Jangan pedulikan terik matahari yang menghalangimu. Berdirilah dengan tegap, seperti pohon-pohon besar yang menjulang tinggi, hingga dirimu menjadi kebal akan segala jenis hujan dan badai.
--Fu Tingyu
"Sayang, aku tidak mengizinkanmu untuk mati. Kamu tidak boleh mati… dengar atau tidak?"
Seluruh tubuh Qin Shu terasa sedingin es, karena berada di bak penuh air dingin, dari ujung kepala sampai kaki. Kemudian, tiba-tiba tubuhnya didekap oleh pelukan yang begitu hangat.
Kesadarannya yang telah menghilang, perlahan terkumpul kembali karena rintihan lirih yang menusuk hati ini.
Alis dan bulu mata yang dipenuhi embun es mulai bergetar, dan matanya perlahan terbuka. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah wajah Fu Tingyu yang sangat tampan. dengan mata yang memerah dan… bercucuran air mata.
Qin Shu tertegun. Ini adalah pertama kalinya dia melihat Fu Tingyu menangis.
Pada saat ini, tiba-tiba ada api besar yang berkobar di kamar tidur, dan asap yang menyengat memenuhi kamar mandi.
"Fu Tingyu, cepat selamatkan dirimu… uhuk uhuk."
Qin Shu langsung terbatuk begitu membuka mulut untuk memperingatkan Fu Tingyu, karena asap masuk ke pernapasannya. Dia sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi, namun dia tidak bisa membiarkan Fu Tingyu mati bersamanya.
"Jangan takut, Sayang. Ada aku di sini. Aku tidak akan membiarkan terjadi hal buruk padamu. Aku akan membawamu keluar bersamaku."
Fu Tingyu menarik handuk mandi dan merendamnya ke dalam air, lalu dia menggunakan handuk tersebut untuk membungkus tubuh kurus Qin Shu untuk mencegah luka bakar.
"Fu Tingyu, cepat selamatkan dirimu sendiri. Tidak ada gunanya membawaku. Aku ini sudah tidak dapat bertahan hidup lebih lama lagi."
Qin Shu berusaha berteriak dengan sekuat tenaga, namun yang terdengar hanyalah suara lirih, seperti suara dengungan nyamuk yang lemah dan sedikit gemetar.
Fu Tingyu mengabaikan ucapan Qin Shu. Sepasang mata yang dalam itu sudah memerah sepenuhnya.
Hanya ada satu pikiran di benaknya, yaitu wanita yang paling dicintainya ini tidak boleh mati apapun yang terjadi.
"Jangan pernah berpikir untuk melarikan diri dariku, baik di kehidupan ini maupun di kehidupan selanjutnya. Kamu hanya boleh menjadi istriku, selamanya!"
Fu Tingyu terus mengoceh dengan posesif dan sangat mendominasi. Dia mengencangkan pelukannya untuk mendekap Qin Shu erat-erat sambil mengucapkan kata-kata yang menenangkan, "Jangan takut, Sayang. Aku bisa membawamu keluar secepat mungkin."
Kemudian, dia berjalan keluar dengan langkah lebar.
Di luar, api telah berkobar ke mana-mana. Vila itu sudah dipenuhi kabut tebal yang menyengat.
Tiba-tiba, ada ledakan keras pada waktu yang bersamaan saat mereka menyelamatkan diri.
Fu Tingyu melindungi orang di pelukannya. Akibat ledakan tersebut, sebuah lampu kristal yang berada tepat di atas kepalanya langsung terjatuh dan mengenai punggung Fu Tingyu dengan keras, hingga membuat tubuhnya terhuyung-huyung.
Darah merah segar mengalir keluar dari sudut mulut pria itu, menodai bibirnya yang memiliki ketebalan yang begitu sempurna.
Pemandangan ini membuat kedua mata Qin Shu perih seketika. Bibir pucatnya bergetar, tapi tidak bisa mengucapkan apa-apa. Air mata mengalir deras membasahi pipinya.
"Fu .. Fu Tingyu, kamu tidak apa-apa?"
Fu Tingyu mengatupkan giginya untuk menahan rasa sakit yang menusuk dari punggungnya. Pembuluh darah di dahinya pecah. Meski begitu, lengannya tetap tidak mengendur. Sebaliknya, dekapannya malah semakin kencang.
Hingga sampai akhirnya mereka berhasil keluar dari villa.
Tidak bisa lagi menahan semuanya, kini Fu Tingyu langsung terjatuh ke tanah. Namun, lengannya masih mati-matian bertahan melindungi orang yang berada di gendongannya. Dia tidak akan membiarkan tubuh Qin Shu terjatuh dan terluka.
Jari-jari ramping Fu Tingyu membelai wajah pucat gadis itu. Dia mengeluarkan suara yang penuh cinta. "Sayang, menikahimu adalah hal terindah dalam hidupku..."
Setelah selesai mengucapkan kalimat itu, Fu Tingyu memuntahkan banyak cairan darah berwarna merah terang dari mulutnya.
Qin Shu akhirnya dapat menemukan suaranya kembali. Tangannya yang gemetar menyentuh bibir suaminya, yang telah berlumuran banyak darah, lalu dia berujar dengan suara gemetar, "Fu Tingyu, kamu tidak apa-apa, kan? Kumohon, jangan menakut-nakutiku."
Seluruh bibir Fu Tingyu berlumuran darah hingga berwarna merah mengkilap. Dia menggunakan sisa kekuatan hidupnya untuk berusaha berbicara. "Sayang, kamu adalah istriku, di kehidupan ini maupun di kehidupan selanjutnya."
"Aku benar-benar tidak rela melepaskanmu. Sungguh tidak akan rela melepaskanmu apapun yang terjadi."
"Siapa yang akan melindungimu saat kamu ditindas?"
"Tapi, ternyata aku tidak bisa bertahan lagi ..."
Bahu Fung Tingyi tiba-tiba terkulai lemah. Otak Qin Shu seketika kosong. Hatinya terasa sangat sakit, hingga membuatnya sulit bernapas.
Wajah pucat Qin Shu menempel ke wajah tampan suaminya itu, yang kini terasa begitu dingin, seakan tidak ada aliran darah lagi. Air mata Qin Shu mulai berjatuhan tanpa suara. "Fu Tingyu, jangan khawatir kalau aku ditindas orang lain, karena aku akan menemanimu ke surga…"
…
…
…
Qin Shu membuka matanya, dan pemandangan pertama yang dilihatnya adalah lampu kristal yang tergantung di langit-langit ruangan. Pemandangan yang sudah sangat tidak asing lagi baginya.
Dia tertegun.
Bukankah ini kamar tidur Qin Shu di Chengyuan?
Bagaimana dia bisa berada di sini?
Jelas-jelas dia kehabisan banyak darah karena Qin Ya memotong urat nadi pergelangan tangannya, hingga membuatnya kehabisan banyak darah dan seperti sudah di ambang kematian.
Qin Shu mengangkat tangannya dan mendapati bahwa pergelangan tangannya yang ramping itu masih tetap putih mulus, tidak ada bekas sayatan sama sekali.
Bagaimana bisa lukanya hilang?
Saat ini, pintu kamar tidur tiba-tiba dibuka dari luar.
Qin Shu mendengar pergerakan itu dan menoleh melihat ke sumber suara. Dia melihat sosok Feng Tingyu yang bertubuh ramping sedang berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Pria yang memiliki sorot mata yang gelap dan tajam, seperti binatang buas yang hidup sembunyi-sembunyi di malam hari, yang dapat memangsa kapan saja.
Entah mengapa, Qin Shu merasa sangat senang. Dia termenung untuk sesaat. Dia hanya menatap pria yang sangat tampan di depannya ini dengan tatapan kosong.
Fu Tingyu berjalan sampai di depan ranjang Qin Shu. Sepasang matanya yang hitam dan gelap menatap seorang gadis yang sedang berbaring di atas tempat tidur. Bibirnya yang terkatup rapat mulai terbuka, melontarkan beberapa kalimat. "Jadi, kamu mau mogok makan hanya karena dia? Apa kamu pikir dengan bersikap seperti ini kamu bisa membuatku melepaskanmu? Hal itu tidak akan pernah terjadi. Jadi, jangan pernah berpikir untuk pergi dariku."
Qin Shu tertegun. Mogok makan?
Dia tiba-tiba teringat sesuatu. Waktu itu Qin Ya bilang bahwa Qin Shu harus sering mogok makan supaya Fu Tingyu dapat luluh dan mau melepaskannya. Fu Tingyu tidak akan rela melihat Qin Shu menderita.
Namun di belakang Qin Shu, Qin Ya mengatakan pada Fu Tingyu kalau Qin Shu melakukan percobaan bunuh diri dan mogok makan karena Shen Yaohui serta memaksa Fu Tingyu untuk melepaskannya.
Fu Tingyu segera kembali karena pesan teks yang dikirimkan Qin Ya ini.
Jari-jari ramping Fu Tingyu mengangkat dagu Qin Shu. Napas khas pria itu berhembus di wajah Qin Shu, membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
Fu Tingyu memiliki fitur wajah yang sangat sempurna. Hidung yang sangat mancung, alis yang tajam seperti pedang, dan ekor mata yang sempit nan panjang.
Bibirnya yang indah, dengan ketebalan yang sempurna...
Sorot matanya tampak gelap dan dalam. Hanya dengan melihatnya sekilas saja, orang lain pasti akan jatuh terpesona padanya.
Qin Shu tertegun selama beberapa saat melihat Fu Tingyu dari jarak yang amat dekat untuk pertama kalinya.
"Sayang, jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku. Kamu dengar aku, kan? Hidup dan matimu selamanya hanya milik Fu Tingyu seorang."
---
Dari 15 Februari 2020, koin yang sudah digunakan untuk membeli buku yang tidak terpilih akan dikembalikan dalam waktu 30 hari. Perlu diperhatikan Fast Pass yang sudah digunakan tidak bisa dikembalikan.
Buku-buku yang terpilih untuk dilanjutkan akan memiliki tanda khusus di pojok sampul dalam 30 Hari untuk menunjukkan kelanjutannya.
Terimakasih atas pengertian Anda.