Seketika, tangan Qin Shu berhenti mengobati lukanya. Nyonya Besar?
Bukankah itu nenek Fu Tingyu?
Nenek ada di sini. Qin Shu tidak bisa membiarkan orang tua itu menunggu lama.
Dia segera mengobati luka di pipinya dengan tenang dan menempelkan dua perban ke tiga bagian luka, kemudian merapikan rambut halusnya untuk menutupi bekas luka di sudut matanya.
Setelahnya, barulah Qin Shu bergegas keluar dari kamar tidur.
…
…
Saat ini, Nenek sedang duduk di sofa. Sebagian rambutnya sudah dipenuhi uban. Kacamata baca tampak bertengger di hidungnya. Wanita tua itu mengenakan pakaian tradisional Cina berwarna gelap.
Meskipun usianya sudah menginjak 60 tahun, namun kondisi tubuhnya masih sangat baik.
Saat ini, Nenek sedang memainkan ponsel di tangannya. Dia tampak masih belum bisa menggunakan fitur-fitur ponsel dan bertanya pada cucunya. "Xiao Yan, coba lihatlah ini. Kenapa ini tidak bisa dibuka? Sudah aku tekan, tapi tetap tidak mau terbuka."
Fu Tingyan membungkuk mendekati Nenek. Matanya tertuju pada layar ponsel Nenek, lalu dia berkata, "Nenek, bagaimana Nenek bisa masuk ke dalam aplikasi permainan?"
"Aku lihat gambar aplikasi ini sangat bagus, jadi aku mengkliknya. Ternyata ini aplikasi permainan."
Kepala cucu dan nenek itu saling berdekatan. Rambut yang satunya sudah beruban, dan yang satunya lagi masih berwarna hitam berkilau. Hitam dan putih… warna yang sangat kontras.
Pemandangan ini tampak sangat hangat dan harmonis.
Begitu sampai di ruang tamu, Qin Shu langsung disambut dengan pemandangan seperti ini. Dia memandang nenek yang sangat baik hati itu.
Dia teringat kembali akan kehidupannya yang lalu. Dia juga tidak menyukai nenek yang baik hati ini hanya karena kebenciannya Fu Tingyu yang sangat mendalam.
Pernah suatu saat karena Qin Shu jengkel, dia bertindak ceroboh dan mengatakan sesuatu yang buruk tanpa pikir panjang, hingga membuat Nenek mengalami serangan jantung dan mengejutkan seluruh Keluarga Fu.
Sebagai konsekuensinya, Qin Shu dikurung di ruang bawah tanah rumah Keluarga Fu. Jika bukan karena perlindungan Fu Tingyu, masuk ke sana sama saja menjadi jalan menuju kematian Qin Shu.
Demi Qin Shu, Fu Tingyu rela berlutut di depan pintu kamar Nenek selama dua hari satu malam tanpa minum setetes air pun.
Qin Shu tersenyum pahit di dalam hatinya saat mengingat semua ini. Dia menyadari bahwa hanya Fu Tingyu seorang lah yang benar-benar melindunginya.
Menyadari kehadiran Qin Shu, Nenek dan Fu Tingyan pun menoleh ke arah Qin Shu secara bersamaan.
Nenek meletakkan ponselnya dan seketika mengubah sikapnya, yang tadi terus bertanya dengan penuh rasa ingin tahu, menjadi seorang nyonya besar keluarga yang sangat bermartabat.
Fu Tingyan bersandar di sisi lain sofa sambil menyilangkan kaki dan melanjutkan permainan di ponselnya.
Kepala pelayan sudah menelepon Tuan Muda Fu Tingyu.
Setelah menerima panggilan telepon dari rumah, Fu Tingyu berencana untuk menyusul setelah menyelesaikan urusannya di kantor.
Para pelayan berdiri berbaris dengan rapi.
Ning Men berdiri tidak jauh di belakang Qin Shu untuk berjaga-jaga.
Semua orang memandang Qin Shu dengan tatapan waspada. Mereka takut jika Qin Shu akan membuat ulah dan berselisih lagi dengan Nyonya Besar hingga membuat wanita tua itu marah.
Nyonya Besar sudah semakin tua. Jika amarahnya sampai terpancing, ia akan mudah sakit. Siapa yang akan bertanggung jawab kalau hal itu sampai terjadi?
Qin Shu berjalan ke meja teh dan mengambil secangkir tembikar dari nampan, kemudian dia mengambil ketel dan menuangkan air ke cangkir tersebut. Dia menyerahkan secangkir air itu pada Nenek dan berkata dengan suara lembut. "Nenek, cuaca hari ini cukup panas. Silakan minum air ini dulu."
Kepala pelayan, Ning Meng, dan para pembantu melihat ke arah Qin Shu dengan ekspresi terkejut, hingga mulut mereka menganga.
Bahkan, nada suara Qin Shu saat memanggil 'Nenek' terdengar berbeda dari biasanya, seperti sedang memanggil nenek kandungnya sendiri.
Selain itu, bahkan Qin Shu berinisiatif menuangkan air sendiri dan menawarkannya pada Nyonya Besar dengan ramah?
Bukannya dulu Qin Shu selalu bersembunyi di balik pintu dan tidak mau menemui Nyonya Besar?
Kalau tidak, dia selalu memberikan tatapan dingin pada Nyonya Besar. Bukankah begitu?
Kini sikap Qin Shu jauh berbeda, berbalik 180 derajat dari yang sebelumnya. Apa ada yang salah dengannya?
Fu Tingyan sedang bermain game di ponselnya, tapi tangannya tiba-tiba gemetar saat mendengar kata 'Nenek' keluar dari mulut Qin Shu. Bahkan gerakan tangannya dalam bermain menjadi lebih lambat, dan seketika membuat karakternya dalam permainan kekurangan darah.
Sial, apa Qin Shu sedang kerasukan setan?
Panggilannya pada Nenek barusan membuat Fu Tingyan merinding.
Mata Nenek pun tak bisa menutupi rasa terkejut di sorot matanya. Di dalam benaknya, timbul banyak pertanyaan akan perubahan sikap Qin Shu ini. Wanita tua itu telah hidup cukup lama, hingga lebih dari setengah abad. Dia tidak tahu sudah berapa banyak jenis orang yang pernah ditemuinya. Tapi respon dan tindakan Qin Shu ini sangat tidak normal.