Menjelang siang hari berikutnya.
Di aula lantai dasar gedung Starshot, perusahaan mengadakan konferensi pers siang itu karena proses syuting Blossom Mapple sudah usai, para aktor dan aktris berjejer di bagian depan untuk sesi pertama yaitu photo bersama kru sebelum para wartawan diperbolehkan masuk.
Tampak Verss dan Arland berada di bagian pojok berphoto dengan Edwin dan kepala team drama Augusto Ruis dan kru filmnya.
"Yah lihat ke sini" photographer mengabadikan wajah ceria para aktor utama dan pendukung yang sudah lelah syuting selama kurang lebih tiga bulan, untuk drama singkat sepuluh seri waktunya sebenarnya agak lama, proses pengambilan gambar selesai tapi masih banyak yang harus dilakukan team di belakang layar untuk memastikan drama itu siap tayang beberapa bulan berikutnya, dan hingga saat itu, jadwal Vers dan Arland akan sangat padat dengan jadwal promosi dan offline televisi, tentunya keduanya akan sering bertemu hampir setiap hari.
Tangan Arland merangkul pinggang belakang Verss menariknya agar lebih dekat dengannya, Arland tak peduli walau mata tajam seperti mata pedang sudah melihatnya sejak tadi di belakang photographer, siapa lagi kalau bukan Gale.
Sepanjang konferensi pers, Gale berdiri tak jauh di belakang Verss membuka matanya lebar-lebar dengan begitu banyaknya orang dalam ruangan, apapun bisa terjadi saat ini jadi lebih baik waspada.
"hehe iyah terima kasih"
Banyak karangan bunga yang diberikan untuk Gale dan Arland, keduanya menjadi bintang utama yang menarik semua perhatian pada mereka.
...
Karangan bunga dan hadiah boneka yang akhirnya memenuhi jok belakang mobil hitam besar yang kini sudah meluncur keluar area perkantoran Starshot.
Mimin duduk di kursi depan memaparkan jadwal Verss berikutnya.
"Sore ini kita ada acara di televisi lokal, untuk variety show anak-anak, Verss ingat khan yang membawakan cerita dengan boneka itu, proses rekaman kurang lebih dua jam, lalu setelah itu acara online di radio, dan akhirnya makan malam dengang kru Blossom Maple, team sudah memesan restoran di tengah kota, kita semua akan ikut ke sana makan yah Verss"
Verss terlihat lelah, ia menyandarkan kepalanya ke pundak lebar Gale yang duduk di sampingnya, Gale mengangkat tangannya merapihkan rambut Verss yang jatuh berantakan, wajahnya terlihat lelah dengan begitu banyak kegiatan yang harus dilakukannya sepanjang hari dari pagi, tapi Gale bisa tersenyum melihat Verss yang begitu bersemangat dan melarutkan diri dalam pekerjaan hingga lupa akan masalahnya.
"Tuan muda mau makan apa siang ini?" tanya Gale.
Verss mencoba memejamkan matanya, ia mengantuk sekali, mungkin akan menggunakan sedikit waktu menuju ke tempat selanjutnya untuk tidur, ia kurang tidur.
"Apa saja Gale, rasanya tidak begitu lapar"
"Yah tetap saja Tuan muda harus makan"
Mimin menoleh dari depan, ia hendak berteriak mengatakan apa makan siang mereka setelah ini tapi mengurungkan niatnya saat melihat Verss yang duduk menempel pada Gale, seketika kepala Mimin mulai membayangkan apa yang terjadi antara Verss dan Gale dalam versinya.
"Oh Vers"
Dalam versi Mimin POV.
Gale meraih dagu Verss, membelai pipinya dengan lembut dan mengecup bibirnya, memegang pinggang belakang Verss dengan tangannya yang besar menyatukan tubuh keduanya sangat dekat, keduanya seakan menjadi satu.
Tapi....
Tut tut!!
Suara klakson sangat kencang yang dibunyikan Din membuyarkan lamunan Mimin, belum lagi teriakan dramatisnya.
"Woi jalan lihat-lihat donk!! Main motong jalan orang sembarangan tidak takut mati yah!" suara cempreng Din tanpa toa sekalipun terdengar menggelegar.
Mimin spontan memukul pundak Din yang melongokkan kepalanya keluar jendela, ia melihat Mimin yang marah padanya dengan wajah bingung.
"Kau ini"
"Kenapa Min?"
"Yah kenapa mesti teriak-teriak begitu? Suaramu seperti enak didengar saja"
"Yah habisnya tuh orang motong jalan begitu saja, kalau tertabrak mobil kita bagaimana nanti dia minta pertanggungjawaban lagi"
Mimin masih memukul pundak Din kesal.
"Jangan keras-keras begitu juga buat orang jantungan saja ich"
Din tidak lagi menghiraukan Mimin, gadis itu memang suka marah-marah sendiri tanpa sebab, ia masih terus saja mengoceh seperti nenek-nenek, Verss yang sudah setengah tertidur di pundak Gale tidak menghiraukan mereka, karena sudah menganggap semua seperti keluarganya sendiri walau seribut apapun Mimin dan Din tidak membuat ia terganggu.
Tapi Gale yang terganggu.
"Kalian bisa diam tidak, Tuan muda mau tidur"
Mimin dan Din melirik, tatapan mata Gale yang tajam membuat keduanya diam seketika, tatapan mata Gale seolah ingin menelan keduanya.
"eh hehe"
Gale menggeser kepala Verss agar lebih nyaman di pundaknya, memegang tangannya agar tidak jatuh, Mimin dan Din sampai tak bisa berkata apa-apa, bisa gawat kalau raksasa itu sampai marah.
Tapi sesekali tangan Mimin masih memukul Din.
"Kamu sih"
Din hanya pasrah, ia menjalankan mobil kembali perlahan setelah kendaraan begitu padat tadi.
.......
Acara makan malam di restoran bintang lima yang sengaja dibooking team dari Starshot untuk makan malam, Vers dan Arland duduk satu meja, Gale duduk di samping Verss dan Mimin di sampingnya, Edwin duduk bersama pejabat di meja lain yang terlibat pembicaraan yang cukup seru, syuting drama yang berjalan lancar dan banyaknya sponsor untuk drama membuat Edwin harus melebarkan mulutnya tersenyum semalaman, ia sibuk melayani semua kliennya dengan wajah bersemangat tanpa henti.
"Hehehe yah tentu tentu, kami bisa ambil lagi adegan ekstra itu, semua bisa diatur, Verss selalu berusaha menyenangkan semua orang sebisanya, ia dengan senang hati akan melakukannya hehe"
Mata Gale melirik Arland yang duduk terlampau dekat dengan Vers bahkan memegang tangannya mencoba membaca garis tangannya, trik murahan, pikir Gale dalam hati.
"Coba lihat garis tangamu ini, Levi kau ini ditakdirkan menjadi orang yang sangat hebat, juga sangat baik, terkenal dan banyak penggemarnya"
Verss tertawa kecil mendengar ucapan Arland, bukannya ia sudah tahu semua itu.
"Heheheh kak Arland bisa saja, sekarang khan memang sudah begitu, memang ada yang lain"
Arland tersenyum sangat lebar, ia terus memegang tangan Vers yang sangat lembut dan enggan melepaskannya walau ada harimau yang sudah siap menerkamnya.
"Ini juga, katanya kau akan selalu dilindungi semua orang, disayangi banyak orang"
"Benarkah kak? Kok kakak bisa tahu hal seperti ini, kak Arland bohong yah"
"Tidak, kakak tidak bohong, kak Arland pernah bilang khan dulu makeuper kakak ada yang tahu masalah seperti ini dan ia memberikan kakak sebuah buku, yah kurang lebih seperti itu hehehe" wajah konyol Arland sambil tertawa dan menggaruk kepalanya, Verss hanya melihatnya dengan mata sipit, sangat meragukan, pikirnya.
Tak lama pelayan mulai mengantarkan makanan yang segera memenuhi meja bulat besar itu.
Belum lagi Arland bicara Gale sudah memajukan duduknya dan menarik tangan Verss.
"Tuan muda, ini bersihkan tangan tuan muda dengan disinfektan sebelum makan" Gale meraih dua telapak tangan Verss dan membersihkannya dengan cairan pembersih yang selalu dibawanya kemana-mana, dua tangannya yang besar memegang tangan Verss yang terlihat begitu kecil, Arland gemas, ia menahan kesal ingin memukul Gale tapi mata besar Gale sudah melotot padanya.
"Ich orang ini"
Gale masih meremas telapak tangan Verss.
"Apa yang kemarin masih sakit tuan muda?"
Verss menggelengkan kepalanya.
"Sudah tidak Gale, hanya sedikit pegal saja"
"Yah sudah nanti malam akan Gale balurkan minyak pijat yah"
Verss mengangguk.
"Boleh juga"
Mata Arland membelalak lebar, memijat? Pria itu menyentuh tubuh Verss, ia tidak rela, bagaimana bisa Verss membiarkannya.
"Levi, apa maksudnya memijat?"
#######