Roda mobil kecil itu meluncur cepat meninggalkan area rumah abu, Arland tidak menurunkan kecepatan walau sudah menjauh dari Gale yang terlihat masih berusaha mengejarnya, pria itu membalik ke arah mobilnya dan tak lama mobil miliknya sudah berusaha mengejar Arland.
Arland menoleh sesekali pada Verss yang terlihat sangat tersiksa sambil terus memegang dadanya.
"Heh Levi kita akan ke rumah sakit yah, Levi bertahan yah"
Arland tak peduli dengan Gale yang mengejarnya seperti orang gila di belakang mobilnya, bahkan beberapa kali hampir menyamai kecepatannya, ia hanya ingin membawa Verss menjauh segera mungkin.
"Heh"
Dua tahun lalu.
Hujan semalaman yang sangat deras meninggalkan genangan air di jalan-jalan yang menyilaukan mata saat terkena cahaya matahari yang terik.
Arland duduk di pinggir ranjang di mana Verss masih tertidur lelap, dua buah koper besar miliknya sudah terletak rapih di dekat pintu, ia juga sudah siap dengan pakaiannya.
"Kak jangan pergi" Vers mengigau, tangannya masih memegang tangan Arland erat, sejak semalam Arland tidak tidur menjaga Verss yang gemetaran semalaman karena hujan deras, ia kelelahan dan akhirnya bisa tidur juga.
Arland mengangkat tangannya membelai kening Verss.
"Heh Levi, maafkan kakak, kakak, ingin sekali menemanimu tapi, ems, kakak harus pergi, kelak, saat semua berhasil, kakak akan kembali untukmu yah. Levi yang kuat yah"
Ceklek.
Suara pintu dibuka dari luar, tampak Elsa sudah masuk bersama Edwin di belakangnya.
"Arland sudah waktunya" ujar Elsa,
Arland mengangguk, ia menurunkan tubuhnya mengecup kening Verss lembut, membelai pipinya, dan mengecupnya lagi.
"Heh Levi"
Edwin mendekat.'
"Kau tidak perlu cemas, aku akan selalu menjaganya dengan baik, sangat baik, bagaimanapun Verss juga memiliki masa depan yang sangat cerah di sini, kelak, mungkin ia akan bersaing sejajar denganmu"
Arland tersenyum, ia masih membelai rambut Verss dan melihatnya lama.
"He iyah, dia akan jadi orang yang sangat hebat"
...............
Rumah sakit pusat.
Mimin dan Derek berlari secepatnya menelusuri lorong rumah sakit sekeluarnya mereka dari lift.
Keduanya berhenti saat melihat Arland yang berdiri di depan kamar rawat berbicara dengan seorang dokter.
"Kondisinya saat ini sedang labil hingga serangan panik bisa membuat tubuhnya lemah, kalau terjadi hal seperti ini dikhawatirkan bisa mempengaruhi kondisi tubuh dan jiwanya untuk jangka waktu lama, tolong jangan biarkan ia mengalami ini lagi"
Arland mengangguk.
"Iyah dok, terima kasih"
Setelah dokter senior itu menjauh Mimin dan Derek mendekat.
"Arland bagaimana kondisi Verss?" tanya Mimin.
Arland menunjuk ke dalam kamar di mana Verss tampak telah terbaring tenang di atas ranjang.
"Dokter memberinya obat penenang, heh" Arland menaikkan rambutnya yang jatuh berantakan karena ia juga sangat panik melihat Vers tadi, didudukkan dirinya di kursi mencoba untuk mengambil napasnya.
"Heh kenapa ia semakin parah? Apa yang dilakukan Gale padanya?"
Mimin mengepalkan tangannya menggulung lengan bajunya bagai preman.
"Gale itu, di mana dia, akan kuberi ia pelajaran, kurang ajar"
"Eh kak Mimin tenang dulu"
Derek menahan tubuh Mimin yang terlihat emosi dan mau marah-marah, tapi keduanya menghentikan gerakan mereka saat melihat siapa orang yang sudah berdiri di depan mereka.
"Eh G Gale" Derek gagap, bahkan Mimin yang katanya mau menghajar Gale menelan ludahnya bulat saat melihat sosok pria raksasa itu berdiri dengan wajah tertunduk dalam.
"Ba bagaimana kondisi tuan muda?"
Arland berdiri, ia langsung menerjang Gale dan menghajarnya, sempat mengarahkan tinjunya ke pipi Gale sebelum Derek dan Mimin menahan tubuhnya.
"Kurang ajar!'
"Arland!" seru Mimin dan Derek bersamaan.
.............
Beberapa saat lalu di rumah duka keluarga Karmen.
Verss gagap, mendengar apa yang diucapkan Ted Mann yang duduk di depannya kini.
"Ap apa maksudmu?" Verss menoleh pada Gale yang berdiri tak jauh darinya.
Ted Mann tersenyum.
"He tuan muda, harus kembali dan mengambil alih semuanya, tuan besar sudah berpesan agar kelak membantu tuan muda bagaimanapun caranya, kami tidak punya orang lain untuk bersandar, pihak keluarga yang lain ingin merombak semua perusahaan dan melakukan pemecatan besar-besaran kalau sampai mereka menjual perusahaan ke pihak luar, hampir sepuluh ribu karyawan Karmen Group terancam bubar, banyak yang menggantungkan hidup di perusahaan ini, dan, kami sangat berterima kasih karena tuan muda mau mengambil alih semuanya, ems, ini, berita yang sangat baik" pria itu menahan isaknya, tapi Verss gagap, ia tak mengerti dengan apa yang diucapkan pria itu sejak tadi, semua staff kepala sengaja berkumpul menunggunya di sana, bahkan kepala ekskutif Karmen Holdings yang sudah diambil alih separuh sahamnya oleh Gale, mengatas namakan Versa.
"Gale, ini, apa maksudnya?"
Pembicaraan berakhir, Vers berdiri meninggalkan ruangan di mana para petinggi perusahaan mengantarnya keluar, Gale hendak membantu Verss yang sepertinya tidak fokus untuk menuruni anak tangga tapi tangan Verss menepisnya.
"Lepaskan tanganku"
Bayangan demi bayangan muncul di kepala Verss, bayangan di mana ia diseret keluar rumahnya sendiri oleh paman dan bibi tirinya, bayangan di mana ia diikat semalaman di gudang meringkuk kedinginan tanpa sehelai pakaianpun, belum lagi saat ia kelaparan dan kehausan, bukannya memberikan ia minuman, bibinya menuangkan semua air ke tubuhnya membuat ia makin menggigil kedinginan, semua bayangan penyiksaan yang berusaha dikuburnya, semua semakin bermunculan di kepalanya.
"Akh"
Suara tawa yang keras, mata yang melotot penuh nafsu, air liur yang menetes keluar saat melihat tubuh polosnya, semua bayangan wajah yang mengerikan bagai mimpi buruk berkepanjangan yang tidak usai, yang selama ini tidak ingin dipikirkannya tapi kini semakin bermunculan di kepalanya.
"Tuan muda"
Gale ingin memegang Verss tapi lagi-lagi Verss mendorongnya.
"Jangan sentuh aku, ekh, kau berbohong padaku, kenapa kau berbohong? Aku pikir, selama ini kau orang yang paling mengerti keadaanku, tapi, kenapa kau berbohong?"
Verss memegang kepalanya yang seolah ingin pecah, dadanya sakit, tusukan banyak belati kecil menghujam dadanya hingga meremas jantungnya dengan sangat kuat, tidak menyisakan ruang untuk ia menarik napas.
"ekh"
Verss mengeluarkan ponselnya, dalam kondisi tangan gemetar ia mencoba menghubungi Arland.
Gale memegang tubuh Verss yang terhuyung tapi Verss tidak memberi ia kesempatan menyentuhnya.
"Jangan sentuh aku"
Air mata menuruni pipi Verss, ia berbaring menyamping ke arah Arland yang duduk sangat dekat dengannya di pinggir ranjang.
"Levi" bisik Arland, ia menggenggam telapak tangan Verss di atas ranjang.
"Jangan berpikir terlalu banyak, ayo pejamkan matamu saja yah, kak Arland akan selalu menemanimu di sini" Arland menghapus airmata yang membasahi pelipis Verss.
"Hei"
Verss meraih tangan Arland dan mengenggamnya, melihat wajah Arland lama dan maju mengangkat tangannya melingkari pinggang Arland, membenamkan kepalanya dalam pelukannya.
"Kak, jangan pergi yah"
Arland mengangguk, ia membelai rambut belakang Vers dan mengecupnya.
"Kakak tidak akan pergi kemana-mana, kakak akan selalu menemanimu yah, kali ini, kakak tidak akan pergi walau Levi mengusir kakak sekalipun"
Verss menangis, ia menangis dalam pelukan Arland, tubuhnya bergetar.
"ems"
######