Chapter 44 - Kejadian Buruk

Di vila keluarga besar Karmen.

Verss berusaha membuka pintu ruangan di atas lantai paling tinggi vila yang berada di bagian belakang vila utama, ruangan itu, ia sangat mengenal ruangan yang menjadi sumber mimpi buruknya selama beberapa tahun belakangan ini, dan masih jelas dalam ingatannya apa yang terjadi di dalam ruangan itu.

"Ekh buka pintunya! Lepaskan aku!"

Buk buk buk buk!!

Verss menggedor pintu dengan sekuat tenaga, tubuhnya lemah, ia jatuh bertumpu pada lututnya karena kakinya sakit bukan main, napasnya sesak, hampir tidak ada udara di sekelilingnya, dinding ruangan seakan semakin dekat menuju ke arahnya dan siap menjepitnya tanpa ia bisa melarikan diri.

"Ekh hoh hoh Gale" tangan Verss lemas, ia berusaha bangun dan menggedor pintu kembali tapi tenaganya sudah habis.

"ekh Gale"

Wajah orang itu, wajah orang yang muncul di depan kamar dan menyeretnya ke sana, ke ruangan yang menyerupai neraka baginya.

"Hoh hoh hoh" orang itu tersenyum lebar saat Verss membuka pintu lebar, ia bibi Edna, Edna Karmen yang terakhir berada di luar negeri dan pulang setelah semua saudaranya sudah masuk jeruji besi, wanita yang menjadi salah seorang yang membuat hidupnya bagai mati dulu, ia wanita yang mengusulkan pada kakak dan adiknya agar membuka semua pakaiannya dan mengurungnya di loteng di kamar di mana ia berada kini, ia tidak akan pernah melupakan seringai iblis di wajah wanita yang dari luar terlihat bersahaja itu.

"hehehe anak manis, kau makin manis dan tampan dari waktu ke waktu, hmmh pasti harga tubuhmu berkali lipat dibanding saat kau kecil dulu yah" mata wanita itu melihat Verss dari atas kepala hingga bawah kakinya dengan matanya yang liar.

"Lepaskan aku!"

Verss berusaha melepaskan diri tapi dua orang pria menahan tangannya, salah seorang di antaranya bahkan mengangkatnya ke atas pundaknya dan melemparnya ke ruangan ini.

Verss tak bergerak di atas lantai, berbaring dengan tatapan kosong dan tubuh meringkuk gemetar, rasanya mau mati, Verss berpikir ia lebih baik mati, ia tak mau mengalami semua kejadian itu lagi, lebih baik ia mati saja, ia menutup telinganya rapat saat mendengar suara lonceng begitu keras berbunyi, lonceng yang terletak tepat di atas atapnya di loteng bangunan vila tak berpenghuni tak jauh di belakang vila utama.

"ekh" walau berusaha menutup telinganya rapat tapi suara lonceng itu berbunyi seakan mengoyak gendang telinganya, juga jantungnya yang berdetak sangat kencang seakan bisa mendengarnya jelas sama seperti suara lonceng besar di atasnya.

"Tung! Tung! Tung!'

.............................

Gale memacu kendaraannya dengan sangat cepat bahkan hampir terbang di jalan tol menuju ke luar kota, ia memukul setir kesal berapa kali.

"Sial sial! Kurang ajar akan ku bunuh mereka!"

Arland dan Mimin terpaksa harus menjalani perawatan karena luka mereka, keduanya cedera karena kendaraan mereka di hantam truk makanan, walau tidak begitu parah tapi Arland setidaknya tidak bisa kemana-mana dengan luka di kakinya, apalagi Mimin, tangannya terpaksa harus digibs hingga sikunya karena terjepit pintu yang remuk.

Gale menginjak gas lebih dalam tak peduli dengan apa yang ada di depannya hanya memacu secepat ia bisa.

"Brummmm!!"

........................

Edna duduk di atas kursi di depan Verss yang berbaring di atas lantai lemas, wanita itu dikelilingi beberapa anak buahnya yang berbadan besar dan seorang lagi pria muda yang berdiri tepat di belakangnya.

Pria muda itu melihat Verss yang berusaha bangun dengan mata liar, ia menyeka bibirnya yang hampir meneteskan liurnya.

"He Ma, ia bocah yang dulu itu, hmm, boleh buat aku saja tidak ma?" ia tak lain George Karmen, putra tunggal Edna yang usianya berada jauh diatas Verss sekitar sepuluh tahun, Verss ingat seringainya yang mengerikan karena ia termasuk salah satu anak yang meraba tubuhnya delapan tahun lalu di ruangan itu.

"Ekh" Verss berusaha bangun dan menarik tubuhnya menjauh, tapi dua kakinya lemas, tubuhnya juga susah untuk digerakkan, semua rasa sakit di dadanya membuat ia tidak berdaya.

"K Kalian, apa yang kalian inginkan, kenapa tidak membunuhku saja langsung!" suara Verss agak gemetar, Edna dan putranya tertawa melihat wajah gentar Verss, seolah menikmati perasaan takut Verss yang terlihat dari sorot matanya.

"hahahaha ma lihat dia, bahkan saat marahpun sangat manis sekali, sudah buat aku saja yah ma"

Edna melambaikan tangannya.

"heh anak nakal ini, memangnya kau belum cukup bermain dengan gadis-gadis seksi itu yah, kenapa kau menyukai anak laki-laki lagi sekarang?"

George bergerak dan berhenti di depan Verss, mengangkat tangannya meraih rambut depan Verss yang jatuh di dahinya, Verss berusaha menepis tangan itu tapi tangan George menahannya, memegang tangan Verss dan menciumnya.

"Lepaskan aku" mata Verss yang bulat besar menatap George tajam.

"Hemmh bagaimana yah ma, bahkan anak laki-laki ini lebih menggoda dari gadis-gadis seksi itu, lihat wajahnya yang mulus ini, kulitnya yang putih, rambutnya yang wangi, hemmh, benar-benar wangi"

Verss menepis tangan George dan berusaha mendorongnya, menampar wajah pria itu sekuat tenanganya yang tersisa.

"Prakk!!"

George membeku, seringai di bibirnya berubah, ditarik rambut belakang Verss.

"Akh!"

"Kurang ajar! Akan ku berikan kau pelajaran paling nikmat sampai kau tidak bisa menolaknya sama sekali" bisik George sangat dekat di telinga Verss hingga mengulurkan lidahnya menjilat pipi Verss dengan sangat menjijikkan.

Verss menarik tangannya tapi pria itu begitu kuat, atau ia yang terlalu lemah.

"Lepaskan aku!"

George mengibaskan tangannya pada dua pria yang berdiri di belakang Edna,

"Cepat bawa ia ke kamarku! Malam ini akan ku berikan ia kenikmatan sampai ia berteriak sekeras-kerasnya"

Dua pria itu segera menyeret tubuh Verss bangun, dan dengan mudahnya membopong Verss di atas pundaknya dan bergerak keluar pintu.

Edna bangun mendekati putranya yang masih meraba pipinya yang ngilu.

"George jangan terlalu keras padanya, kita butuh ia hidup-hidup sampai urusan kita selesai" ujar Edna menahan tangan putranya, George menyeringai.

"He ma, kenapa tidak berikan saja ia padaku, anakmu ini khan butuh teman bermain ma, dunia begitu membosankan, tapi melihat wajahnya yang begitu menarik, juga bau tubuhnya, emmhh, rasanya sungguh tak rela kehilangan mahkluk secantik itu"

Edna menepuk kepala putranya itu.

"Hentikan pikiran kotormu, apa kau tidak takut kena penyakit? Anak itu begitu polos kurasa sekali saja disentuh olehmu sudah akan bunuh diri, mengurangi pekerjaan mama"

Keduanya tertawa keras sambil berjalan meninggalkan kamar di atas loteng itu bersamaan.

"Hahahahaha!"

###########