Qin Shu sangat puas dengan reaksi Bazong, kemudian dia membuka kandangnya untuk melepaskan hewan peliharaan barunya itu.
Kali ini, Bazong telah belajar dari pengalamannya. Dia menyembunyikan cakarnya di balik alas kaki-kakinya. Dia takut jika wanita gila di depannya itu benar-benar akan mencabut cakarnya.
"Kak, kamu memelihara kucing?"
Saat Qin Ya datang berkunjung ke rumah Fu Tingyu, dia kebetulan melihat Qin Shu sedang bermain dengan seekor kucing hitam.
Qin Shu membeli kucing pasti karena Fu Tingyu marah besar setelah melihat foto Qin Shu dan Shen Yaohui, yang diam-diam Qin Ya ambil tadi. Hal itu membuat Qin Shu semakin takut pada Fu Tingyu. Lagi pula, semakin Qin Shu takut pada Fu Tingyu, maka akan semakin bagus.
Qin Shu mendengar suara wanita yang sudah tidak asing lagi. Dia tidak akan pernah melupakan suara ini sampai kapan pun. Seketika, kebencian yang dalam terlintas di matanya.
Qin Shu mengulurkan tangannya untuk menggendong Bazong, lalu berdiri dan menatap saudara tirinya yang jahat, Qin Ya.
Qin Ya mengenakan gaun hitam, yang benar-benar menunjukkan lekuk pinggangnya. Rambut panjangnya yang bergelombang terurai menutupi bahunya. Wajah ovalnya pun dipoles dengan riasan halus.
Mungkin tak ada yang menyangka bahwa di balik penampilannya yang cantik, tersembunyi pemikiran licik yang sangat kejam.
Qin Shu mengangkat pandangannya dan menatap Qin Ya, lalu dia berujar dengan santai, "Ya, terus berada di dalam rumah sangatlah membosankan. Jadi, aku terpikir untuk mencari kesibukan dengan memelihara kucing."
Bazong mengencangkan cakarnya agar tetap tersembunyi dibalik kaki-kakinya. Dia pun tetap berada di pelukan Qin Shu dengan patuh, tanpa berani bergerak.
Sekarang Qin Shu sudah menganganggap vila Shengyuan sebagai rumahnya sendiri?
Qin Ya memperhatikan Qin Shu dari atas sampai bawah dan mendapati bahwa penampilan Qin Shu masih sama seperti biasanya. Keraguan di dalam hatinya seketika sedikit memudar.
Kemudian, Qin Ya melihat kucing di pelukan Qin Shu. Sepasang mata hitamnya tampak murni dan dihiasi dengan corak hijau tua seperti zamrud. Ada pesona tersembunyi yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata seolah menarik perhatian Qin Ya.
Terutama, bulu-bulu hitam pekatnya yang memantulkan cahaya terang karena berada di bawah sinar matahari.
Qin Shu tidak pantas mendapatkan kucing secantik itu.
"Kakak, pinjamkan aku kucing hitam itu untuk bermain sebentar."
"Baiklah."
Qin Shu segera menyerahkan Bazong dari pelukannya ke Qin Ya.
Mata hijau tua Bazong memancarkan sorot cahaya berbahaya, dan cakar-cakar yang tersembunyi di alas kaki-kakinya rasanya mulai gatal, ingin mencakar seseorang.
Qin Ya mengambil alih Bazong ke dalam gendongannya sambil tersenyum penuh arti. Jari-jari putihnya mengelus bulu-bulu di sepanjang punggung Bazong.
"Kakak, kucing ini sangat penurut. Siapa namanya?"
Qin Ya bertanya sambil berjalan ke sisi kolam teratai.
Qin Shu memperhatikan pergerakan Qin Ya. Gadis licik itu berjalan ke depan, dan beberapa langkah lagi sudah sampai ke tepi kolam teratai. Qin Shu menyeringai dingin, mengerti apa yang akan Qin Ya lakukan. "Namanya Bazong."
"Nama yang sangat istimewa."
Qin Ya melihat ke kolam teratai di depannya. Sekilas tampak kekejaman melintas di matanya. Dia berpura-pura ceroboh dan tiba-tiba melempar kucing di gendongannya ke dalam kolam teratai.
Hanya saja, sebelum rencana busuknya terlaksana, sepertinya Bazong tahu niat terselubung Qin Ya. Cakar yang tersembunyi di balik alas kaki-kakinya menangkap kerah Qin Ya, dan cakar lainnya menggaruk wajah Qin Ya, yang sudah dirias cantik. Tiga goresan di pipi putihnya seketika mengeluarkan darah.
"Akh!!"
Gadis itu pun sontak berteriak kesakitan, seperti jeritan babi, diikuti suara kain yang robek.
Setelah melakukan aksinya, Bazong melompat dari pelukan Qin Ya dan menginjak bahu Qin Ya kuat-kuat dengan jari-jari kakinya. Bazong jatuh ke atas rumput dan langsung berjalan santai.
"Akhhhh! Sangat sakit… sakit sekali ini!"
Qin Ya menutupi wajahnya dengan satu tangan. Rasa sakit serta ketakutan jika nanti wajahnya rusak membuat air matanya seketika menetes. "Bagaimana kalau cakarannya meninggalkan bekas? Tidak boleh, tidak boleh. Wajahku tidak boleh jelek."
Matanya berkilat dipenuhi ketakutan yang dalam.
Kemudian, Qin Ya mendapati kerah belakang gaunnya juga sobek karena cakaran kucing itu. Dia pun cepat-cepat menutupi kerah itu dengan tangannya agar bagian punggungnya tidak terbuka.
Ini adalah gaun bermerek yang baru saja Qin Ya beli. Dia telah menghabiskan banyak uang karena harganya mahal. Padahal, setelah ini dia hendak pergi berjalan-jalan dengan Zhu Wenhui.
Qin Ya tiba-tiba melihat ke arah Qin Shu. Amarahnya yang memuncak membuat raut mukanya menjadi ganas. "Kamu sengaja menyuruh kucing itu mencakarku, kan?"