejutkan dua orang yang sedang berdiri di halte bus.
Pintu mobil terbuka dari dalam, dan sosok Fu Tingyu yang tinggi dan ramping keluar dari mobil tersebut. Saat dia berjalan mendekat, tekanan udara di sekitarnya terasa seolah menurun drastis.
Entah kenapa, punggung Shen Yaohui terasa begitu dingin. Di bawah tekanan yang kuat seperti itu, dia bahkan tidak memiliki keberanian untuk menoleh ke belakang dan melihat orang yang berjalan mendekatinya. Dia berdiri di sana dengan kaku tanpa berani bergerak sedikit pun.
Qin Shu juga seketika tertegun melihat Fu Tingyu yang tiba-tiba muncul.
Kenapa Fu Tingyu ada di sini?
Detik berikutnya, tanpa ada aba-aba, Fu Tingyu meninju Shen Yaohui dengan sekuat tenaga.
Shen Yaohui langsung jatuh tersungkur ke tanah dengan keras, disertai dengan teriakan kesakitan dan muntahan darah segar dari mulutnya.
Belum sempat Qin Shu menelaah apa yang sedang terjadi, pergelangan tangannya digenggam erat oleh sebuah tangan besar Fu Tingyu. Pria itu menyeretnya menuju ke pintu mobil.
Karena kekuatan mereka berbeda jauh, Qin Shu hanya bisa mempercepat langkahnya untuk mengimbangi kecepatan berjalan pria itu.
Setelah memasukkan Qin Shu ke dalam mobil dengan paksa, Fu Tingyu juga masuk ke dalam mobil.
Shi Yan kembali melajukan mobil meninggalkan halte bus.
Tekanan udara di dalam mobil begitu rendah sampai membuat orang lain sulit bernapas. Suhunya juga membuat orang-orang di dalam mobil gemetaran tanpa mereka sadari.
Fu Tingyu menghembuskan napas yang berbahaya, seperti seekor binatang buas yang bersembunyi di malam hari dan sedang mengintai mangsanya. Tidak ada seorang pun yang berani menyentuhnya.
Di sorot matanya, tampak jelas amarah dan rasa posesif yang menggebu-gebu, seolah haus darah.
Bibirnya menekan kuat hingga menjadi garis lurus.
Qin Shu tahu bahwa Fu Tingyu sudah salah paham terhadapnya. Tak mau masalah ini menjadi semakin jauh, dia segera berusaha menjelaskan, "Aku datang ke sekolah hari ini bukan untuk bertemu Shen Yaohui. Aku hanya kebetulan bertemu dengannya."
Fu Tingyu meraih pergelangan tangan Qin Shu dan menarik tubuh gadis itu mendekat padanya. Dia berujar dengan bibir menekan kuat, sampai tampak hampir terkatup, "Sayang, apa kamu sedang mengasihinya?"
Qin Shu pun buru-buru menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku dari awal juga berencana untuk..."
"Kamu dari awal sudah berencana untuk kawin lari dengannya, kan?" Fu Tingyu memotong ucapan Qin Shu dengan suara dinginnya. Bibir Fu Tingyu berbisik di dekat telinga Qin Shu. Dia mengeluarkan suara yang dalam, dengan rasa posesifnya yang terdengar jelas, "Sayang, kali ini kamulah yang memaksaku melakukan ini."
Qin Shu tercengang.
Mereka telah sampai di rumah Shengyuan.
Qin Shu digendong oleh Fu Tingyu memasuki rumah Shengyuan. Fu Tingyu langsung membawanya pergi ke kamar tidur utama di lantai dua.
Rasanya Qin Shu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dalam benaknya, dia sadar bahwa dirinya dan Fu Tingyu memanglah sepasang suami istri. Cepat atau lambat, dia pasti akan melakukan hal ini.
Pintu kamar tidur dibuka dengan paksa.
Fu Tingyu berjalan ke dalam dengan langkah lebar.
Ketika bibir Fu Tingyu menekan kuat bibir Qin Shu, Qin Shu melakukan yang terbaik untuk bekerja sama mengimbangi semua yang dilakukan Fu Tingyu.
Suara suram Fu Tingyu masuk ke telinga Qin Shu, "Kamu sungguh bersedia melakukan apapun hanya demi dia."
Qin Shu ingin menjelaskannya, tetapi pria itu tidak memberinya kesempatan sama sekali.
...…
...…
Qin Shu terbangun kembali saat waktu sudah menjelang sore. Tidak ada cahaya apapun di dalam kamar tidur, dan semuanya gelap gulita.
Dia meraba-raba sisi sebelahnya dan mendapati bahwa tempat itu kosong.
Setelah berdiam diri untuk waktu yang lama, perlahan dia bangun dari atas ranjang dan duduk untuk menyalakan lampu. Kamar tidur yang sebelumnya gelap seketika menjadi seterang siang hari.
Qin Shu bangkit dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi. Pipinya memerah saat dia melihat penampilan dirinya di cermin.
Tatapannya tertuju pada tulang selangkanya. Dia dapat melihat kalau pria itu memperdalam bekas ciuman ini lagi.
Bekas ciuman kali ini lebih dalam dari yang sebelumnya.
Di tempat lain...
Fu Tingyu duduk di kursi dengan pakaian yang berlumuran darah. Dia melepaskan pakaiannya, lalu melemparkannya ke lantai.
Gu Yan memperhatikan punggung Fu Tingyu, yang awalnya terbalut kain kasa putih bersih, kini sudah dipenuhi noda darah berwarna merah terang. Dia benar-benar sudah tidak tahan dijadikan kambing hitam.
"Apa kamu benar-benar ingin menjadi cacat? Tidak bisakah kamu menunggu sampai lukanya sembuh?"