Setelah Sword Master menyelamatkan Java City dari serangan Robot MM-02, kota kembali dalam masa tenangnya yang tidak lama itu.
Tapi di sebuah tempat yang tidak diketahui tempatnya. Penuh dengan bangunan runtuh dan rusak, tidak ada lagi sesuatu yang mendukung kehidupan di tempat itu, tapi ada salah satu tempat yang sangat berbeda dengan sekitarnya.
Tembok-temboknya dilapisi dengan besi dan dipasangi sebuah alat anti radar agar tempat itu tidak terdeteksi oleh satelit dari luar angkasa. Dan di tempat itu, beberapa orang sedang berkumpul.
Bzztt... Bzztt...
"Pemberitahuan ... kontak telah terputus dengan MM-02 ...."
Suara pemberitahuan dari komputer tadi memberitahu segalanya. Orang itu telah kehilangan kontak dengan Robot MM-02 setelah Sword Master memenggal kepalanya. Ia terlihat sangat kesal dan hampir menghancurkan layar komputernya sendiri.
"Ro-robot buatanku berhasil dikalahkan?! Kau pasti bercanda, kan?!"
Orang yang duduk di depan layar itu memakai sebuah zirah robot yang ia gunakan untuk memperkuat tubuh serta serangannya secara instan.
Selain orang yang duduk di depan komputer tadi, ada beberapa orang lagi yang berada di ruangan yang sama dengan orang itu.
"Ihihihi ... ternyata tubuh besarnya hanya menutupi lemahnya serangan robot itu."
"Apa kau bilang?! Aku akan melepas jahitanmu, dasar boneka sialan!"
"Ihihihi ... menyeramkan sekali."
Suara perempuan dengan nada yang menyebalkan dan sifatnya juga yang tidak kalah mengesalkan itu berasal dari sebuah boneka yang bisa berdiri dan berbicara tanpa perlu bantuan siapapun, ia memiliki kesadarannya sendiri.
"Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?"
Selain boneka seukuran gadis balita tadi, ada juga seekor harimau berbulu putih humanoid yang dapat berjalan dengan dua kaki dan dapat berbicara.
"Yang harus kita lakukan? Tentu saja membalas perbuatan mereka, bukan?! Memangnya apa lagi?!"
"Tenang dulu semuanya."
Perdebatan semua orang yang ada di ruangan itu dihentikan oleh seseorang. Tapi mereka tidak bisa melihat wujudnya dengan jelas, ia saat ini berada di atas balkon dan hampir seluruh bagian tubuhnya tidak terkena cahaya, hingga mereka hanya bisa sorotan mata tajamnya saja.
"Serangan pertama itu hanya sebagai percobaan saja. Ternyata para Hero masih memiliki kemampuan untuk mengalahkan robot sebesar itu meskipun kondisi kota mereka tidak terlalu baik."
"Well ... sepertinya kita memang tidak bisa meremehkan kekuatan para Hero, sih," ucap boneka tadi.
"Itu benar. Java City sudah beberapa kali diserang habis-habisan tapi mereka masih bisa berdiri sampai sekarang, itu sudahmembuktikan kalau kekuatan mereka memang hebat."
"Lalu kau mau menyuruhku apa?! Menunggu dan tidak membiarkanku membalas dendam robotku?!"
"Aku tidak pernah bilang begitu. Yang kita butuhkan saat ini adalah sebuah rencana, dan aku sudah memiliki hal itu."
Pria misterius itu melihat ke arah seseorang ber hoodie abu-abu yang sedang berdiri menyender tembok. Dari tadi ia berada di dalam ruangan tapi sama sekali tidak berkontribusi dalam pembicaraan.
"Silent Shooter ...." Ia menengok setelah namanya dipanggil. "... Kau buat kekacauan di Metrokarta City."
"Baik."
"Lalu untuk Cindaku sendiri, kau buat kekacauan di Java City." Nama Harimau putih humanoid itu disebut dan ia siap menerima perintah dari pria misterius tadi.
"Aku mengerti."
"Terakhir Techno Knight dan Death Doll. Kalian berdua rebut kepala MM-02. Di kepalanya terdapat beberapa informasi yang penting tentang kita, kita tidak boleh membiarkan para Hero dan S.E.I.D. tahu apapun tentang kita."
"Pasti akan kulakukan!"
"Anggap semuanya beres."
"Membuat fokus mereka terpecah, itu adalah cara kuno tapi selalu efektif," gumam orang misterius itu.
Techno Knight dan Death Doll terlihat sangat percaya diri dengan tugas yang diberikan kepada mereka.
"Oh iya Techno Knight, apa kau tahu siapa yang mengalahkan robotmu?"
"Kalau itu ...."
Techno Knight kemudian menelusuri gambar terakhir yang berhasil terekam dari penglihatan Robot MM-02, dan ia menemukan satu.
"Dia orangnya. Dia adalah Sword Master, Hero yang sudah lama tidak terlihat dan tiba-tiba menyelamatkan kota."
"Sword Master ... jadi begitu, ya."
Setelah ia rasa tidak ada yang bisa dilakukan lagi untuk saat ini, pria misterius itu pun berniat pergi dari ruangan itu. Tapi tiba-tiba ia teringat sesuatu.
"Oh iya, aku punya pesan untuk kalian saat menjalankan misi nanti."
"Hn?"
"Lakukan sebrutal mungkin."
Setelah itu ia pun pergi dari ruangan itu. Pesan terakhirnya di sambut dengan baik oleh mereka semua, terutama Death Doll yang membuka mulutnya dengan lebar dan mengambil sebuah pisau dari dalam kerongkongannya.
**
*Metrokarta City*
Trotoar di sebuah distrik perbelanjaan di Metrokarta City terlihat ramai seperti biasanya. Orang-orang yang menunggu lampu merah di pinggir zebra cross, orang yang keluar masuk toko, siswa-siswi yang bercanda ria dan lainnya. Normal seperti biasanya.
Lalu lampu merah berubah menjadi hijau, orang-orang yang menunggu di pinggir jalan mulai menyebrang dan mobil pun juga berhenti. Dan di saat ratusan orang menyebrang dari kiri maupun kanan, sesuatu tiba-tiba terjadi.
"Dor!"
Craassh...
Seorang pria tiba-tiba ambruk di tengah zebra cross yang ramai itu. Beberapa orang yang peduli kemudian menghampirinya dan menanyakan keadaannya.
"Hei tuan, apa kau tidak apa-apa?"
Tapi tidak ada jawaban dari pria itu. Jawaban yang didapat oleh orang yang bertanya tadi adalah darah yang mengucur perlahan keluar dari kepala pria yang ambruk tadi.
"Da-darah ...."
"Kyaaa!"
"Oi! Seseorang cepat telepon ambulan!"
"Dor!"
Craassh...
Orang yang sedang membantu pria yang ambruk tadi tiba-tiba terdiam kaku. Sebuah lubang tercipta di dahinya dan darah mengucur dari lukanya, dan seketika ia pun ambruk juga.
Di depan pria itu terdapat seorang dengan hoodie abu-abu sedang mengarahkan tangannya dengan pose jari membentuk sebuah pistol. Tangan kirinya berpose pistol sementara tangan kanannya memegang rokok yang ia hisap dengan santainya.
Orang lain yang melihat hal itu tidak memiliki waktu untuk berpikir lagi, yang harus mereka pikirkan saat ini adalah lari sejauh mungkin dari pria itu dan menyelamatkan diri.
"Pe-pembunuh .... Lari semuanya!"
Kondisi persimpangan jalan itu menjadi sangat kacau dengan keberadaan Silent Shooter di sana. Sementara Silent Shooter tidak terlihat panik saat targetnya melarikan diri, lagipula ia bisa dengan mudah menembaknya.
Ia kemudian menjatuhkan rokok yang masih menyala di tangan kanannya lalu juga berpose seperti memegang pistol.
"Dor! Dor! Dor!"
Craassh... Craassh... Craassh...
Ia mulai menembak secara membabi buta kepada siapa saja yang berlari menjauh darinya. Peluru yang Silent Shooter ciptakan dari tangannya tidak terlihat dan bisa langsung tiba-tiba menembus kepala seseorang begitu saja.
Kebetulan sekali di dekat sana ada dua Hero—yaitu Slowness alias Kuchiku dan Lightning Speed alias Victo, yang sedang bersantai dan pulang belanja. Perhatian mereka berdua teralihkan karena ribut-ribut di jalanan itu.
"Kuchiku, bukankah ini terlalu ribut? Sebenarnya apa yang terjadi di sana?" tanya Lightning Speed.
"Entahlah, ayo kita hampiri."
Mereka pun menghampiri kerumunan yang sedang berlari panik ketakutan dan salah satunya menabrak Lightning Speed. Alhasil belanjaan yang dipegangnya jadi jatuh berserakan di tanah.
"Ma-maaf, tuan."
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Slowness.
"A-ada pembunuh!"
Orang itu kemudian kembali berlari menjauh sementara kedua Hero itu bertekad mencari tau lebih jauh lagi tentang orang yang dimaksud.
"Pembunuh?" ucap Lightning Speed yang telah selesai membereskan belanjaannya yang jatuh.
"Sepertinya kita harus bertugas kali ini. Ayo Victo!"
Mereka pun berjalan mendekat ke arah Silent Shooter. Dan saat sudah sampai di dekatnya, mereka melihat banyak tubuh yang sudah terbujur kaku dengan darah di mana-mana.
"Oi, hentikan!" ucap Lightning Speed.
"Hn? Hero, kah?"
Silent Shooter yang tadinya terlihat tidak tertarik tiba-tiba tersenyum lebar ketika melihat kehadiran dua Hero itu.
"Kau datang di saat yang tepat, Hero. Dor!"
Psyuu... Craassh...
Mata Lightning Speed melebar. Refleks tubuhnya yang cepat membuat ia bergeser dengan sendirinya dan membuat lengannya terluka. Ia terkejut karena tiba-tiba lengannya sudah berlubang saja.
"Victo! Kau tidak apa-apa?!"
"Ya ... hati-hati, Kuchiku." Lightning Speed meringis kesakitan memegangi lengannya.
"Tcih! Aku meleset."
**
*Java City*
Selain Silent Shooter, Cindaku kali ini juga memiliki tempatnya sendiri untuk beraksi. Ia sudah membunuh beberapa orang di sini dan menginjak kepala salah satu korbannya yang terdapat bekas cakaran besar di sekujur tubuhnya.
Ia melihat santai ke arah kerumunan orang-orang yang sedang berlari menjauhi dirinya dan ia pun sudah bersiap untuk menyerang mereka. Tapi tiba-tiba ia mendapat beberapa serangan dari polisi yang baru datang.
Dor... Dor... Pletaak...
Peluru tadi berhasil mengenai kepala bagian samping dari Cindaku, tapi itu hanya membuat kepalanya sedikit tersentak dan tidak ada luka dalam sama sekali. Cindaku melihat kesal ke arah polisi yang menembakinya dari balik mobil.
"Manusia sialan!"
Greb... Braaghh...
Cindaku menggenggam sebuah mobil yang ditinggalkan pemiliknya itu dengan satu tangan sampai penyok. Lalu ia melemparkannya ke arah semua polisi yang tadi menembakinya.
"Uwaa ... Waakkhh!!!"
Braaghh... Duaarr...
Mobil yang dilempar tadi membuat mobil polisi yang dijadikan tempat berlindung bagi para polisi itu meledak. Cindaku kemudian mengendurkan fokusnya kepada para polisi yang ia pikir sudah ia kalahkan.
Tapi ternyata mereka semua belum mati.
"Kerja bagus, bonekaku."
"Hnm? Hero, ya?"
Dua boneka kayu yang keseluruhan tubuhnya berwarna coklat kayu itu membawa masing-masing dua polisi di kedua tangannya dan menyelamatkan mereka semua dari ledakan mobil barusan.
"Dulu aku belum sempat beraksi karena lawannya terlalu besar, tapi saat ini kemampuanku akan berguna," ucap orang itu.
Hero yang sebelumnya diselamatkan oleh Sword Master dari injakan robot MM-02, yaitu Chriztopher The Puppeter. Dengan boneka kayu kesayangannya, ia menjaga kota ini bersama Hero-Hero lainnya.
"Akhirnya aku bertemu Hero, lama juga kau datangnya padahal aku sudah membunuh beberapa orang."
Cindaku menendang tubuh korban yang dibunuhnya ke dekat Chriztopher. Ia meliriknya sedikit dan melihat bekas cakaran besar di tubuhnya, dan setelah itu ia fokus lagi dan emosinya sedikit terpancing kali ini.
"Apa kalian tidak ada lelahnya menyerang kota ini?"
"Serangan kami tidak akan berhenti sampai kami mendapatkan apa yang kami mau."
"Begitu, kah? Aku rasa kau tidak akan mendapatkannya."
"Aku tidak yakin dengan perkataanmu barusan."
Pertarungan antar Chriztopher the Puppeter melawan Cindaku akan segera dimulai.
**
*Ayakashi Tower*
Sementara di bagian lain Metrokarta City, di gedung pencakar langit bernama Ayakashi Tower. Techno Man sedang memeriksa bangkai kepala dari MM-02 yang ia bawa pulang untuk ia teliti. Dan ia menemukan sesuatu yang menarik di penelitiannya.
"Tidak mungkin .... Ini, kan—"
Ngiiuung... Ngiiuung... Ngiiuung...
Sirine peringatan bahaya berbunyi di ruangan Techno Man. Dan tiba-tiba salah seorang pekerja dari Ayakashi Industries memasuki ruangan untuk melapor kepada Techno Man alias Prof. Yohan.
"Tuan Yohan! Ada seseorang yang menerobos masuk ke pintu depan dan menyerang para pekerja kita!"
"Jangan-jangan mereka ingin mengambil kembali kepala robot ini?! Sial, pasti mereka menaruh pelacak atau semacamnya. "
Techno Man kemudian berpikir sebentar sebelum akhirnya memerintahkan pekerjanya itu.
"Kirimkan petugas keamanan gedung untuk menahan mereka! Aku butuh waktu sedikit lagi untuk menyelesaikan urusanku!"
"Baik!"
Setelah mendapat perintah dari Techno Man, pekerja Ayakashi Industries itu langsung menurutinya dan pasukan keamanan gedung tidak lama turun tangan untuk mengatasi kericuhan di pintu depan.
Drap... Drap... Drap... Drap...
Sepuluh petugas dengan pakaian dan persenjataan lengkap dengan cepat datang menghampiri seorang dengan zirah robot lengkap. Orang itu telah membunuh beberapa pekerja dan seorang security.
"Datang pengganggu lainnya," ucap penyusup berzirah robot itu.
Penyusup berzirah robot itu—Techno Knight kemudian melempar salah satu tubuh orang yang sudah tewas tapi berhasil ditangkap dengan baik oleh para petugas keamanan.
"Ini peringatan bagi kalian! Letakkan senjatamu dan menyerahlah! Atau kami akan menembakimu!"
Sebuah peringatan diteriakkan oleh seseorang yang berada di depan petugas keamanan lainnya, dia adalah pemimpin petugas keamanan itu.
Tapi Techno Knight seakan tidak peduli dengan peringatan atau gertakan yang diberikan oleh pemimpin petugas keamanan, ia malah berjalan dengan santai mendekati mereka semua.
"Kau yang memintanya, semuanya TEMBAK!!!"
Dratatatatatata...
Rentetan tembakan peluru keluar dari senjata api tipe Assault Rifle SG 553 itu. Membuat debu-debu beterbangan dan menutupi pandangan semua petugas keamanan yang menembakinya.
Pemimpin petugas keamanan itu kemudian mengangkat tangannya dan memerintahkan untuk menahan tembakan. Suasana menjadi sangat hening ketika rentetan tembakan berhenti. Sampai salah satu dari mereka bertanya.
"Apakah berhasil?"
Zwuushh...
Dari balik debu yang beterbangan itu, tiba-tiba melesat sebuah boneka kecil yang membawa pisau dan naik ke atas kepala petugas keamanan.
"Gyahahaha !!! Mati! Mati! Mati!"
Craaskk... Craaskk... Craaskk...
Boneka kecil dengan pakaian gotik ala zaman 1800an—Death Doll mulai melompat dari satu kepala ke kepala lain sambil menggorok leher mereka. Dan setelah sampai di orang terakhir yang telah tergorok, Death Doll kemudian turun ke lantai.
"Khikhikhikhi!!! Menyenangkan sekali."
Ia tertawa dan mulai menjilati darah yang ada di bilah pisaunya. Death Doll masih belum puas dan ingin mencari mangsa yang lain. Saat seseorang datang dengan sangat menarik perhatian.
Duuaarr...
Techno Man datang ke tempat itu dengan menghancurkan temboknya dan datang sangat terlambat karena semua petugas keamanan sudah mati tergeletak di tanah.
"Hn? Khikhikhikhi!! Hero ...."
Wajah Death Doll terlihat sangat sumringah ketika ia melihat Techno Man seperti melihat mangsa lainnya. Ia dengan brutalnya melompat ke arah Techno Man yang sedang dalam keadaan siap tempur dengan zirah besinya.
"Derajatku pasti akan naik jika berhasil membunuhnya. HYAAA !!!"
Graab... Kraak...
Tapi dengan mudah Techno Man menangkap kepala Death Doll yang hanya sebesar kepalan tangan robotnya. Meskipun sempat memberontak dan menusuk-nusuk lengan Techno Man, tapi Death Doll tetap mati saat Techno Man meremukkan kepalanya dalam sekali genggaman.
"Dasar monster, teganya kau membunuh mereka semua."
"Hoo ... tidak kusangka aku bisa bertemu denganmu lagi, Yohan."
"Suara dan wajah itu ... tak kusangka ternyata kau masih hidup, Techno Knight—tidak, atau bisa kupanggil ... Yogi?"
Pertarungan mereka akan segera dimulai. Entah dimanapun pertempuran itu terjadi, tapi pihak penyerang memiliki sebuah tujuan yang para Hero tidak ketahui.
Bersambung...