Di tengah malam...
Lampu di ruang kerja masih menyala.
Qin Shu berdiri di depan pintu ruang kerja dengan membawa secangkir teh bunga krisan di tangannya. Dia merasa ragu-ragu untuk masuk.
Gadis itu baru saja mandi. Dia memakai baju tidur berenda. Rambutnya yang panjang seperti rumput laut tergerai di belakang kepalanya. Ujung rambutnya masih terlihat sedikit basah.
Setelah ragu-ragu selama beberapa detik, pertama-tama Qin Shu mengangkat tangannya dan mengetuk pintu dua kali, kemudian dia baru membuka pintu ruang kerja dan berjalan masuk ke dalam ruangan.
Seperti biasa, sosok ramping Fu Tingyu sedang duduk di depan meja kerjanya.
Mendengar suara pintu terbuka, Fu Tingyu pun mendongak dan melihat ke arah sana. Dia tidak menyangka melihat Qin Shu tiba-tiba masuk ke ruang kerjanya. Pandangan Fu Tingyu beralih ke tangan Qin Shu yang membawa sebuah cangkir teh tembikar. Sorot matanya menjadi lebih dalam.
Qin Shu berjalan mendekati meja dan meletakkan secangkir teh krisan ke sebelah tangan kanan Fu Tingyu. Dia mengangkat kelopak matanya dan menatap wajah Fu Tingyu. Tidak ada hal lain yang lebih membahagiakan dibandingkan melihat pria di depannya ini masih hidup.
Fu Tingyu meletakkan pena di tangannya, dan sepasang matanya yang gelap tertuju pada gadis di depannya ini dengan tatapan menyelidik. "Ada apa mencariku?"
Qin Shu mengangguk. "Aku ingin keluar besok."
Jantung Qin Shu seperti berhenti berdetak saat dia mengatakan kalimat ini. Dia takut Fu Tingyu tidak memperbolehkannya.
Fu Tingyu teringat kembali akan ciuman tadi pagi. Dia tiba-tiba mengulurkan tangannya, dan dalam sekejap, Qin Shu telah duduk di atas pangkuannya.
Tubuh Qin Shu sangat ringan. Bahkan, Fu Tingyu dapat merasakan tulang-tulang Qin Shu dengan jelas saat memeluknya. Tubuh gadis itu sudah seperti tengkorak hidup.
Jantung Qin Shu berdetak sangat kencang hingga seolah dapat melompat keluar dari matanya. Seluruh tubuhnya terasa membeku. Dia mendongak, dan pandangannya bertemu dengan sepasang mata Fu Tingyu yang gelap dan dalam, hingga membuatnya tidak bisa bergerak.
Pria itu hanya menatapnya dalam-dalam, tanpa tidak mengucapkan sepatah kata pun. Tatapannya seolah mengatakan, 'Kemarilah, buat aku senang. Jilatlah kakiku, bujuklah aku supaya kamu bisa pergi besok'.
Qin Shu menelan air ludahnya. Dia mengingat kembali kejadian semalam, yang dapat menenangkan kemarahan pria ini dalam sekejap adalah saat Qin Shu ...
Qin Shu mengedipkan matanya. Dia mengulurkan tangan kirinya dan melingkari leher Fu Tingyu dengan ragu-ragu. Tindakannya ini membuat saraf Fu Tingyu seketika menegang. Kemudian, Qin Shu mendekatkan wajahnya. Fu Tingyu pun langsung menahan napas.
Qin Shu menurunkan pandangannya setelah selesai mencium Fu Tingyu.
Beberapa saat kemudian, suara Fu Tingyu yang rendah dan sangat khas terdengar dari atas kepala Qin Shu. "Kamu boleh pergi."
Qin Shu tertegun. Permintaannya dikabulkan?
Namun, kemudian Fu Tingyu melanjutkan ucapannya, "Tapi, aku ada satu permintaan."
"Permintaan apa?"
Jantung Qin Shu seketika berdegup kencang.
"Jangan pernah mogok makan lagi."
"Oke, tidak masalah."
Fu Tingyu menatap Qin Shu dalam-dalam saat mendengar jawabannya yang sangat lugas ini. Dia harap Qin Shu tidak berbohong padanya.
…
…
Qin Shu bangun sangat pagi karena hari ini akhirnya dia dapat keluar.
Dia berdiri di depan wastafel sambil menyikat gigi dan menatap pantulan dirinya di cermin.
Kata-kata yang diucapkan Fu Tingyu masih terngiang-ngiang di telinga Qin Shu. 'Kamu adalah milikku. Kamu tidak akan pernah bisa melarikan diri dariku, selamanya.'
Sudut bibir Qin Shu sedikit naik membentuk senyuman. "Aku tidak akan melarikan diri. Aku akan selalu berada di sisimu selamanya."
Tepat sebelum meninggal, Qin Shu baru menyadari bahwa dirinya bukannya tidak mencintai Fu Tingyu, melainkan sangat mencintainya.
Hanya saja, rasa cintanya itu tertutup oleh kebencian, hingga membuat Qin Shu tidak menyadari perasaannya yang sebenarnya.
…
…
Ruang ganti terletak di samping kamar tidur Qin Shu dan hanya dibatasi oleh pintu geser.
Qin Shu berjalan ke pintu tersebut dan membukanya, diikuti suara pintu yang tergeser. Di dalam ruang ganti, terdapat berbagai macam pakaian, tas, dan sepatu bermerek yang cukup mencolok hingga dapat membutakan mata.