Chereads / Hero Alliance / Chapter 34 - Chapter 34 : Regenerasi vs Manusia Gua

Chapter 34 - Chapter 34 : Regenerasi vs Manusia Gua

Saat para Hero lain sudah selesai berhadapan dengan musuh-musuhnya, Saibo yang tersesat sangat jauh sampai masuk ke dalam sebuah gua masih belum selesai dengan hal itu.

Akibat kemampuan Vindiru yang menyesatkan penglihatan Hero dengan kabut buatannya. Saat ini Saibo berada di dalam sebuah gua yang sayangnya adalah milik seseorang.

"Apa yang kau lakukan di dalam guaku?!"

"Sa-Sabar sebentar …, kita bisa bicarakan ini baik-baik hehehe …."

"Keluar dari guaku! Semuanya serang dia!"

"Tidak bisa diajak bicara, ya? Sayang sekali. Kalau kulihat-lihat lagi sepertinya dia ini bukan manusia normal, apa aku boleh melukainya?"

Pada saat Saibo sedang menggumam sendiri, puluhan manusia gua suruhan manusia kerdil itu mulai menyerang Saibo secara bersamaan.

Manusia kerdil itu berasal dari suku Dwarf yang dikenal luas memiliki ciri fisik lebih pendek dari manusia normal, ia juga merupakan penduduk kerajaan hutan dan salah satu Jenderal Kerajaan Hutan, namanya adalah Immanuel Sabactee.

Ia memiliki kekuatan untuk mengendalikan manusia-manusia gua yang ada di sini dan dianggap sebagai penguasa di gua ini.

Sementara manusia-manusia gua yang dikendalikannya memiliki ciri fisik seperti manusia normal, walaupun dengan tubuh yang lebih kekar dan otot-otot yang dapat dibanggakan oleh mereka. Mereka membawa sebuah gada yang menjadi senjata utamanya.

Salah satu dari mereka sudah mendekati Saibo yang saat ini sedang terpojok dan berada di dekat tembok gua. Tapi Saibo tampak tidak panik dan tenang melihat mereka menyerangnya.

"Gwaaa …!! Agghhkk …!!"

Sebelum serangannya sempat mengenai Saibo, kepala manusia gua itu sudah terpisah duluan akibat terjangan kapak Saibo. Ia menyembunyikan kapaknya di dalam bajunya dan mengeluarkannya disaat-saat yang tepat.

"Dia tidak bisa bicara, sepertinya tidak perlu ragu untuk menyerangnya. Lagipula ini di dalam gua jadi aku tidak perlu khawatir untuk kena hukuman atau semacamnya. Hehehe …."

Saibo memikirkan apa yang terjadi nanti jika S.E.I.D mengetahui kalau dia membunuh seorang warga sipil. Tapi bagi Saibo mereka tidak terlihat seperti warga sipil dan juga ini berada di dalam hutan, jadi ia semakin tidak ragu untuk menyerang mereka.

"Gwaaa!!"

Tuuungg…

Saat ia sedang berpikir dan melamun, sebuah gada menghantam salah satu manusia gua mendarat tepat di pelipis kanannya. Tapi Saibo tidak bergeming sama sekali dan gada tersebut masih menempel di sana seakan tidak terjadi apa-apa.

Saibo kemudian melirik ke arah pelipisnya dan perlahan darah mulai mengucur menuju ke pipinya. Melihat hal itu Saibo tentu saja tidak tinggal diam dan langsung membalasnya.

Craaasshh…

"Beraninya menyerang seseorang saat tidak siap!"

Saibo menebas tangan yang memegang gada tadi yang seketika putus. Manusia gua itu berteriak kesakitan dan Saibo pun langsung menebasnya menjadi dua dan membuatnya langsung mati.

"Baiklah, baiklah, kalian mau melawanku? Ayo maju kalian semua."

Saibo menantang semua manusia gua itu untuk menyerangnya secara bersamaan. Ia tersenyum percaya diri dengan kemampuannya sendiri dan senyuman itu membuat para manusia gua tadi terprovokasi dan mulai menyerang Saibo.

"Gwaah!!"

Pertarungan antara Saibo dengan puluhan manusia berlangsung sengit dan brutal. Hampir semua serangan manusia gua mengenai bagian tubuh dari Saibo, tapi itu semua seakan tidak dirasakan sama sekali oleh Saibo yang makin lama makin menguasai jalannya pertarungan.

"Akkhhh …!! Gaakkhh …!! Gyaaakhh …!!"

"Ayo! Mana lagi!"

Buuugghh…

Salah satu manusia gua berhasil memukul bagian lengan kanan Saibo yang sebelumnya sudah terluka dan sudah tersisa tulang dan beberapa daging yang menempel sampai terputus.

"Boleh juga!"

Tapi Saibo tidak berhenti sama sekali. Ia mengambil kapak dengan tangan kirinya yang masih digenggam oleh tangan kanannya yang terputus lalu memenggal kepala manusia gua tadi dengan tangan kirinya.

Ia terlihat bersenang-senang di atas genangan darah yang ia ciptakan sendiri. Seringai dan tawa bahagia Saibo bergema di dalam gua itu yang membuat Immanuel terdiam dan menganga tidak percaya.

"Manusia gua … manusia guaku!"

Ia berlutut tidak percaya sekaligus marah dengan Saibo. Tapi tidak banyak yang bisa ia lakukan mengingat semua manusia gua bawahannya telah terbantai.

Puluhan manusia gua itu kini tinggal tersisa beberapa orang saja. Dan saat tinggal tersisa satu orang, manusia gua terakhir itu tidak menyerang Saibo. Ia terdiam ragu dan berpikir apakah nantinya dia akan bernasib sama dengan teman-temannya yang lain.

Saibo dengan penuh luka yang mulai beregenerasi dan darah dari manusia gua datang mendekati manusia gua terakhir yang masih hidup.

"Hoo … yang satu ini cukup pintar juga. Apa dia ketakutan melihatku?" gumam Saibo.

"Gwaaa!!"

Craaasshh…

Teriakan dan serangan putus asa manusia gua terakhir itu terhenti karena Saibo telah mengakhiri hidupnya dengan kapak miliknya.

"Ya kurasa dia memang sudah tidak punya pilihan lain."

Setelah berdiam sebentar sambil memperhatikan semua mayat manusia gua yang telah ia habisi, luka-lukanya perlahan menutup dan beberapa menit kemudian semuanya sudah sembuh total lagi.

Lalu tanpa sengaja Saibo bertatapan muka dengan Immanuel yang sedang terlutut tidak percaya. Ia benar-benar lupa dengan kehadirannya karena terlalu sibuk keasyikan membantai manusia gua tadi.

"Aku benar-benar lupa denganmu! Oh iya, sampai mana kita tadi?" tanya Saibo.

"Ka-Kau … aku akan mengusirmu dari guaku!"

"Eh? Benarkah?! Kalau begitu bisa—"

"Lihat saja nanti!"

Ucapan Saibo dihiraukan begitu saja oleh Immanuel yang berlari ke dalam gua lebih jauh lagi. Sementara Saibo hanya bisa mengusap-usap kepalanya dan pada akhirnya ia pun memutuskan untuk mengikuti Immanuel.

"Padahal aku memang mau keluar dari sini."

Saibo pun berjalan santai ke arah perginya Immanuel, meninggalkan genangan darah yang masih menempel di alas sepatunya yang menciptakan bekas jejak sepatu berwarna merah.

Immanuel yang berlari ketakutan sambil melihat ke belakang sesekali untuk mengecek keberadaan Saibo di belakangnya kemudian mengambil sebuah obor yang menempel di dinding gua. Ia kemudian memasuki sebuah ruangan yang lebih besar lagi, tapi masih memiliki kesan gua di dalamnya dengan stalaktit dan stalakmit yang tersebar di langit-langit dan dasar gua.

Lalu Immanuel pun berdiri di dalam ruangan gelap itu sambil memegang obor yang menjadi satu-satunya sumber cahaya di sana, ia telah berhenti berlari karena memang sudah tidak ada jalan lagi di ruangan itu alias buntu.

Saibo berhasil menyusul Immanuel yang telah berdiri menunggunya sejak beberapa saat yang lalu. Saibo bingung padahal awalnya Immanuel lari ketakutan dengannya tapi sekarang malah menunggunya.

"Kau sudah tidak bisa lari kemana-mana sepertinya," ucap Saibo.

"Aku akan mengusirmu dari sini!"

"Itu yang aku inginkan dari tadi … aduh …."

"Kau akan merasakan akibatnya karena telah masuk ke dalam guaku!"

Immanuel lagi-lagi tidak mendengarkan perkataan Saibo padahal tujuan mereka sebenarnya sama. Lalu Immanuel melemparkan obor itu ke bawah dan seketika beberapa obor lainnya menyala secara estafet yang berjalan melingkari sesuatu.

Saat semua obor tadi sudah menyala, Saibo bisa melihat jelas sebuah singgasana besar yang berada di tengah-tengah obor tadi. Dan singgasana itu tidak kosong, melainkan di duduki oleh seorang manusia raksasa setinggi 5 meter yang sedang memangku pipinya dengan tangan.

"Si-Siapa itu?"

"Oi kau! Buat dirimu berguna dan hancurkan makhluk itu!"

Raksasa itu adalah raja manusia gua yang telah ditaklukkan oleh Immanuel. Seakan merupakan senjata terakhirnya, Immanuel menyuruh Raja untuk menyerang Saibo. Setelah disuruh, mata Raja kemudian terbuka dan langsung melihat ke arah Saibo.

Saibo yang awalnya berpikir akan diserang olehnya, ternyata malah mengangkat Immanuel. Sementara Immanuel sendiri malah kegirangan dan berkata akan mengalahkan Saibo.

"Apa yang …?"

"Lihat saja kau! Aku akan menghancurkanmu! Aku akan menghancurkanmu!"

Craaasshh…

Itu adalah kata-kata terakhir dari Immanuel sebelum dirinya dimakan hidup-hidup oleh Raja. Mulai dari kepalanya sampai seluruh tubuhnya habis dimakan tanpa ada yang tersisa.

Saibo awalnya tidak mengerti dengan perbuatan Immanuel dan Raja. Tapi setelah beberapa saat kemudian, dengan mulut yang penuh dengan bekas darah, ada sesuatu yang berubah dari Raja. Matanya memancarkan sinar putih kebiru-biruan dan kembali melihat ke arah Saibo.

"GroaAakkKkhHHHhh …!!! Aku akan mengusirmu dari sini!"

"Kau masih yang tadi kah?!"

Ternyata kesadaran Immanuel berpindah ke Raja saat ia dimakan olehnya. Dengan tubuh baru dan kekuatan barunya, Immanuel kemudian melakukan sesuatu.

Sryiing… Sryiing…

Ia membuka telapak tangannya dan meniup sesuatu dari telapak tangannya. Ratusan cahaya bulat seukuran bola pingpong berwarna putih kebiru-biruan kemudian terbang seiring dengan tiupan Immanuel. Tapi anehnya ia tidak mengincar ke arah Saibo dan hanya terbang melewatinya saja.

"Sebenarnya apa yang terjadi sih?!" ucap Saibo bingung.

Tanpa diketahui Saibo, beberapa cahaya tadi masuk ke dalam mayat manusia gua yang sebelumnya dikalahkan oleh Saibo. Tiba-tiba mereka semua bangkit dengan keadaan fisik yang masih sama dengan sebelumnya, Seakan mendapat perintah yang sama di dalam kepala mereka, para manusia gua tadi pergi menuju ke tempat Saibo secara bersamaan.

Dan sisa cahaya yang masih tersisa terbang keluar gua dan mencari sesuatu seperti yang tadi. Cahaya-cahaya kecil tadi adalah roh hutan yang diciptakan oleh Immanuel yang telah berubah menjadi Divine Forest karena telah bersatu bersama Raja Manusia Gua.

**

Sementara para Hero lain yang baru memasuki hutan seperti Aiza, Techno Man, dan Lightning Mask tidak memiliki petunjuk kemana mereka harus pergi. Awalnya mereka ingin langsung ke Kerajaan Hutan, tapi mereka menunggu Hero-Hero yang lain untuk berkumpul.

"Apa ada tanda keberadaan mereka?" tanya Aiza.

"Aku tidak tahu, aku sudah berusaha menghubungi mereka tapi tidak ada yang membalas," ucap Techno Man.

"Bagaimana ini?"

"Kalian tidak perlu panik begitu."

"Eh?"

Dari salah satu jalan setapak hutan, muncul Big Bro dengan pakaian yang kotor dengan lumpur dan bekas luka ringan lainnya.

"Big Bro? Kau tidak apa-apa?" tanya Lightning Mask.

"Aku tidak apa-apa, tidak ada luka yang terlalu serius yang aku alami."

"Begitu, ya. Lalu apa kau tahu keberadaan Shota dan Saibo?"

"Ah, kalau itu aku tidak bisa menjawabnya. Sebuah kabut tiba-tiba datang dan memisahkan kami semua, setelah itu aku tidak tahu keberadaan mereka dan malah bertemu musuh."

"Mereka juga tidak menjawab teleponnya."

Tiit… Tiit… Tiit…

Tiba-tiba telepon Techno Man berbunyi dan ia pun langsung mengangkatnya. Yang meneleponnya pun juga tidak ia duga sama sekali karena ia adalah Fire God.

"Yo Yohan, apa kau sedang sibuk?"

"Mahesa? Kenapa tiba-tiba meneleponku?"

"Soal itu, aku menemukan Shota di lorong rumah sakit tadi. Kondisinya lumayan parah dan ia sedang dirawat sekarang, jadi aku ingin memberitahumu soal hal itu."

"Shota? Apa nyawanya terancam?"

"Ia sempat tidak sadarkan diri dan mengalami hipotermia, tapi saat ini kondisinya mulai stabil dan membaik."

"Begitu, ya? Kalau begitu aku akan memberitahu S.E.I.D kalau Shota akan mundur dari medan pertempuran."

"Baiklah kalau begitu."

Techno Man menutup teleponnya dengan Fire God. Ia merasa lega karena setidaknya ada kabar dari Shota dan kabarnya tidak buruk.

"Bagaimana dengan Shota?" tanya Lightning Mask.

"Dia selamat, tapi saat ini ia tidak bisa bertarung dengan kita sekarang."

"Syukurlah, jadi sekarang tinggal Saibo saja, ya?"

Sryiing… Sryiiingg…

Di atas kepala mereka tiba-tiba melesat dengan cepat ratusan roh hutan buatan Immanuel tadi.

"Apa itu barusan?"

"Aku tidak tahu."

Dengan perasaan para Hero yang masih bingung dengan roh hutan yang baru saja lewat di atas mereka, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan sekumpulan pasukan Kerajaan Hutan yang sebelumnya sudah dikalahkan.

"Me-Mereka?!"

"Bukankah seharusnya sudah aku kalahkan semuanya?"

Selain para kroco yang sudah dibakar dan disetrum oleh Lightning Mask, ada juga para pemanah dan Tarantula yang masih terdapat panah Mei di ubun-ubun kepalanya. Lalu terakhir ada juga Kadaal yang berjalan sempoyongan sambil membawa kepalanya sendiri di tangannya.

"Mayat hidup?!"

Ratusan pasukan Kerajaan Hutan itu kembali bangkit dari kematian dan ingin kembali bertarung dengan para Hero.

"Apa kita harus melawannya?" tanya Big Bro.

"Sepertinya tidak ada pilihan lain."

"Aku juga belum bertarung dari tadi."

Techno Man langsung mengeluarkan armor suit besinya dan bersiap ke dalam mode tempurnya. Ia juga mengeluarkan pistol berbentuk futuristik dengan laser sebagai pelurunya. Sementara Aiza Yuki sudah bersiap juga dengan pedang es di kedua tangannya

"Hah … kurasa sudah tidak ada pilihan lain."

Big Bro juga bersiap dengan mengeluarkan pedangnya dari dalam sarungnya. Ia kemudian mengeluarkan listrik dari sekujur tubuhnya yang ia fokuskan ke arah pedangnya.

Bzztt… Bzztt…

"Hei nak, kekuatan kita lumayan mirip, ya?" ucap Lightning Mask.

"Ya, sepertinya begitu."

Lightning Mask juga membuat sebuah pedang yang terbuat dari elemen listrik. Sebuah Katana listrik yang biasa ia pakai sebagai senjatanya.

"Aku duluan."

"Tidak, aku duluan."

Zwuusshh…

Big Bro dan Lightning Mask berebut untuk menyerang duluan. Tapi pada akhirnya mereka menyerang secara bersamaan dengan kecepatan kilat yang hampir sama meninggalkan Aiza dan Techno Man di belakang mereka.

"Mereka bersemangat sekali," ucap Aiza.

"Apa kau tidak?"

"Hehe … tentu saja aku juga!"

Aiza Yuki dan Techno Man juga ikut menyerang. Para kroco itu benar-benar bukan apa-apa dibandingkan dengan para Hero, apalagi dengan Hero sekelas Lightning Mask atau Aiza Yuki. Tapi kemampuan regenerasi yang dimilik oleh para mayat hidup ini membuat mereka sedikit kesulitan.

Padahal mereka sudah dibakar, dipotong, dan yang lainnya, tapi selalu saja beregenerasi kembali. Sampai pada akhirnya, Big Bro secara tidak sengaja membelah salah satu kroco itu menjadi dua bagian dan mengambil cahaya yang sebelumnya terbang di atas kepala mereka.

"Bukannya ini yang terbang tadi? Coba kuhancurkan, ah."

Praaankk…

Setelah menghancurkannya, kroco yang terbelah dua tadi tidak beregenerasi kembali. Darahnya sekarang mengucur deras dari lukanya, padahal tadi tidak keluar sama sekali. Dan dia pun mati sungguhan kali ini.

"Mati? Oi semuanya! Di dalam tubuhnya ada sebuah cahaya kecil! Incar itu!"

"Hoo … kerja bagus, kalau begitu aku tinggal menebasnya terus sampai mengenai cahaya itu," ucap Lightning Mask.

Kali ini pekerjaan para Hero lebih mudah karena sudah tahu apa yang harus dihancurkan. Tidak ada masalah berlebih bagi para Hero mengatasi mereka, karena mereka pernah menghadapi musuh yang lebih kuat dari ini.

**

Sementara di dalam gua, Saibo yang dikepung oleh pasukan mayat hidup itu tidak menghadapi banyak masalah. Meskipun tubuhnya berantakan tapi dengan cepat dapat kembali beregenerasi.

Ia juga dengan cepat mengetahui soal titik lemah dari mayat hidup itu yaitu cahaya yang ditiupkan oleh Immanuel atau Divine Forest barusan.

Ia melempar-lemparkan roh hutan terakhir lalu menangkapnya lagi. Semua mayat hidup itu telah dikalahkan oleh Saibo dan tinggal tersisa Divine Forest sendirian saja.

"Aku kira bakal bertambah kuat, ternyata sama saja. Bedanya cuma lebih sulit mati saja."

Praaankk…

Saibo meremas roh hutan terakhir itu dan mayat hidup di belakangnya yang coba meraihnya pun jatuh ke tanah dan mati sungguhan. Kini yang tersisa di depannya hanyalah Divine Forest seorang.

"Jadi, apa yang akan kau lakukan? Semua anak buahmu sudah mati, lho."

"Da-Dasar makhluk rendahan! Aku akan membunuhmu!"

Divine Forest mengambil sebuah kapak besar berukuran lebih dari 2 meter yang ditaruh di sebelah singgasananya. Kapak yang dipakai oleh Divine Forest memiliki bentuk yang sama dengan kapak viking, sementara kapak Saibo adalah kapak biasa untuk memotong pohon.

Swuuushh… Craaassh…

Divine Forest menghujamkan kapak itu secara vertikal langsung ke arah Saibo, tetapi Saibo hanya bergerak ke samping sedikit berusaha untuk menghindar. Tapi usahanya terlalu sedikit jadi bagian pundak sampai dada kirinya terkena serangan tadi.

"Kau masih belum mengerti juga?"

"He?"

"Aku ini tidak bisa mati semudah itu!"

Dengan tangannya yang tinggal satu, ia melompat tinggi menuju ke arah kepala Divine Forest. Kapaknya terlalu kecil untuk memotong lehernya dalam sekali tebasan, oleh karena itu ia memikirkan cara lain.

"Rasakan ini!"

Craaasshh…

Divine Forest tidak memiliki kesempatan untuk menghindar. Serangan Saibo terkena telak tepat di tengah-tengah antara kedua mata Divine Forest. Ia kemudian ambruk terduduk di atas singgasananya sendiri dan mati seketika.

"Fyuuhh … akhirnya selesai juga."

Saibo kembali mengambil kapaknya yang tertancap dan berjalan pergi keluar dari gua, tidak lupa ia melepaskan jaketnya dan membuangnya karena sudah terlalu banyak terkena darah dan membuatnya sulit untuk dicuci.

Sambil bersenandung kecil, ia pun sampai di bibir gua dan terkejut karena sudah ada beberapa orang yang ia kenal menunggunya. Mereka adalah teman-teman Hero-nya.

"Kau lama sekali, tahu," ucap Techno Man.

"Bagaimana kalian bisa tahu kalau aku ada di sini?"

Techno Man menunjukkan teleponnya dan ia menemukan Saibo lewat sinyal yang berada di telepon Saibo.

"Seperti biasa penampilanmu selalu berantakan setiap kali selesai bertarung, ya?" ucap Lightning Mask.

"Ya ini sudah jadi kebiasaanku."

"A-Apa kau tidak apa-apa? Lu-lukamu?" Big Bro panik melihat kondisi luka Saibo yang bisa membuat orang normal mati.

"Ah, ini? Tenang saja mereka akan sembuh dengan sendirinya."

"Tapi sayangnya tugas kita belum selesai, ya?"

"Iya, masih ada satu hal lagi yang harus kita urus."

Para Hero pun bergegas menuju ke Istana Kerajaan Hutan. Tapi tanpa mereka sadari, Vindiru yang selalu memperhatikan mereka dari atas pohon yang aman mengetahui kondisi mereka saat ini.

"Dasar Hero sialan."

Bersambung....