Erik Karmen hanya memiliki satu putra yakni Louis Karmen papa kandung Verss, ia meninggal saat usia muda karena sakit, karena kesepian Erik menikah lagi dengan janda beranak empat dan membawa semua keluarganya masuk tanpa mencurigai apapun, tapi buaya yang dipelihara justru menggigit tangan orang yang memberi makan, siapa yang duga anak-anak itu justru merongrongnya tanpa ampun, bahkan menyiksa Verss hingga jiwanya hancur, penyesalan yang sangat mendarah daging membuat Erik menaruh dendam terlampau besar hingga membuat Gale bersumpah untuk membalaskan semua rasa sakit hati cucunya tanpa ampun, Gale menyanggupinya, tapi sejak mengikuti Verss saat ia masih berusia tiga belas tahun, sesaat setelah tugasnya sebagai prajurit berakhir, hingga kini perasaan Gale tumbuh kian tinggi, dan mungkin dendam itu sudah menjadi dendamnya juga.
Gale maju, perlahan meraih tangan Verss di samping kepalanya, menggenggamnya erat.
"Maafkan aku tuan muda, aku benar-benar minta maaf karena telah melanggar janjiku, maaf yah" suara Gale kecil hingga membenamkan kepalanya dalam tangan Verss.
"Heh"
Waktu terus bergulir, perlahan matahari yang begitu terik tergerus awan gelap yang dengan cepat menutupi langit, pukul tiga sore saat hujan turun membasahi jendela kamar Verss, ia membuka matanya, seolah bermimpi seseorang memegang tangannya sejak tadi, tapi, tidak ada orang lain di sana, ia mungkin benar hanya bermimpi.
Verss menarik tubuhnya, perlahan bangun dan duduk, tubuhnya remuk seharian tidur tanpa henti, matanya berat sekali, tubuhnya lemas seolah telah bekerja keras sampai tidak ada tenaga tersisa, ini pasti karena obatnya, karena Mimin yang bawel ia harus minum obatnya atau ia mungkin tak akan bisa kembali bekerja.
Verss akhirnya bisa duduk menyenderkan tubuhnya saat pintu kamarnya dibuka dari luar.
Ceklek.
Vers menunggu siapa yang akan muncul, berharap seseorang yang berapa hari ini enggan ditemuinya, dan orang itu tidak mendekat atau membujuknya untuk minta maaf, ia mungkin sudah bosan padanya, tapi, ternyata Mimin yang muncul membawa nampan dengan mangkuk bubur di atasnya.
"Verss sayang, sudah bangun, ayo saatnya makan, kau sudah tidak makan sejak pagi ayo ini bubur buatan chef Mimin tercinta"
Verss tersenyum melihat Mimin, walau ia tak bisa menyembunyikan perasaannya, Mimin yang menaruh nampan di atas meja meliriknya dengan mata sipit.
"Berharap orang lain yah? Gale atau Arland nih?"
"He maksud kak Min apa?"
Mimin terkekeh, sambil mengaduk bubur di dalam mangkuk dan meniup asap panasnya.
"Hehe tadi Gale kesini, ia menunggumu tidur, oh romantis sekali, tapi ia baru saja pergi buru-buru tadi, entah berita apa yang ia terima hingga mau meninggalkanmu yang sangat penting baginya"
Verss terdiam, jadi tadi itu memang bukan mimpi, ia merasakan seseorang terus menggenggam tangannya dan itu mungkin Gale.
"Apa, ia tidak mengatakan ia pergi kemana?"
Mimin menggelengkan kepalanya.
"Tidak bilang mau kemana, hanya tiba-tiba keluar dan minta aku selalu menemanimu, jangan pernah meninggalkanmu sendiri, itu saja lalu dia keluar cepat"
Verss menoleh ke sekitar kamarnya, pandangannya berhenti saat melihat sesuatu di atas meja di samping ranjangnya. Di dalam keranjang kecil dengan buah jeruk bulat bertulisan dan gambar dari spidol hitam dikulitnya.
"Maafkan aku, aku bersalah maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku" lalu ada emoticon wajah merengut, wajah sedih, wajah bersalah.
Tulisan itu memenuhi kulit jeruk bulat, juga apel, juga pear di dalam keranjang.
Verss hanya melihat buah-buah itu tanpa banyak ekspresi, ia harusnya tersenyum melihat tulisan-tulisan permintaan maaf dari Gale itu, tapi, entah kenapa ia tidak bisa merasakan apapun.
Mimin melihat wajah Verss sejenak, ia juga berpikir Verss akan menyukainya, ia yang memberi ide Gale untuk menulis dan menggambar di permukaan buah-buah itu agar perasaan Verss tersentuh, tapi, Verss datar sekali, ia hanya melihat buah itu satu persatu dan meletakkannya kembali ke tempatnya, tanpa ekspresi.
"Kau, tidak menyukainya? Ini lucu bukan? He, Mimin yang memberi ide"
"Buah-buah ini lalu nanti makannya bagaimana? Harus mengupas semua kulitnya kalau tidak kita akan keracunan tinta"
Mimin menahan napas, ia meletakkan mangkuk bubur di atas meja dan meraih dua tangan Verss, melihat wajah pemuda itu dengan sangat dekat.
"Kau masih membencinya? Benar tak mau memaafkannya?"
Verss mengangkat wajahnya melihat Mimin yang menatapnya dalam.
"Apa yang harus ku maafkan, kenapa ia tidak mengatakannya secara langsung, kenapa harus menggunakan cara aneh ini, orang itu tidak punya niat untuk minta maaf"
Mimin gagap,
"Eh itu, em, mungkin dia takut kalau kau tidak mau bicara dengannya"
"Kalau takut lebih baik tidak usah mencoba sama sekali"
Wajah Verss cemberut, dahinya berkerut dalam.
Mimin mengangkat mangkuk buburnya kembali.
"Sudah sudah, tidak usah pikirkan orang itu ayo buka mulutmu, makan yang banyak yah, setelah ini minum obat lagi, Derek bilang mau mampir setelah selesai syuting iklan ia akan menemanimu mau game malam ini yah"
Verss menarik napas panjang.
"Heh membosankan sekali kak kapan kita keluar"
"Sudah jangan banyak membantah, baru tiga hari istirahat sudah teriak bosan anak ini"
Verss baru akan menelan bubur yang sudah masuk mulutnya saat dari pintu tiba-tiba muncul Derek, dan juga Arland menyusul di belakangnya.
"Verss! Versss babe ini, ini gawat" suara Derek panik, ia mendekat ke ranjang sambil membawa ponselnya, Verss mengerutkan dahi melihat sikap Derek yang panik, walau ia sudah biasa, tapi wajah Arland di belakangnya juga terlihat resah.
Mimin yang melengking.
"Derek kenapa? Masuk kamar orang seperti kesurupan begitu?"
Derek duduk di samping Mimin, menunjukkan isi berita di layar ponselnya.
"I ini, kak Min sudah baca belum? Ketinggalan berita yah? Ini BangBang sedang heboh karena Verss, ini baca"
Mimin meraih ponsel di tangan Derek.
Sementara Arland tidak bicara apapun dan duduk di samping Verss.
"Levi bagaimana keadaanmu? Sudah baikan?" Arland dengan lembut membelai kening Verss, Verss mengangguk.
"Sudah baikan kak"
Mimin membuka matanya lebar melihat photo dalam layar ponsel, walau agak disamarkan tapi sangat jelas itu adalah photo Verss bersama Gale dan juga bersama Arland di rumah abu keluarga Karmen.
"I ini, kenapa bisa ada photo ini?"
Mimin hendak membaca berita itu tapi ia menghentikannya, melihat wajah Verss yang masih menunggu berita heboh apa yang berhubungan dengan dirinya.
Mimin menurunkan ponsel itu, tersenyum lebar pada Verss.
"Hehehe ini berita gosip biasa Verss, bukan masalah besar, ayo Derek kita mengurusnya" ia hendak berdiri tapi tangan Verss sudah terjulur ke depan.
"Kak Min apa isinya?" Tanyanya.
Mimin menggeleng, Derek ikut menggelengkan kepalanya, ia bodoh kenapa masuk tergesa begitu, sudah tahu kondisi Verss sedang tidak baik, ia dan Mimin bangun dan beranjak ke pintu tapi suara Verss kembali menghentikannya.
"Kak Min"
Mimin dan Derek membeku di tempat, keduanya membalikkan tubuhnya perlahan, melihat wajah Arland yang sebenarnya juga tidak mau Versa sampai tahu isi berita itu, ia mencoba membujuk Verss tapi pemuda itu tidak menurunkan tangannya.
"Kak Min, kesinikan ponselnya"
Mau tidak mau Mimin dan Derek mendekat, dengan sangat ragu Mimin akhirnya menyerahkan ponsel Derek ke tangan Verss.
Sejenak, Verss diam serius membaca berita dalam media sosial yang sedang heboh di dunia Maya.
Tak ada banyak ekspresi, hanya diam membaca berita itu dan menurunkan ponsel kembali.
"Model dan aktor terkenal VY diketahui menderita sakit hingga mengharusnya dirinya untuk beristirahat sejenak dari dunia entertainment, menurut saksi kondisi kejiwaan VY labil hingga ia bertengkar dengan pengawal pribadinya dan tak sadarkan diri di lokasi, selebritis yang tidak banyak dikenal sebagai cucu pengusahan multitrilyuner EK ini direncanakan akan dibawa keluarganya untuk menjalani pengobatan di luar negeri hingga waktu yang belum ditentukan.."
Arland meraih ponsel itu dan menyerahkannya pada Derek kembali.
"Kita harus pindah, sebelum pergi Gale menghubungiku untuk membawamu pergi jauh dari sini, kondisi saat ini sedang tidak jelas kita tidak tahu siapa yang menyebarkan gosip itu tapi semua itu mungkin sudah direncanakan"
Tangan Verss gemetar, Arland meraihnya dan menggenggamnya erat.
"Hei jangan khawatir, kakak ada di sini, Mimin, Derek, semua orang akan menjagamu, Levi tidak usah memikirkan orang-orang itu yah"
Vers menoleh melihat Arland lama, ia lalu melihat ponselnya yang tergeletak di atas meja di sampingnya, hendak meraihnya.
"Gale, di mana dia? Coba kakak hubungi Gale"
Arland memegang dua tangan Verss yang dingin, wajahnya pucat, tiba-tiba tubuhnya gemetar, Arland memeluknya.
"Shut tenang Levi"
Arland melirik Mimin.
"Min tolong siapkan pakaian dan keperluan Levi kita harus pergi secepatnya"
Mimin mengangguk. Tanpa pikir panjang ia segera beranjak.
"Ayo Derek bantu aku"
#######