Chapter 39 - Aku Menyukaimu

"Selama tuan muda tidak melepaskan tanganku aku akan selalu ada di sini, tuan muda, jangan pernah lepaskan tanganku yah"

Lama, Verss menatap mata Gale lama dan diam, Gale tersenyum, pria yang hampir tak pernah tersenyum pada orang lain itu hanya tersenyum padanya.

Verss menelan ludahnya bulat, ia harus bertanya.

"Gale, apa, kau benar menyukaiku?"

Gale gagap, pertanyaan Verss membuat ia gagap, ia masih memegang tangan Verss tapi entah kenapa jantungnya berdetak sangat cepat karena ia gugup, tak menyangka akan mendapat pertanyaan itu lagi walau ia harus menghadapinya bagaimana juga, mana mungkin tuan mudanya tak tahu bagaimana perasaannya selama ini, tapi, apa ia boleh menyukainya?

"Eh itu, t tuan muda sudah bertanya kemarin"

Verss tersenyum, dadanya juga sangat berdebar kencang saat menanyakan hal itu, tapi ia ingin tahu, tangan Gale akhirnya melepaskan pegangannya, sikapnya jadi aneh.

"He yah tapi kau tidak menjawab dengan benar, emm, tidak mungkin kau benar menyukaiku, sama seperti kak Arland menyukaiku khan? Kau, hanya menganggap aku adik khan? Itu, benar khan?"

Gale tak bisa menjawab, ia ingin menjawab tapi bibirnya kelu, kalimat tak bisa keluar sekuat apapun ia mencoba.

"Eh I itu"

Versa meraih gelas susunya, meneguknya banyak hingga tak bersisa, ia menoleh pada Gale tersenyum lebar walau masih ada sisa susu di pinggir bibirnya.

"Em sudah habis, ayo kita tidur"

Verss berdiri dari duduknya, tapi baru saja hendak melangkah tangan Gale menahannya, bahkan menariknya hingga duduk kembali di atas sofa dengan tubuh Gale yang menutupinya.

"Eh"

Verss tak bisa menghindar, tangan Gale yang kuat menariknya hingga terhempas ke atas sofa, wajah Gale kini sudah berada di atasnya, melihatnya dengan sangat dekat.

"Tuan muda, aku, tidak ingin menganggap tuan muda sebagai adik saja"

Saat Verss masih gagap Gale maju memiringkan kepalanya dan mengecup bibirnya, menahan tubuhnya di atas sofa memegang leher belakangnya dan mengecup bibirnya dengan penuh.

"Cup"

Gale menghabiskan sisa susu di pinggir bibir Verss yang seksi, bibir mengumpal yang empuk dan manis, yang kerap mendorongnya untuk menciumnya, dan Gale tak peduli apapun yang terjadi kemudian, ia hanya menginginkan bibir itu saat ini.

Dua tangan kecil Verss menggepal menahan dada Gale yang lebar, tapi tak bisa menolak saat Gale yang menciumnya dengan sangat lembut, terus mengunyah bibirnya melahapnya penuh dalam bibir Gale seolah tenggelam di dalamnya.

"Umph"

Tangan Gale yang besar menarik pinggang Verss hingga tubuh mereka semakin dekat satu sama lain, terus mengecup bibir Verss hingga keduanya terengah.

Gale melepaskan ciumannya melihat wajah sendu Verss yang menatapnya dalam, ia tak perlu menjawab apapun pertanyaan Verss tadi, gerakannya kini menjawab semuanya, Gale tidak pintar bicara jadi ia mungkin akan mengacaukannya cukup biarkan tubuhnya saja yang menjawabnya, ia mungkin telah bersikap gegabah yang bisa membuat ia merusak hubungan mereka kini, tapi, ia tak melihat Verss tidak menyukainya, hingga mungkin ia bisa meneruskannya, tapi Verss mengangkat tangannya melingkari leher Gale.

"Gale aku lelah"

Gale membelai rambut Verss lembut dan mengecup keningnya, hingga pria bertubuh besar itu bangun dari sofa dan mengangkat tubuh Verss dengan begitu ringan, menggendongnya ke arah kamar.

"Ayo tuan muda harus banyak beristirahat yah"

Gale mendorong pintu kamar Verss dengan pundaknya dan membawa Versa yang begitu ringan di dua tangan besarnya ke arah ranjang, meletakkan Verss ke atas ranjang dan masih melihatnya, mengangkat tangannya membelai pipi halus Verss.

"Tuan muda, tak keberatan kalau aku, menganggap tuan muda bukan sebagai adik?"

Verss tak bergerak, ia hanya melihat wajah Gale lama, ia merasa sangat nyaman hanya dengan melihat wajahnya, ia tak bisa menolak perasaan kalau ia juga merasa nyaman dengan semua perhatian yang diberikan Gale padanya, ia tak mau kehilangan itu, entah sebagai kakak, atau mungkin lebih.

Sepasang tatapan mata Verss yang teduh, melihat wajah Gale sangat dekat hingga tak bisa bergerak menjauh.

Gale menurunkan kepalanya mengecup kening Verss kembali, tangannya, tubuhnya, semua berteriak agar ia selalu dekat dengan Verss, menempel padanya tak mau lepas sedikitpun darinya, rasanya ingin menyatukan dirinya dengan Verss dan memastikan ia selalu terjaga setiap saat.

"Tuan muda"

Dan Gale hanya berbaring menatap Verss yang sudah tertidur lelap di sampingnya, melihat dua mata yang menutup rapat dengan bulu mata yang panjang dan lentik, hidung yang mancung sempurna, bibir yang merah menggumpal, tangan Gale ingin sekali menyentuhnya, setiap mili permukaan wajah halus dan manis Verss, kulit putih yang halus dan lembut itu.

Gale meraih tangan Verss, menggenggamnya dan mengecup punggung tangannya pelan.

"Cup"

Ia ingat sejak hari pertama melihat sosok Verss di bawah hujan saat itu, sosok pemuda kurus yang jongkok meringkuk di pinggir jalan dengan tubuh basah di bawah hujan yang deras, gemetar, hanya mendongak melihat ke arahnya dengan sepasang mata jernihnya, sejak itu, sejak itu hati Gale sudah dibawa pergi olehnya, sosok pemuda yang kini berbaring di depannya, dan akhirnya, bisa mendapatkan hatinya kembali, hati yang lama hilang.

"Cup"

Gale mengecup punggung tangan Verss kembali, mendekapnya erat, diangkat tangannya yang lain menggeser kepala Verss ke arahnya hingga Verss yang tertidur sangat dalam tanpa sadar tidur bergelung dalam dekapan besar Gale dan kepala yang bertumpu pada lengan Gale, sangat dekat hingga bisa mencium bau tubuh Verss dan merasakan desah napasnya, memejamkan matanya dan mengecup kening Verss.

"Tuan Muda"

"Emh Gale" Verss mengigau.

.................

Hujan turun. Tidak begitu deras tapi cukup banyak air yang tumpah hingga membuat genangan air kecil di beberapa tempat.

Gale membuka payungnya lebar saat membuka pintu untuk Verss keluar dari dalam mobil, siang itu ia mengantar Verss ke rumah abu keluarga besar Karmen tak jauh di luar kota, rumah abu yang terletak tak jauh dari vila keluarga Karmen di kaki gunung, beberapa pegawai rumah abu yang juga diperuntukkan untuk umum itu berjejer di depan pintu besar menyambut kedatangan Vers.

Kepala pengurus dan staff yang terdiri dari pria dan wanita berbagai usia menundukkan kepalanya saat Verss mendekat.

"Selamat datang tuan muda"

Verss menoleh pada Gale yang berjalan di belakangnya, kenapa orang-orang itu mengenalinya? Dan terutama memanggilnya tuan muda, langkah Verss terhenti di depan pintu di mana seseorang yang cukup dikenal sudah berdiri menyambutnya.

"Tuan muda" ia Ted Mann, yang berdiri menundukkan kepala pada Verss.

"eh anda"

................

Tak berapa lama kemudian.

Gale mengejar Verss yang mendahuluinya cepat ke arah mobil.

"Tuan muda tunggu!"

Gale menahan tangan Verss tapi pemuda itu menarik tangannya.

"Lepaskan aku"

Gale tidak menyerah, ia kembali menarik tangan Verss agak keras hingga menghentak Verss ke arahnya.

"Akh!" Verss merintih, pegangan Gale terlalu keras hingga tanpa sengaja menyakitinya, Gale melepaskan tangannya cepat.

"Ma maaf"

Verss berdiri menunggu penjelasan Gale, ia sudah menahan diri sejak tadi di dalam tapi ia tidak bisa menahannya lebih lama, Verss menoleh melihat Gale tajam.

"Aku sudah bilang tak ingin berurusan lagi dengan keluarga ini, selama ini, kau sudah berbohong, ekh"

Gale hendak meraih tangan Verss lagi tapi Verss berusaha menepisnya.

"Tuan muda dengarkan dulu" Gale meraih dua tangan Versa dan mengenggamnya, menurunkan tubuhnya berusaha melihat wajah Verss yang pucat.

"Tuan muda maafkan aku, aku salah aku sudah salah, tuan muda boleh memarahiku tapi tenang dulu yah, maaf tuan muda"

"Jangan sentuh aku, aku, ekh" Verss mendorong Gale sekuatnya, ia memegang dadanya, rasanya penuh hingga sulit untuk bernapas, dibungkukkan tubuhnya memegang dadanya yang tiba-tiba sangat sakit.

Gale cemas melihatnya.

"Tuan muda"

Verss mengangkat tangannya mencegah Gale mendekat, dadanya sesak, ia hampir tidak bisa bernapas tapi kemarahannya pada Gale membuat kondisinya memburuk, Verss berusaha menarik napasnya yang seolah terhisap darinya tidak menyisakan sedikitpun untuk ia dihirupnya.

"Hoh hoh"

Gale tak peduli, ia maju dan hendak membantu Verss tapi seseorang mendorong pundaknya.

"Menjauh!"

Arland sudah berdiri menghalangi Gale, ia menatap Gale tajam dan berbalik membantu Verss bangun.

"Levi kau tidak apa-apa?"

Vers masih berusaha menarik napas tapi ia kelelahan, Arland membantunya berjalan tapi lutut Versa lemas hingga ia terjatuh, Arland mengangkat tangan Verss dan mengangkat tubuhnya yang sudah lunglai.

"Hoh hoh Kak, aku tidak bisa bernapas"

"Bertahan yah, kakak antar pulang"

Gale tak bisa bergerak, ia ingin menyongsong Verss tapi pemuda itu melihatnya dengan tatapan tajam tadi, ia mungkin kini sangat marah dan benci padanya.

"Tuan muda" dan ia tak bisa berbuat banyak hanya berdiri di tempatnya melihat Arland yang membawa Verss menjauh ke arah mobilnya yang sudah berhenti di pinggir jalan.

"Tenanglah Levi kau akan baik-baik saja"

Verss mencengkram lengan Arland keras, dadanya sakit, hatinya sakit, ditambah lagi penyiksaan ketika ia sulit sekali untuk bernapas, tangan Arland memegangnya kuat hingga membuka pintu mobil dan membantu Verss duduk di sampingnya di kursi setir, tanpa pikir panjang Arland berlari ke sisi lain..

"Ekh kak"

Gale berlari menyusul mencoba membuka pintu yang sudah dikunci Arland yang segera membawa mobil kecilnya keluar area parkir.

"Tuan muda! Dengarkan dulu penjelasanku, tuan muda tolong dengarkan dulu!"

Chittt!!!

#######