"El?"
Aku terperanjat saat pundak ku di tepuk pelan oleh bunda dengan tiba-tiba. Aku tidak tahu apa yang bunda pikirkan atas tingkah ku yang aneh, karena sudah mengintipi Farida di kamarnya. Tapi raut wajah bunda memperlihatkan kalau dia tengah bingung.
"Sedang apa kamu di depan kamar Farida? Kenapa tidak masuk saja?" tanya bunda.
Aku mendadak gagap. Rasanya lidah ini kelu untuk di bawa bicara, seperti ada sesuatu yang mengganjalnya. Di tambah lagi raut wajahku yang kelihatan seperti maling yang tertangkap basah, membuatku semakin gugup.
"A—nu, Bunda. Aku ... aku ..." Aih, kenapa aku jadi gagap begini?
"Anu apa? Bukannya kamu ingin menemui Farida?" potong bunda karena perkataan ku tak kunjung selesai.
"Iya, tapi ..."
Lagi-lagi aku tak bisa menyelesaikan kalimatku karena pintu kamar Farida sudah terbuka. Deritan pintu membuat aku dan bunda sama-sama menoleh, ada Farida yang muncul dari balik pintu dengan gamis coklat panjang.