Aku menangis dalam diam. Aku lari ke atas dan langsung masuk ke kamar. Pintu ku tutup rapat, lalu menangis sejadi-jadinya dengan punggung yang masih bersandar di pintu. Ucapan Umar benar-benar menyayat hati. Bisa-bisanya dia meminta ku untuk bercerai dari Habib agar bisa kembali bersamanya.
Tapi, dia tidak berpikir. Berapa banyak hati yang akan hancur karena perceraian kami. Bukan hanya Habib dan Farida yang akan hancur, mungkin hidup ku dan Umar juga bisa hancur. Atau bahkan semua orang akan merasakan kehancuran kami.
Aku tidak bisa membayangkan kiamat seperti apa yang melanda keluarga ku setelah ini. Umar tampak sangat bersikukuh dengan niatnya untuk menceraikan Farida. Dan aku rasa, dia juga masih mencintai diri ini.
"El, kamu kenapa?"
Habib tampak panik setelah dia keluar dari kamar mandi dan mendapati tubuh istrinya ini terduduk di dekat pintu. Khimar yang aku pakai jadi basah karena air mata dan juga bekas keringat Habib tadi.
