Chereads / Mr. Bodyguard Don't Love Me (Bhs Indonesia) / Chapter 43 - Masa Lalu Yang Datang Kembali

Chapter 43 - Masa Lalu Yang Datang Kembali

Di gedung Starshot.

Edwin dan staff terlihat sibuk melayani pers yang tiba-tiba mengerubungi kantor sejak pagi untuk mencari tahu informasi soal Vers.

"Pak tolong berikan pernyataan apakah benar Versa Yanng menderita sakit jiwa?"

"Bagaimana kondisinya sekarang?"

"Apa benar kalau Versa Yanng adalah cucu pengusaha besar Eric Karmen?"

"Bagaimana dengan jadwal syuting dan modelnya apakah kondisi kesehatannya mempengaruhi pekerjaannya?"

Edwin berusaha menepis para pers yang datang semakin banyak dan semakin berisik, dengan bantuan petugas keamanan akhirnya ia bisa keluar dari kerumunan dan bergegas menuju ke area parkir menuju mobilnya.

Edwin mengeluarkan ponselnya yang bergetar.

"Kalian di mana? Cepat bawa Versa menjauh jangan sampai ada yang mengikuti kalian, cepat lakukan saja jangan banyak tanya lagi urusan nanti urus lagi nanti!" Wajah Edwin marah, kesal, emosi tak terbendung, ia mendekati mobilnya menyalakan mesin dan meluncur cepat keluar area parkir, bahkan tak peduli wartawan yang berlari ke arahnya dan hampir ditabraknya.

"Orang-orang ini dapat informasi dari mana, kurang ajar sekali!"

Chiiiittt!! Roda mobil kecil milik Edwin berdesit karena terlalu cepatnya.

.......................

Arland membawa kendaraan sendiri, Mimin duduk di sampingnya sementara Verss duduk sendiri di belakang, Derek tidak diperbolehkan ikut oleh Vers karena ia tidak ingin melibatkan banyak orang dalam urusannya, lagipula Derek bisa membantu mencari informasi di luar sementara Verss menyinggir, Mimin sesekali menoleh pada Verss yang duduk melamun di kursi belakang, ia menarik napas panjang, bagaimana Verss yang manis yang ia kenal menjadi begitu lemah, melihat wajahnya yang gentar membuat dada Mimin sakit, ia tak bisa melakukan apapun.

"Apa, kita akan ke vila keluargamu?" Tanya Mimin, Arland menggelengkan kepalanya.

"Tidak bisa, orang-orang itu mungkin tahu di mana letak vila, kita ke luar kota, ada temanku yang mengelola motel, di sana mungkin cukup aman karena tak banyak orang yang tahu lokasinya"

"Bagaimana dengan Gale? Kenapa ia tidak muncul sampai sekarang? Apa ia benar sudah tidak peduli pada Vers lagi yah?" tanya Mimin dengan suara kecil, tak mau Verss sampai mendengarnya, tapi Verss mendengarnya, ia juga bertanda tanya kemana perginya Gale? Ia kerap melihat ponselnya berusaha menghubungi Gale tapi ia ragu, seharusnya Gale yang mencarinya kenapa ia yang harus menelponnya duluan? Tapi, ini sangat mencemaskan, bagaimanapun Gale ia tahu pria itu tidak akan membiarkan ia dalam masalah, kalau bukan karena sesuatu menghalanginya hingga ia tak bisa datang.

Mimin melihat sekitarnya.

Entah apa yang terjadi tapi pasti bukan hal baik karena ini menyangkut masa lalu Verss, sebagai artis terkenal mendapat gosip adalah hal biasa, tapi berita tadi, seolah semua terencana dengan matang, apa yang akan terjadi pada Verss kalau keluarganya itu sampai benar membawanya berobat keluar negeri? Mimin tak ingin membayangkannya tapi pastinya bukan hal baik karena melihat wajah Verss yang ketakutan keluarganya itu pastinya tidak punya niat baik terhadapnya.

"Heh" suara tarikan napas Mimin pelan sambil menyenderkan kepalanya ke bahu jok, tapi saat baru menyandarkan kepalanya matanya membelalak lebar melihat apa yang menuju ke depan mereka dengan cepat.

"Chiittttt!!!"

Brukkk!!

Tabrakan tak terhindari, sebuah truk kecil seperti sengaja menghantam kendaraan kecil yang dibawa Arland itu hingga terdorong keras ke belakang dan keluar jalan, berguling-guling begitu tak terkendali setelah menghantam pembatas jalan dan tak berhenti sampai menabrak pohon besar di bawah jurang.

Kendaraan kecil itu berhenti di tengah jurang datar dengan jarak cukup jauh dari jalan.

Asap mengepul dari kap mobil yang sudah remuk bagian depannya, Arland dan Mimin terlihat tak bergerak di jok depan.

Beberapa orang terlihat mendekati kendaraan kecil itu cepat, memecahkan kaca belakang membuka pintu dan menggendong tubuh Verss yang sudah tak sadarkan diri keluar.

Arland yang setengah sadar dengan darah mengalir dari atas keningnya hampir menutupi matanya masih bisa melihat Verss yang dibawa semakin menjauh.

"Ekh Levi" tapi ia tidak berdaya, sampai kegelapan mendatanginya dengan cepat seakan semua hanya mimpi buruk.

Tak butuh waktu lama suara sirene mobil polisi dan ambulans telah mengaung mendekati lokasi kecelakaan yang mulai dipenuhi banyak orang.

"Nguuinngg!!"

...................

Nyanyian burung pipit yang terbang ke sana kemari di pohon-pohon besar di halaman yang luas sebuah kediaman keluarga. Rumah besar di ujung jalan dengan dikelilingi halaman hijau penuh dengan pohon dan tanaman asri lainnya. Di lantai dua bangunan besar yang jauh dari keramaian kota, di balik pintu sebuah kamar yang dijaga ketat dua orang pria bertubuh besar dengan pakaian hitam dengan wajah serius.

Verss membalikkan kepalanya, mengangkat tangannya menghalau cahaya matahari yang mengenai matanya, ada perban kecil di pelipisnya, juga perban melingkar di tangan kanannya, entah di mana lagi tapi tubuhnya terasa sakit di beberapa tempat.

Verss bangun, melihat di mana ia berada saat ini, apakah mereka sudah tiba di tempat tujuan mereka? Di mana kak Arland bilang akan membawanya keluar kota, tapi, kenapa suasananya sangat tenang sekali? Terlalu tenang, Verss hendak menurunkan kakinya melihat keluar jendela yang terbuka di sampingnya tapi kakinya sakit bukan main.

"ackh" saat menyibak selimutnya Verss melihat perban melingkar di atas mata kakinya di kaki kanannya, sepertinya agak parah karena sakitnya berdenyut hingga tulang keringnya, ia tidak bisa menggerakkannya.

Walau masih bingung dengan apa yang terjadi, Verss berusaha berdiri, ia melihat kruk yang ditaruh di samping ranjang mungkin ditinggalkan untuknya, perlahan dengan agak tertatih ia bangun, menengok ke kiri dan ke kanan mencari ponselnya, ia tidak menemukannya di mana-mana, juga tas besar berisi pakaiannya, ia membawa semua di dalamnya harusnya laptopnya juga ada, tapi, kemana semua barang itu? Verss bergerak mendekati pintu tapi terdiam saat seseorang membukanya dari luar, mungkin kak Arlandnya, ia siap menyambutnya saat pintu terbuka lebar, tapi, raut wajahnya berubah, orang itu, bukan kak Arlandnya.

Kruknya terjatuh, Verss juga menjatuhkan tubuhnya terduduk di atas lantai dengan dua mata membelalak lebar.

"A anda"

...................

Di kantor kepolisian.

Prang!!

Suara kursi yang jatuh dengan keras di atas lantai.

Dua orang petugas berseragam menahan tubuh besar Gale yang memberontak setelah kesal ia sudah ditahan terlalu lama dalam ruang interogasi.

"Kurang ajar lepaskan aku! Kalian tidak berhak menahanku di sini, lepaskan aku, tuan muda mungkin dalam bahaya besar saat ini!" suara lantng Gale, ia sudah duduk sejak malam dan ini sudah hampir dua puluh empat jam ia ditahan di sana, entah bagaimana kondisi Verss sejak berita terakhir bermunculan di media sosial.

Dua detektif yang berdiri di depan pintu melihat Gale dengan mata besar tapi tidak bisa melawan, tubuh Gale yang besar membuat para petugas kewalahan menahannya.

"Cepat ringkus dia! Kurang ajar sekali berani memukul polisi" pria itu menyeka bibirnya yang berdarah setelah dihantam kepalan tinju Gale tadi, Gale masih berusaha memberontak, mereka menahannya dengan dalih ia adalah orang terakhir yang melihat Alex Karmen sebelum ia ditemukan meninggal mengenaskan di apartemennya, kamera cctv menunjukkan ia yang keluar kamar pagi saat hari kejadian sebelum Alex tewas, tapi orang-orang itu tidak memiliki bukti kalau ia yang menyebabkan orang itu tewas, mereka sepertinya sengaja menahannya di sini sementara di luar Verss mungkin dalam bahaya besar.

"Lepaskan aku! Kalian orang-orang bodoh! Berapa banyak yang sudah dibayar orang-orang itu pada kalian!"

Dua detektif terlihat gemas, keduanya maju hendak ikut menghajar Gale yang sudah ditahan dua polisi berseragam yang juga besar.

""ich orang ini"

Tapi belum sempat tangan detektif itu memukul perut Gale terdengar suara seseorang di balik pintu.

"Kalian tahu memukul saksi di ruang interogasi bisa dikatakan sebagai tindakan kriminal"

Tak lama beberapa orang muncul, beberapa pria berpakaian rapih dengan wajah serius yang memasuki ruang interogasi bersamaan, tiga orang pria, salah satunya yang paling depan menunjukkan tanda pengenalnya pada dua orang detektif di depan Gale.

Gale mengenal siapa pria itu.

"Kalian" detektif itu gagap, pria paling depan tak lain adalah Robert Mann, pria yang tak lain adalah putra sulung Ted Mann, yang ternyata seorang pengacara terkenal yang datang bersama teamnya.

Robert memelototi dua polisi yang menahan tubuh Gale.

"Kalian mau menahannya sampai kapan? Kalian catat nama para polisi itu dan kita akan menuntut mereka setelah ini' Ujar Robert pada dua pria di belakangnya.

"Yah pak"

Gale melihat Robert lama, Robert menarik bibirnya tersenyum, ia menarik kursi di depannya meletakkan tasnya di atas meja dan duduk dengan santai, menunjukkan dua detektif itu kursi untuk mereka duduk, Gale juga, tapi Gale hanya berdiri di tempatnya dengan resah.

"Aku harus keluar, tuan muda mungkin dalam bahaya besar saat ini"

Robert menahan napasnya.

"emm tapi kita belum selesai tuan Anderson"

Gale maju ke depan Robert hendak marah tapi tangan Robert terangkat.

"Iyah iyah aku tahu, heh, orang-orang itu, sangat mencemaskan sekali, kita akan cepat, duduk dulu" Gale masih ragu, hingga akhirnya dengan sangat berat ia duduk di samping Robert, ia mengulurkan tangannya pada pengacara handal itu.

"Pinjam ponselmu"

#######