Saat Chriztopher sudah tidak memiliki kemampuan untuk bertarung lagi karena kedua boneka kayunya telah dihancurkan berkeping-keping oleh Cindaku, tiba-tiba datang sekumpulan Hero yang menjadi bala bantuan bagi Chriztopher.
"Yo, Chriz. Apa aku terlambat?"
"Sepertinya kau kesulitan, ya?"
Chriztopher masih bingung karena dirinya yang telah diselamatkan oleh para Hero itu. Kedua Hero yang menyapanya adalah Death Knight dan Skyfall.
Death Knight memiliki kemampuan untuk mengeluarkan Yokai alias makhluk halus dari dalam buku yang ia sebut dengan Book of Yokai. Saat ini buku itu sedang terbuka dan melayang di dekat tubuhnya.
Sementara Skyfall menurunkan Chriztopher dengan hati-hati. Ia memiliki kemampuan untuk membaur dengan sekitarnya dan kamuflase layaknya seekor bunglon. Kemampuannya mirip dengan Kadaal meskipun tidak sesempurna Kadaal.
"Bagaimana kalian bisa tahu kalau aku ada di sini?" tanya Chriztopher yang masih bingung.
"Pertanyaan bodoh."
"Dengan keributan sebesar ini, siapapun pasti bisa menemukanmu."
Lalu dua Hero lainnya yang menjawabnya adalah Akira dan Silver.
Akira memakai baju casual biasa seperti ingin berbelanja ke minimarket. Tapi ia juga melengkapinya dengan sepasang sarung tangan yang tidak menutupi bagian ujung jari dan kukunya.
Lalu satu-satunya perempuan di sini yaitu Yuriko Hikari memakai Hoodie hitam dengan celana pendek dan bersenjatakan sebuah gun knife dan sniper. Dari balik tudung Hoodie nya tersembunyi rambut perak panjang lurus yang indah.
"Silver, kau bisa mengobati Chriz?" tanya Death Knight.
"Bisa saja, tapi nantinya kalian akan tiga melawan satu berhadapan dengannya."
"Tidak apa, yang terpenting saat ini adalah Chriz dahulu."
"Aku tidak terluka terlalu parah, sih. Hanya boneka-bonekaku saja yang hancur."
"Meski begitu tetap sembuhkan saja dia."
"Baiklah, baiklah."
Silver pun kemudian mengulurkan tangannya dan meraih tangan Chriztopher. Lalu tangan Hikari berubah menjadi cairan yang melahap tangan Chriztopher sampai ke bagian nadinya dan ia pun bisa memulai proses penyembuhannya.
"Entah kenapa rasanya agak geli," ucap Chriztopher.
"Dasar mesum."
Padahal Chriztopher hanya menyampaikan rasanya saja tapi dia malah dicap mesum oleh Hikari. Dan kembali ke Death Knight yang berhadapan dengan Cindaku bersama Akira dan Skyfall.
"Jumlah tidak menentukan pemenangnya, kau tahu?" ucap Cindaku serius.
Ia menjadi yang tidak diuntungkan saat ini karena harus berhadapan dengan lima orang sekaligus setelah bertarung cukup lama dengan boneka-boneka Chriztopher yang tentu saja menguras banyak tenaganya.
Tapi Death Knight juga tidak bisa meremehkan Cindaku. Meski dari jarak sekitar 10 meter, ia bisa dengan jelas merasakannya. Merasakan pancaran energi kuat dari dalam tubuh Cindaku, tidak heran kalau Chriztopher kalah dengannya.
Dan saat ini Death Knight ingin menguji seberapa kuat Cindaku.
"Tora, serang dia."
"Grrkkhh ...!!"
Death Knight menyuruh Yokai harimaunya—Tora untuk menyerang Cindaku. Tora dengan cepat langsung melesat menuruti perintah Death Knight.
"Raagghhh!!"
"Hal seperti ini tidak berguna untukku!"
Zwuuusshh...
"Ap—?!"
Cakaran yang dilancarkan oleh Cindaku hanya menyerang angin karena secara tiba-tiba Tora berhenti di udara seakan melayang. Dan setelah cakaran Cindaku meleset, Tora kembali menyerang dan mendorong Cindaku jatuh ke aspal.
Bruukkhh...
Tora kali ini menimpa tubuh Cindaku dan menapak di atas dadanya yang membuat Cindaku kesulitan bergerak.
Sraakk... Sraakk... Sraakk...
"RaAagghhH!!!"
Raungan dari Tora serta cakaran bertubi-tubi yang terus dilancarkannya berhasil menghasilkan luka di lengan dan dada Cindaku.
Tapi Cindaku yang dipojokkan seperti ini tidak diam saja dan mencoba membalas. Sambil terus diserang oleh Tora, Cindaku mencoba mencari celah yang bisa ia gunakan untuk lepas dari serangan Tora.
Dan ia pun menemukannya.
Ia menggenggam dan menarik kaki belakang Tora dan melemparnya ke samping. Tora kemudian terlempar ke samping dan berguling di aspal sebelum akhirnya dapat berhenti dan fokus pada Cindaku lagi.
"Awas, Tora!"
Teriakan dari Death Knight sudah terlambat karena kecepatan Cindaku yang menghampiri Tora yang belum siap.
Craaasshh...
Cindaku berhasil menancapkan cakar panjangnya tepat di jantung Tora yang membuatnya terkena efek yang sangat fatal.
"Tora!"
"Makhluk rendahan sepertimu tidak berhak berada lebih tinggi dariku!"
Bluss... Bluss...
Tora yang sedang tertusuk oleh cakar dari Cindaku di bagian dadanya mulai terurai saat ia diangkat setinggi-tingginya oleh Cindaku. Yokai itu kemudian benar-benar menghilang dari genggaman Cindaku dan tidak ada sedikitpun darah yang tersisa di tangan maupun cakar Cindaku.
Csshh...
"Hn? Apa ini?"
Meskipun tidak ada darah pada cakarnya. Justru malah ada sebuah bekas luka bakar di tangan Cindaku. Meskipun tidak terlalu terasa, tapi luka bakar itu tetap saja terasa sakit bagi Cindaku.
"Kau punya peliharaan yang bagus juga, ya?" ucap Cindaku kepada Death Knight.
"Tch."
Death Knight tidak membalas pujian dari Cindaku. Karena ia mendengarnya seperti sebuah sarkas darinya. Salah satu temannya yaitu Skyfall bertanya pada Death Knight.
"Bagaimana ini? Bahkan Yokai-mu tidak bisa menghadapinya."
"Tidak apa, aku masih memiliki rencana lain. Tapi aku memerlukan bantuan kalian."
Mereka semua mengangguk dan mendengarkan rencana Death Knight dengan seksama. Sementara Cindaku membiarkan para Hero berdiskusi seolah tidak peduli dengan apa yang dilakukan para Hero. Ia benar-benar memandang remeh para Hero.
Para Hero telah selesai berdiskusi. Meskipun begitu banyak yang ragu dan tidak yakin dengan rencana dari Death Knight.
"Apa kalian bisa melakukannya?" tanya Death Knight.
"Itu memang bisa dilakukan, tapi ...."
Wajah ragu dapat terlihat dengan jelas dari wajah para Hero. Meskipun unggul dalam segi jumlah, mereka tidak yakin bisa menang dari monster bernama Cindaku ini.
Prok...
Death Knight pun menepuk tangannya sekali. Ia membubarkan pemikiran negatif yang berada di dalam pikiran yang lainnya dan kemudian mengucapkan kata-kata yang membuat semuanya percaya diri.
"Tenang saja, dia hanya seekor kucing besar. Tidak akan sulit," ucap Death Knight dengan senyum percaya diri.
Mereka semua pun tersenyum dan kepercayaan diri mereka sudah mulai kembali. "Baiklah, kita jalankan rencanamu," ucap Skyfall.
Mereka semua menghadap ke arah Cindaku yang dari tadi menunggu mereka selesai.
"Apa sudah selesai?" tanya Cindaku.
"Ya, terima kasih telah menunggu. Keluarlah, Kitsune-Kiri!"
Zwuuusshh...
Dari dalam Book of Yokai, keluarlah seekor Yokai lainnya. Yokai berbentuk rubah yang memiliki ekor tebal dan panjang hampir seukuran tubuhnya sendiri. Dari ekor Kitsune-Kiri keluar percikan-percikan listrik berwarna kuning yang menyambar sekitarnya.
"Aku mengandalkanmu, Akira."
"Copy Cat!"
Akira yang kali ini beraksi. Ia menyentuh Kitsune-Kiri dengan tangan kirinya dan tangan kanannya bersiap untuk hal lainnya. Setelah meneriakkan kata 'Copy Cat', Akira menciptakan klon yang sama persis dengan Kitsune-Kiri.
Kemampuan Akira adalah Copy Cat—ia dapat menggandakan benda apapun kecuali makhluk hidup dengan tangan kanannya, dengan syarat benda tersebut harus dipegang oleh tangan kirinya.
Yokai bukan termasuk makhluk hidup karena makhluk hidup yang tercantum dalam syarat Copy Cat Akira adalah manusia, hewan, dan tumbuhan.
Setelah menciptakan klon Kitsune-Kiri, tugas Akira sudah selesai dan Akira sudah memberikan izin bagi Death Knight untuk mengendalikan kloningan dari Kitsune-Kiri. Jadi ia bisa dengan bebas memerintah kloningan Kitsune-Kiri sama halnya dengan yang sungguhan.
"Maju kalian berdua!"
Swuuushh... Bzztt... Bzztt...
Kitsune-Kiri dan klonnya melesat dengan cepat menuju Cindaku. Mereka meninggalkan jejak-jejak listrik di aspal saat sedang melintas.
Bwuuushh...
Kibasan ekor yang mengandung listrik dari Kitsune-Kiri membuat Cindaku kerepotan karena meskipun ia menghindari angin bekas kibasannya, listriknya masih tertinggal di sana dan menimbulkan efek yang lumayan.
"RaaAhhgghh!!"
Zwuuusshh... Zwuuusshh...
Cindaku kembali meraung dan menimbulkan efek pelindung dari angin yang tercipta akibat raungannya, hal itu membuat semua serangan listrik tadi terpental bersama dengan puing-puing aspal yang beterbangan di sekitar Cindaku.
"Serangannya memang tidak kuat, tapi efek listriknya membuatku kebas dan kaku sesaat itulah yang sangat mengganggu," gumam Cindaku.
Saat ia sedang berpikir sesaat untuk mengatur lagi strategi melawan para Hero, dari titik butanya saat puing-puing aspal itu belum jatuh semua, muncul bayangan seseorang yang sudah bersiap-siap untuk menusuk Cindaku.
Degh...
Dengan insting binatangnya, ia dapat merasakan saat dirinya terancam dalam bahaya dan langsung menengok ke arah orang itu berada.
Blaaarrr...
Sebuah tusukan pedang yang terdapat api yang berkobar di bilahnya mencoba menusuk Cindaku, tapi dengan refleks serta instingnya yang kuat, Cindaku berhasil menghindarinya dan hanya membuat dua cakarnya saja yang terkena dan lepas.
Orang yang menyerang Cindaku—Skyfall melebarkan matanya tak percaya saat Cindaku berhasil menghindari serangannya.
"Insting yang luar biasa," gumam Skyfall.
Saat serangan pertamanya tidak berhasil, Skyfall memilih untuk mundur sesaat. Sementara Cindaku melihat ke arah dua kukunya yang terkena serangan Skyfall, ia mencoba menggerakannya dan tentu saja masih bisa berfungsi, walaupun darah sedikit keluar dari sana.
"Hawa keberadaanmu sesaat menghilang tadi ... kau mengingatkanku pada seseorang di Kerajaan Hutan," ucap Cindaku.
"Oh ya? Aku yakin kalau wajah orang itu pasti jelek."
Skyfall menendang sebuah puing aspal ke atas, ia menunggunya sampai puing itu jatuh lewat di depannya sehingga sedikit menghalangi pandangan Cindaku. Dan saat puing aspal itu jatuh di depan Skyfall, tubuhnya perlahan menghilang bersamaan dengan jatuhnya puing aspal tadi.
"Kau memang mirip dengannya, tapi kau tidak lebih hebat darinya. Jika saja aku hanya fokus untuk mengetahui keberadaanmu ...."
Swuushh... Triing...
"... Itu bukan hal yang sulit untukku."
"Tch! Dasar monster!"
Meskipun dalam mode kamuflasenya, Cindaku dapat dengan baik mampu mengetahui keberadaan Skyfall yang ingin menyerangnya. Kali ini ia malah menyerang terlebih dahulu dan malah Skyfall yang harus bertahan.
Untungnya saat ini ia tidak sendiri, karena kedua Kitsune-Kiri kembali menyerang Cindaku yang sedang beradu kekuatan dengan Skyfall.
Tapi Cindaku sudah mengetahui hal itu dan karena kekuatannya yang lebih besar dari Skyfall, ia dengan mudah mengangkat tubuh Skyfall dan melemparnya ke arah Kitsune-Kiri.
Bzzzttt...
"Gyaaakkhh!!!"
"Skyfall!"
Skyfall malah tersetrum oleh Kitsune-Kiri saat tidak sengaja menyentuhnya. Tidak selesai sampai di sana, Cindaku masih terus mengincar Skyfall. Kali ini ia melesat ke arah Skyfall dan menggenggam dahi kepala Skyfall lalu membenturkannya ke tembok gedung sampai temboknya retak.
Darah mengucur dari kepala Skyfall, Cindaku kemudian melepaskan genggamannya dari kepala Skyfall dan membiarkannya jatuh ke tanah karena sudah tidak sadarkan diri.
"Sial! Bagaimana ini?!" tanya Akira.
"Tidak ada pilihan lain, kita harus mundur," ucap Death Knight.
"Kalian Hero ingin mundur dan meninggalkan teman kalian?"
"Ap—?! Kitsune—Ahaakhh!"
Tanpa disadari oleh para Hero yang sedang kebingungan, Cindaku sudah berada di depan wajah Death Knight dan mengejutkannya. Ia mencoba memanggil Kitsune-Kiri tapi sudah terlambat.
Cindaku sudah terlebih dahulu menendang dada Death Knight dengan lututnya. Suara retakan dapat terdengar dari tulang Death Knight yang membuatnya tersungkur dan memegangi dadanya.
"La-lari ... Akira, Hikari ...."
Bluush... Bluush...
Death Knight sang pemilik Yokai terkena serangan telak, alhasil Yokai yang ia panggil menghilang karena Death Knight tidak memiliki kekuatan lagi untuk mempertahankannya.
"Kerjasama serangan kalian tadi aku akui memang merepotkan dan menyebalkan. Tapi sayangnya serangan itu tidak mematikan, apalagi untuk makhluk sepertiku."
"Sial!"
"Kalian hanya memiliki satu petarung jarak dekat dan sisanya tidak melakukan apa-apa. Apa kalian menganggap kalian ini Hero?"
Dor...
"Hn?"
Saat Cindaku sedang berbicara, tiba-tiba seseorang menembaknya dari jarak dekat. Hikari sudah tidak melakukan proses penyembuhannya lagi kepada Chriztopher dan kali ini ia akan membantu menyerang, meskipun sudah cukup terlambat.
"Kau tahu kan kalau itu sia-sia?" ucap Cindaku.
Ia memperlihatkan peluru yang ditangkap dengan tangan kosong olehnya yang membuat Hikari semakin putus asa. Tapi ia tidak menyerah dan terus menodongkan senjatanya ke Cindaku.
Dor... Dor... Dor...
Hikari terus menembak. Dua peluru meleset dan satu kembali berhasil ditangkap. Cindaku mulai kesal dengan Hikari karena ia tidak menyerah dan malah terus melawan.
"Dasar orang lemah! Tahu sedikit tentang posisimu!"
Dor... Craaashh...
Cindaku ingin menyerang Hikari yang sudah gemetar dan pasrah, tapi Hikari terus menodongkan senjatanya dan menembakkan satu lagi peluru kepada Cindaku, tapi lagi-lagi berhasil ditangkap. Meskipun ada sebuah serangan yang berhasil melukai Cindaku.
"Eh? Anak panah?"
Cindaku mencabut anak panah yang berhasil menembus leher sampingnya. Ia berjalan mundur karena masih bingung dengan apa yang terjadi.
"Power Shoot."
Zwuushh... Zwuushh...
Beberapa anak panah melesat dengan kecepatan tinggi dari belakang tubuh Hikari, melewati kepala Hikari sampai membuat rambutnya sedikit berkibar.
"Anak panah ...? Darimana?" Hikari juga bingung karena senjatanya juga bukan sebuah panah.
"Dimana kau?! Cepat tunjukkan dirimu!"
Cindaku berteriak dan berusaha menghindari serangan anak panah yang terus mengenainya. Ia sudah berhasil menghindari anak panah yang datang langsung dari depan, tapi masih ada satu anak panah yang seakan jatuh dari langit dan menancap langsung ke pundaknya.
"Sial! Bantuan lainnya, kah?!" gumam Cindaku.
Zwuushh... Zwuushh...
Cindaku menoleh ke arah anak panah yang melesat lurus di sampingnya. Ia yakin kalau anak panah itu tidak mengenainya karena tidak mengarah langsung ke dirinya.
Tapi dugaannya salah.
Zwuushh... Craaashh...
"Akkhh ...!!"
Anak panah lainnya dari belakang anak panah sebelumnya menyusul dan menabrak anak panah itu sehingga membuatnya berbelok arah dan mengenai tepat ke pinggang Cindaku dan membuatnya tersungkur kesakitan.
Blaaarrr...
"Pembalasan untukmu, monster!"
Dengan kepala dan dahi yang penuh darah, Skyfall yang sudah sadar dari pingsannya pun langsung memanfaatkan keadaan itu untuk menghabisi Cindaku.
Tep... Buughh... Zrrtt...
Tapi sebelum Skyfall bisa mendaratkan serangannya ke Cindaku, seseorang datang dengan cepat dan langsung menendang Skyfall menjauh. Ia juga langsung membuka lubang teleportasi dan melempar Cindaku ke dalamnya.
Setelah itu wanita berambut putih itu pun pergi dari sana dengan lubang teleportasi yang sama yang kemudian tertutup.
"Me-mereka pergi?" tanya Hikari yang jatuh terduduk ke tanah.
"Sepertinya ... begitu."
"Skyfall! Kau tidak boleh banyak bergerak, sini biar aku sembuhkan lukamu."
"Aku tidak ... apa-apa."
"Sudahlah jangan keras kepala begitu."
Saat Hikari sedang mengobati Skyfall yang terluka, tiba-tiba ia dipanggil oleh seseorang dari belakang.
"Apa mereka sudah pergi?"
"Eh? Anak kecil?"
Hikari menoleh ke belakang. Ia melihat seorang gadis kecil dengan busur panah yang terkalungkan di tubuhnya. Dan ia juga bergumam tanpa ia sadari.
"Tidak sopan sekali kau dengan orang yang menyelamatkan nyawamu."
"Eh? Kau sang pemanah tadi? Seorang Hero? "
"Begitulah. Kalian Hero juga, kan? Salam kenal namaku Mei."
"Sa-salam kenal."
Gadis kecil itu—Mei kemudian melihat ke tempat lubang teleportasi itu sebelumnya tercipta. Ia melamun berpikir apakah ada musuh baru di masa depan nanti.
Sementara Hikari malah kagum dengan Mei. Dengan Mei yang lebih mudah darinya tapi sudah bisa menyelamatkan nyawa semua orang yang ada di sini.
"Keren sekali," gumam Hikari pelan.
**
Sementara itu di tempat lain, tidak jauh dari tempat pertarungan antara Cindaku dan para Hero. Lubang teleportasi terbuka dan keluarlah dari dalamnya Vivien dan Cindaku. Ia tersungkur ke tanah karena lukanya yang cukup dalam.
"Kenapa kau menolongku?! Aku bisa saja membunuh mereka semua!" teriak Cindaku.
"Dengan kondisimu yang seperti itu?"
"Kau ini ...!"
"Tidak perlu bertengkar di sini, lebih baik kau segera obati lukamu. Lagipula pertarungan dengan para Hero itu hanyalah pancingan."
"Pancingan?"
"Ya, setidaknya itu yang orang itu bilang."
Pertarungan antara Cindaku dan para Hero pun berakhir tanpa pemenang. Mereka semua sama-sama mendapat bantuan dari orang yang tidak mereka duga.
Bersambung....