Matahari bersinar terang.
Hangatnya cahaya mengenai wajah Verss yang masih tertidur lelap di atas ranjangnya.
Perlahan Verss membuka matanya, hanya diam melihat jendela yang sedikit terbuka dengan angin berhembus masuk melambai tirai begitu ringan.
"Anak haram! Kau lebih baik mati saja!"
Suara makian yang kini semakin jelas di kepalanya, seakan berteriak dengan keras memenuhi pikirannya.
"Hahahaha buka saja semua pakaiannya, lihat apa bagusnya anak ini hingga papa begitu menyukainya!"
Suara saat mata-mata liar penuh nafsu dan kebencian menahan tubuhnya dengan tangan-tangan mereka dan melepaskan pakaiannya selembar demi selembar.
"Jangan! Hentikan jangan ku mohon jangan!"
Bahkan teriakan suara yang serak dan lemah karena lama kelaparan tidak digubris, mata-mata itu, mata pria dan wanita yang tak lain adalah anak-anak dari opanya sendiri, kakak tiri dari ayah kandungnya sendiri, paman dan bibi yang harusnya melindunginya, tapi, mereka justru membuat hidupnya bagai di neraka.
Setelah itu mereka masih menyeretnya yang tanpa pakaian hanya menyisakan selembar pakaian dalam keluar rumah kedinginan dan kehujanan, belum lagi ketakutannya usai karena petir yang kerap menyambar seakan ingin meledakkan gendang telinganya, air hujan yang turun sangat keras menusuk kulitnya yang polos, air hujan yang sudah bercampur lumpur membuat sekujur tubuh hingga wajahnya kotor, tubuh kecilnya gemetar hingga tak mampu bergerak melawan dingin yang masuk hingga tulang paling dalamnya, giginya tak bisa berhenti bergetar hingga mengeluarkan suara gemeretak, ia berusaha merangkak masuk rumah, ia dingin, lapar, semua bagai di neraka, kenapa tidak langsung membunuhnya saja agar semua penderitaannya usai, Vers terjatuh, napasnya hampir habis, tak ada lagi tenaga tersisa hingga ia lebih menyerupai seonggok tubuh yang masih bernapas saja tanpa ada harapan lainnya, perlakuan tidak manusiawi yang bahkan tidak pantas diterima seekor anjing liar sekalipun.
"Hoh Hoh hoh"
Airmata Verss jatuh lagi, ia tidak ingin menangis tapi rasa sakit itu sendiri mendesak keluar dari dadanya tanpa bisa ia kendalikan.
Gale masuk dari pintu membawa nampan dengan bubur dan susu hangat, ia langsung mendekati ranjang dan meletakkan nampan di atas meja, menghampiri tuan mudanya yang terlihat menangis.
"Tuan muda"
Verss mengangkat tangannya menutup matanya, ia tak ingin orang lain melihat kelemahannya, ini tidak pantas, ia orang yang kuat, tidak boleh lemah walau apapun yang terjadi, tapi saat melihat Gale masuk dan kini duduk di pinggir ranjangnya, Verss semakin tidak bisa mengendalikan airmatanya, ia menangis hingga tubuhnya bergetar, demam panas mempengaruhi emosinya yang tidak stabil.
"Ems Gale"
Gale tersenyum, ia mengangkat tangannya membelai pipi Verss, seketika Verss bangun dari rebahnya dan memeluk Gale erat, menangis sekencang-kencangnya.
"Huks Gale"
Gale berusaha menahan airmatanya, ia membelai kepala belakang dan punggung Verss lembut.
"Tidak apa-apa tuan muda, Gale ada di sini, selama Gale di sini tidak akan ada yang bisa menyakiti tuan muda lagi, menangis lah sepuasnya yah"
Gale membelai rambut belakang Verss, membenamkan semua kepala Verss dalam pelukannya, panas tubuh Verss menyatu pada hangat tubuhnya, getarannya perlahan berkurang hingga menghilang.
"Gale, apa, opa benar menyuruhmu melindungiku?" Tanya Verss.
Gale menahan napas sebentar, ia sebenarnya tidak ingin mengatakan apapun sebelum semua selesai, tapi, melihat kondisi Verss saat ini ia sepertinya tidak bisa menyembunyikannya lebih lama.
"Eh itu, Beliau, sangat mencemaskan tuan muda, hingga hari terakhir beliau terus menanyakan bagaimana kondisi anda, tuan muda, tidak boleh lemah begini, kita akan mengumpulkan semua kekuatan kita hingga tidak akan ada yang tersisa sedikitpun dari orang-orang itu, Gale akan selalu menemani tuan muda sampai kapanpun"
Vers menahan napasnya, berusaha menenangkan dirinya.
"Aku tidak ingin berhubungan dengan mereka lagi Gale, biarkan saja mereka"
Gale mengelus punggung Verss, ia mengangguk pelan.
"Iyah Tuan muda, Tuan muda tidak pernah berhubungan dengan mereka lagi, Gale berjanji"
Verss melepas pelukannya, melihat wajah pria itu dengan jarak sangat dekat, matanya yang teduh membuat dada Gale bergetar, bibirnya yang manis membuat Gale semakin ingin mendekat dan menciumnya, tapi ia tidak boleh melakukan ini, saat ini semua rencananya belum berjalan lancar, tapi, saat Gale ragu, Verss justru maju memiringkan kepalanya dan mengecup bibir Gale, entah ia sadar atau tidak, entah apakah karena demamnya, panas tinggi mempengaruhi pikirannya saat itu.
Gale terdiam, membeku di tempatnya.
"Eh tu tuan muda"
Gale gagap, melihat wajah Verss saat ini seperti semua yang dirasakan tak lagi sesuai dengan apa yang dipikirkannya.
Tangan Gale lembut mengangkat dagu dan leher belakangnya Verss dan mengecup bibir pemuda itu, menciumnya dengan lembut dan sangat hati-hati, ia bisa merasakan getaran yang ada di dalam hatinya sejak lama meluap seperti air begitu saja, apa yang sudah ditahannya selama ini, begitu indahnya perasaan menyentuh Verss dengan cara seperti ini, cara di mana ia bisa merasakan cinta yang selama ini terpendam dalam hatinya, cinta yang sangat dalam hingga ia rela melakukan apapun untuk Verss, walau Gale berpikir ini mungkin mengambil kesempatan saat Vers lemah tapi ia tidak peduli, akan memikirkannya nanti saja.
"Cup"
Beberapa bulan lalu di sebuah apartemen suite di tengah kota.
Gale berdiri menundukkan kepalanya di depan kursi di mana seseorang duduk di atasnya, seorang pria tua yang duduk di atas kursi roda dengan beberapa staff yang mengelilinginya.
Gale mengangkat kepalanya bertanya seakan tak percaya dikatakan pria tua di depannya.
"Eh maksud Tuan?"
"Aku sudah tua dan sakit parah Gale, dokter bilang mungkin usiaku juga tidak akan bisa bertahan sampai usia anak itu dua puluh satu tahun, untuk saat ini, satu-satunya orang yang bisa kupercayai adalah dirimu, kau mengikutiku sejak kecil, kau tahu bagaimana hidup anak itu karena aku memintamu selalu mengawasinya, dan kini, kau akan menjadi walinya sampai usianya cukup untuk mengambil alih semua aset yang dimiliki papanya, tidak ada orang lain yang bisa kuandalkan selain dirimu Gale, jangan pernah mengecewakan aku"
Gale gagap, ia hanya melihat selembar photo yang diberikan pria itu padanya tadi, selembar photo milik Verss saat ia masih kecil, Eric Carmen, pria tua itu tahu bagaimana ia selalu melirik photo itu setiap kali masuk ke dalam ruang kerjanya, bagaimana pria tua itu berusaha menemukan cucu kandungnya yang luput dari perlindungannya setelah diusir dari rumahnya sendiri saat ia masih kecil.
########