Chapter 23 - Serangan Panik

Gale menggandeng tangan Verss kembali, menariknya maju ke arah rumah.

"Tuan muda, pernah lihat rumah ini?"

Verss melihat rumah yang jaraknya masih sekitar puluhan meter dari ia dan Gale, seperti sering melihatnya, dalam mimpinya, juga melihat seorang wanita yang menunduk melihat ke arahnya dan mengangkatnya seakan ia terbang dengan begitu ringan, dan rumah itu, sama persis dengan yang ada dalam mimpinya, sangat serupa.

Perlahan Verss mengikuti langkah Gale yang menariknya menuju ke arah rumah, ia tak bisa menghindar, hanya ada satu jalan di sana, walau tidak tahu apa yang terjadi tapi Verss harus mengakui perasaannya yang sangat hangat saat melihat dan kian mendekat ke arah rumah, walau jantungnya berdebar sangat kencang hingga seakan ia mengajaknya berlari secepatnya, tapi ia sangat menikmatinya, seperti sebuah kenangan indah yang mungkin dilupakannya.

"Gale, kenapa kita ke sini?" Verss menahan tangan Gale hingga ia menghentikan langkahnya lagi, Gale menoleh pada tuan mudanya, ia mendekat, digenggam telapak tangan Verss yang dingin dan menepuknya pelan.

"Ini, rumah milik tuan muda, sudah seharusnya tuan muda ke sini, aku, berhasil mendapatkannya lagi, untuk tuan muda"

Verss gagap, ia tidak bisa bicara hingga airmatanya yang keluar, ia menarik tangannya lagi lepas dari pegangan Gale.

"Tidak, ini pasti mimpi"

Verss panik dan bergegas membalik ke arah ia datang tadi, ini pasti hanya mimpi, mimpi di mana ia selalu kembali ke rumah itu, tapi setelahnya justru sakit hati karena mimpi indahnya berubah menjadi mimpi buruk.

Gale mengejar Verss cepat.

"Tuan muda tunggu! Ini bukan mimpi!" Gale berhasil menahan tangan Verss tapi pemuda itu dengan cepat menurunkan tubuhnya dan menutup dua telinganya dengan tangannya rapat.

"Tidak jangan"

Wajah Verss pucat, ia berusaha menarik udara yang semakin tipis di sekitarnya, semua seperti menghilang walau ia sekuat mungkin berusaha menghirup udara itu.

"Hoh hoh hoh"

Gale menyesal, melihat wajah panik Verss ia menarik tubuh Verss dan memeluknya erat.

"Tuan muda tenanglah, Gale di sini"

Verss masih terengah berusaha bernapas, dadanya sesak, semakin lama semakin lemas.

"Hoh hoh Gale, aku, tidak bisa bernapas, bawa aku pergi, bawa aku pergi"

Gale meraih tangan Verss dan melingkarkan ke lehernya, dengan mudah ia mengangkat tubuh lemas Verss dan menggendongnya pergi secepatnya dari sana.

"Iyah tuan muda kita pergi, kita pergi yah"

Tangan Verss lemas jatuh di dalam gendongan Gale, pria itu dengan cepat berlari menuju ke tempat parkir.

Tak berapa lama kemudian,

Deru kendaraan yang meluncur mulus di jalan menuju ke arah kota membangunkan Verss, ia yang tertidur dengan kepala menyandar di jendela dalam kendaraan yang bergerak cepat.

Versa membuka matanya, melihat sekitarnya mengumpulkan ingatannya, ia menoleh ke kursi pengemudi di mana Gale terlihat serius membawa kendaraan itu dengan kecepatan cukup tinggi.

"Gale"

Gale hampir menangis, matanya merah, mungkin menahan tangis, ia menoleh pada Versa sejenak tapi masih fokus membawa mobil itu dengan stabil.

"Tuan muda, anda baik-baik saja, maaf harusnya aku bilang dulu, maaf membuat tuan muda panik"

Gale menyesal, dan mereka pergi tanpa membawa obat penenang Verss, ia sangat gegabah.

Verss tersenyum, melihat wajah panik Gale membuat ia merasa dirinya memang sudah sangat berlebihan.

"He aku tidak apa-apa"

"Kita akan kembali ke apartemen tuan muda, aku tidak akan membawa anda ke sana lagi, kita, pergi lain waktu yah"

Verss berpikir, ternyata trauma yang dirasakannya masih sangat besar, tanpa ia sadari, masih bersembunyi jauh di dalam hatinya, entah sampai kapan ia baru bisa menghadapinya, tapi yang pasti bukan sekarang, untuk saat ini, ia belum bisa, pandangannya jauh ke luar jendela di mana pemandangan alam di kanan kiri jalan yang hijau terbentang, jalan, yang ia lalui saat melarikan diri bersama Ella, ia hanya tak mengingatnya, tapi, bukan berarti ia melupakannya, heh mungkin akan memejamkan matanya sejenak dan meresapinya, entah kapan sakit hati itu akan hilang.

....

Gale menaikkan selimut hingga menutupi dada Verss, ia terlelap cepat setelah minum obat antidepresinya, walau tidak diinginkan tapi menurut dokter tidur yang cukup akan membuat ia merasa jauh lebih baik saat bangun nanti.

Gale menarik napas panjang, ia sudah melakukan kesalahan dengan mengajak tuan mudanya ke rumah masa kecil yang memiliki kenangan indah, tapi juga banyak sekali kenangan buruk bagi Verss, ia menyesal menjadi orang yang egois dan tidak memikirkan perasaan Verss.

Gale diam, menatap wajah tak berdaya pemuda itu tidur dengan mata tertutup rapat, guratan halus di dahinya karena banyak sekali pikiran yang mengganggunya, Gale mengangkat tangannya, membelai kening Verss perlahan menghilangkan guratan halus itu, Gale tak bisa melarikan diri, kalau ia melihat Verss lebih dari pada yang ia bayangkan sebelumnya, kini, keselamatan Verss jauh lebih penting dari sekedar mempertaruhkan nyawa untuk melindunginya, kini, ia seperti nyawa lain untuk Gale sendiri, nyawa yang harus ia jaga bagaimanapun caranya.

Gale masih ingin melihat wajah Verss lebih lama hingga ponsel di balik sakunya bergetar.

Drrrzzzttt! Drrrzzzttt.

Gale melihat siapa yang menghubunginya sore itu, ia bangun dari duduknya dan bergegas menuju ke luar kamar.

Tangannya masih di handel pintu saat mengangkat teleponnya.

"Yah" wajah Gale terlihat sangat serius dengan sorot mata tajam.

"Aku tidak peduli bagaimana cara kalian, semua bukti harus diserahkan pada kejaksaan besok malam, paling lambat, aku tidak suka menunda sesuatu yang sangat penting, apalagi sesuatu yang sudah seharusnya"

Tak butuh waktu lama, sambungan telepon dimatikan Gale, ia menggenggam ponselnya dengan erat, matanya berkilat melihat lurus ke depan, apapun yang membuat ia begitu bersemangat hingga adrenalinnya bergejolak sangat cepat, apapun itu ia seperti menjadi Gale lainnya yang ia sembunyikan selama ini.

"Heh"

#######