Mata gelapnya menyatu dengan malam yang dalam dan sunyi. Kilat tajam pun sekilas muncul di bawah matanya.
Ketika mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya, Fu Tingyu tahu kalau itu adalah wanita yang dicintainya
Fu Tingyu sudah sangat hafal dengan aroma tubuh Qin Shu melebihi apapun. Bahkan dia bisa mengenalinya walaupun dengan mata tertutup.
Dia sungguh tidak tahu apa yang ingin Qin Shu lakukan. Mengapa wanita itu datang ke ruang istirahatnya dan naik ke atas tempat tidurnya di tengah malam begini?
Qin Shu berbaring di samping Fu Tingyu, dengan jantung yang berdetak lebih cepat. Dia berusaha menenangkan detak jantungnya yang tidak normal ini.
Saat mendapati bahwa Fu Tingyu tidak bereaksi sama sekali, Qin Shu tahu bahwa pria di sampingnya ini pasti sudah terlelap dalam tidurnya.
Setelah menenangkan perasaannya, Qin Shu bersandar di sebelah pria itu dalam diam. Dia ingin melewati malam yang petang ini hanya dengan memperhatikan punggung lebar Fu Tingyu. Dia berpikir sejenak, lalu merentangkan lengannya dan memeluk pinggang ramping Fu Tingyu.
Qin Shu bergerak dengan sangat pelan karena takut akan membangunkan pria yang sedang tidur nyenyak ini.
Tubuh Fu Tingyu menegang. Dia bisa merasakan dengan jelas betapa rampingnya pergelangan tangan yang memeluk pinggangnya.
Fu Tingyu tidak langsung bereaksi. Dia justru sedang menunggu, trik apa yang ingin Qin Shu mainkan?
"Aku sungguh tidak akan melarikan diri lagi. Aku juga tidak akan menceraikanmu. Aku akan tetap tinggal di sisimu dengan patuh dan menjadi istri yang baik."
Tadi siang, saat Qin Shu ingin menjelaskan, Fu Tingyu selalu saja memotong ucapannya. Dia sungguh tidak memiliki kesempatan untuk mengatakannya.
Jadi, di tengah malam yang sunyi ini, dia tidak dapat menahan diri untuk mengutarakan apa yang ingin ia katakan.
Qin Shu berbicara dengan suara pelan karena takut membangunkan Fu Tingyu, yang sedang tenggelam dalam tidurnya. Saking lirihnya, bahkan sepertinya suaranya hanya bisa didengar oleh Qin Shu sendiri.
Tapi, Fu Tingyu telah mendengar setiap kata yang diucapkan Qin Shu dengan sangat jelas. Pikirannya seketika gundah. Dia tidak bisa mempercayai kenapa Qin Shu tiba-tiba mengatakan hal itu.
Tidak akan melarikan diri?
Tidak akan bercerai dengannya?
Akan berperilaku selayaknya istri yang baik?
Jantungnya semakin berdegup kencang karena terlalu antusias.
Akhirnya Fu Tingyu berhenti pura-pura tidur.
Fu Tingyu hanya bisa tidur miring ke arah ini karena ada luka di punggung sampai tulang belikatnya.
"Kau naik ke atas tempat tidurku di tengah malam begini hanya untuk mengatakan semua ini?"
Samar-samar, suara rendah pria itu menyembunyikan kebahagiaan dan memecah keheningan di ruangan ini.
Qin Shu pun terkejut karena tiba-tiba mendengar suara Fu Tingyu. Dia dalam hati, dia memaki-maki Fu Tingyu.
Kenapa dia harus berpura-pura tidur?
"Sejak kapan kamu bangun? Apa aku membangunkanmu?" tanya Qin Shu dengan lirih.
Fu Tingyu duduk, mengambil bantal empuk di samping dan menaruhnya ke belakang tubuhnya untuk menyandarkan punggung, lalu dia menekuk satu kakinya. Akhirnya dia menemukan postur yang nyaman.
Dia menoleh dan memandang gadis yang berbaring di sebelahnya. Dia tidak bisa melihat ekspresi gadis itu saat ini karena belum menyalakan lampu. Meski begitu, penampilan gadis itu sudah tertanam dalam benaknya dan tidak bisa terlupakan.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku."
Qin Shu juga duduk dan bersandar di kepala tempat tidur di sebelah Fu Tingyu. Dia menurunkan pandangannya dan berujar dengan suara lembut, "Aku datang untuk melihat keadaanmu, tapi ternyata kamu sudah tidur. Apa yang barusan aku katakan adalah isi hatiku yang sebenarnya. Sungguh. Bisakah kamu percaya padaku?"
Setelah selesai bicara, tiba-tiba Qin Shu menoleh ke arah Fu Tingyu. Dalam kegelapan, dia hanya bisa melihat sosok ramping pria itu duduk di sana, dengan aura dan wibawa yang sama sekali tidak berkurang.
Mata Fu Tingyu yang dalam tertuju pada Qin Shu, yang diselimuti kegelapan malam. Dia menggunakan tangannya untuk menopang tubuhnya di atas tempat tidur dan mendekat pada Qin Shu, lalu dia berbisik ke telinga wanita itu, "Kau melakukan mogok makan selama beberapa hari yang lalu supaya bisa lepas dariku. Sekarang, tiba-tiba kamu mengatakan ingin menjadi istri yang berbakti? Jika kamu jadi diriku, apa kamu bisa langsung percaya, hah?"
Tanpa sadar, Qin Shu menciutkan lehernya karena merasakan napas hangat Fu Tingyu. "Aku dulu buta akan semuanya. Betapa bodohnya aku tidak menyukai suami yang terlampau baik sepertimu."
Fu Tingyu melihat gadis itu menunduk, dan sorot matanya tampak dalam. "Benar-benar buta akan segalanya."
Bibir Fu Tingyu menempel ke telinga Qin Shu. Napas hangat yang keluar dari mulutnya setiap dia berbicara masuk ke dalam telinga Qin Shu dan membuat Qin Shu merasa geli.
Qin Shu reflek menunduk lagi dan berujar dengan suara gemetar, "Aku… aku sekarang sudah tidak buta lagi."