Qin Shu tertegun.
Jijik?
Dia sama sekali tidak merasa jijik saat mencium Fu Tingyu.
Qin Shu tiba-tiba teringat akan suatu saat di kehidupan yang dulu, karena Fu Tingyu yang selalu bersifat mendominasi dan suka memerintah.
Qin Shu merasa seperti pernah mengatakan suatu kalimat yang menyakitkan seperti ini...
"Maka kamu harus persiapkan diri baik-baik untuk seumur hidupmu."
Suara Fu Tingyu terasa begitu dingin dan penuh penekanan. Bibirnya menempel di telinga Qin Shu. Mata gelapnya yang dalam penuh dengan hasrat posesif dan haus darah.
Qin Shu berbalik, lalu mendongak dan menatap pria di depannya. Dia berjinjit dan mencium Fu Tingyu.
Punggung Fu Tingyu menegang, dan dia menatap Qin Shu dengan tatapan dingin.
"Aku tidak merasa jijik sama sekali. Sungguh!" ujar Qin Shu.
Qin Shu mengatakan yang sejujurnya. Dia sama sekali tidak merasa jijik. Malah sebaliknya, dia merasa lebih baik.
Sorot mata tampak Fu Tingyu semakin dalam. Dia hanya menatap Qin Shu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Qin Shu tanpa sadar merasa cemas melihat Fu Tingyu yang hanya diam saja. "Aku dan Shen Yaohui tidak membuat janji untuk bertemu sebelumnya. Aku sedang berjalan-jalan sendirian di kawasan toko hewan dan tidak sengaja bertemu dengannya di sana."
Jari ramping Fu Tingyu bergerak mendongakkan dagu Qin Shu untuk menghadap padanya. Qin Shu dapat merasakan bahaya dari napas Fu Tingyu yang menyapu wajahnya. "Apa kata-katamu ini dapat dipercaya?"
Qin Shu tertegun.
Fu Tingyu mengangkat tangan untuk melepaskan dasinya dengan kasar.
Qin Shu berdiri di sana tanpa bergerak. Dia memandang pria itu, yang masih tidak percaya pada dirinya. Penampilan luarnya memang terlihat tenang, tetapi sebenarnya dia kebingungan dan sangat takut.
Karena saat itu, sebuah bayangan tertinggal di hatinya.
Qin Shu juga sangat paham berdasarkan pengalaman di kehidupannya yang sebelumnya. Saat amarah Fu Tingyu memuncak, semakin keras Qin Shu berusaha menjelaskan, dia hanya akan memperburuk keadaan.
Napas Fu Tingyu tertahan tepat saat Qin Shu masih tenggelam dalam pikirannya. Sepasang matanya yang gelap dan dalam telah dipenuhi amarah. Dia berujar dengan suara yang sangat dingin, dan bibirnya tersenyum mencemooh. "Sayang, bukankah kamu bersedia melakukan apapun demi dia?'
Qin Shu mencoba menjelaskan bahwa itu tidak benar, tapi sebelum dia sempat mengatakannya...
Pintu kamar tiba-tiba didorong dari luar, lalu diikuti suara anak laki-laki yang terdengar kekanak-kanakan dan tidak sesuai dengan umurnya. "Kak, Gu..."
Suara itu berhenti tiba-tiba.
-
-
Pesan penulis untuk para pembaca tercinta sekalian.
Kemampuan IQ pemeran utama wanita dalam mengatasi masalah di jalan cerita novel ini realistis. Pemeran utama wanita adalah orang yang baik dan jujur. Siapapun yang bersikap buruk padanya tidak akan memiliki akhir yang baik.
Bab sebelumnya terlalu berlebihan. Pemeran utama wanita juga bukanlah gadis yang mudah menangis. Sebelumnya, dia menangis karena penyesalannya pada pemeran utama pria. (Banyak hal yang belum terekspos mengenai pemeran utama wanita, dan ke depannya akan ada semakin banyak jalan terjal yang harus dihadapinya)
Pemeran utama pria diatur menjadi seseorang yang mendominasi dan paranoid, namun juga terlalu menyukai pemeran utama wanita. Tetaplah membaca chapter-chapter selanjutnya untuk melihat akhir cerita yang tak terduga.
Bab ini berfokus pada hewan peliharaan yang manis.
-
Selain itu, dilarang menyambung-nyambungkan cerita orang lain dengan novel ini. Sekalipun ini adalah novel tentang tokoh yang terlahir kembali, gagasan masing-masing setiap penulis pasti berbeda.
Dilarang juga menggunakan kata kunci terlarang, seperti menyebut penulis lain, judul buku penulis lain, dan nama karakter buku lain di kolom komentar. (Jika ditemukan, akan dihapus tanpa terkecuali)
Menyebutkan resensi buku orang lain, judul buku dan para penulis lain juga dilarang (untuk menghargai karya penulis)