Malam ini aku duduk sendirian di atas ranjang. Habib masih belum kembali dari sholat isya di masjid. Lagi-lagi pikiranku tertuju pada satu nama, yaitu Umar.
Aku masih tidak mengerti dengannya, kenapa dia bisa mendapatkan fakta bahwa Farida hamil di luar nikah. Aku rasa itu tidak mungkin, karena Farida adalah wanita beragama. Dia adikku, aku sangat mengenalnya. Seperti apa dia luar dalam, aku paham betul. Dan aku juga tahu seperti apa rapuhnya Farida, dia itu sangat lemah dalam hal yang berhubungan dengan hati.
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya perasaan Farida jika Umar sampai menceraikan dia. Jika memang Farida bersalah, dia memang berhak menerima resikonya, tapi tidak untuk bayinya. Bayi itu tidak berdosa, aku tidak akan membiarkannya lahir tanpa ayah.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum salam."