Agent Peterson kemudian mengambil smartphone nya dan menelepon seseorang. Seseorang yang ia harapkan bisa meredakan kericuhan ini.
Meskipun ia jarang tampil di depan publik, tapi tetap saja orang yang hendak ia hubungi ini masihlah seorang Hero tingkat Mythical, jadi dengan kemunculannya mungkin saja itu bisa memberikan rasa aman kepada masyarakat.
Beberapa saat telepon Agent Peterson berdering dan belum ada yang mengangkatnya. Ia kali ini sangat berharap kalau orang ini—Sword Master akan mengangkat teleponnya kali ini.
Wajah Agent Peterson sedikit panik saat Sword Master tidak kunjung mengangkat teleponnya. Ia melihat ke arah wajah Agent Haruna dengan wajah khawatir sementara Agent Haruna hanya bingung karena tidak tahu harus berbuat apa.
Dan setelah lama menunggu, akhirnya telepon pun diangkat dan terdengar suara Sword Master dari sana.
"Halo?" ucap Sword Master.
Sementara Sword Master sendiri saat ini sedang berada di rumahnya dan sedang tidak melakukan apa-apa, jadi karena ia bosan akhirnya ia membersihkan pedang-pedangnya sambil di temani oleh suara TV menyala yang tidak ia tonton.
Sword Master bingung kenapa Agent Peterson meneleponnya karena ia jarang sekali melakukannya, apalagi seharusnya Agent Peterson tahu kalau Sword Master sering bepergian. Jadi Agent Peterson kali ini sedang beruntung.
"Sword Master? Kau sedang di mana sekarang?"
"Peterson, ya? Tumben sekali kau meneleponku, dan juga bisa aku bilang sangat beruntung. Aku sedang berada di rumahku kalau kau mau mampir."
"Terima kasih tawarannya, tapi aku tidak punya waktu untuk itu. Ada hal penting yang harus aku kerjakan dan itu membutuhkan bantuanmu."
"Karena itu kau meneleponku?"
"Ya, apa kau sudah dengar tentang lolosnya para villain tingkat atas dari penjara S.E.I.D. cabang Metrokarta City?"
"Penjebolan penjara?" gumam Sword Master
Sebenarnya Sword Master tidak tahu soal hal itu, tapi beruntung ia menyetel TV dan kebetulan sekali di TV sedang menayangkan berita tentang penjebolan berita itu. Hal itu pun membuat Sword Master tahu, meskipun sudah sedikit terlambat.
"Kau tahu beritanya, kan?" tanya Agent Peterson lagi karena Sword Master belum menjawab pertanyaannya.
"Iya aku tahu, lalu kau mau aku melakukan apa?"
"Apa kau bisa berpartisipasi dalam menangkap mereka semua lagi? Tentu saja aku akan mengajak Ryuzaki dan White Shinigami juga."
Tujuan Agent Peterson memanggil para Hero Mythical adalah meredam kekhawatiran warga yang sudah mulai mengambil jalan anarkis. Dengan munculnya para orang terkuat di S.E.I.D. setidaknya bisa membangkitkan rasa aman dalam diri mereka.
Tapi sayangnya jawaban Sword Master tidak sesuai harapan dari Agent Peterson.
"Sepertinya mereka semua tidak akan bisa datang," ucap Sword Master.
"Apa?"
Sambil terus membersihkan bilah pedangnya, Sword Master melanjutkan penjelasan kenapa yang lainnya tidak bisa datang saat ini.
"Kau tahu kalau mereka itu tidak bisa diprediksi, kan?"
"Y-Ya, aku tahu itu."
"Mereka itu memiliki urusan masing-masing yang tidak bisa diganggu gugat oleh orang lain, tidak peduli apa yang terjadi pada dunia ini, mereka akan terus mencapai tujuan mereka."
"...."
"Kau sendiri sudah beruntung karena aku ada di sini, tapi kau tidak bisa terlalu berharap kalau kami bertiga akan muncul secara bersamaan. Kadang pemikiran mereka itu tidak bisa diperkirakan."
Agent Peterson terdiam mendengar jawaban mengecewakan dari Sword Master. Tapi pada akhirnya tidak ada yang bisa ia lakukan lebih lanjut karena ia sendiri saat ini tidak mengetahui keberadaan Ryuzaki dan White Shinigami.
"Baiklah, aku mengerti."
"Bagus kalau begitu. Oh iya, aku lupa menanyakan soal hal ini, tapi ada berapa yang lepas dan masing-masing berada di level berapa?"
"Sepuluh orang, yang paling kecil berkisar di level 6 dan yang paling tinggi di level 9."
Selain tingkatan ranking pada Hero, S.E.I.D. juga memiliki tingkatan tersendiri bagi para villain. Mereka mengurutkannya dalam bentuk level dan level tersebut terdiri dari level 1 sampai level 10. Level 1 yang paling rendah dan Level 10 yang paling mengancam keberlangsungan hidup manusia di planet ini.
"Baiklah kalau begitu."
Agent Peterson kemudian menutup teleponnya dan menaruhnya di atas meja. Wajahnya terlihat kusam dan berantakan, Agent Haruna kemudian menyadari keadaan Agent Peterson itu dan bertanya soal hasilnya.
"Bagaimana? Apa hasilnya buruk?"
"Aku tidak tahu, yang berhasil aku hubungi hanyalah Sword Master lalu dia bilang Ryuzaki dan White Shinigami tidak bisa ikut dalam misi penangkapan kembali para tahanan."
"Kenapa tidak bisa?"
"Aku tidak tahu. Pada akhirnya Hero-Hero Mythical itu adalah orang-orang aneh dengan kekuatan yang besar."
Agent Peterson kemudian duduk di bangkunya dengan keadaan lemas. Ia sebenarnya masih memiliki alternatif yang lainnya yaitu para Hero di bawah tingkat Mythical, terutama para Hero yang ikut dalam penyerangan Lord Irits di Java City.
Agent Peterson berharap kalau pengaruh mereka cukup kuat bagi para masyarakat.
Sementara di rumah Sword Master, ia telah selesai membersihkan pedangnya dan sudah membuang air bekas sisanya ke wastafel. Dalam keheningan rumahnya itu kecuali suara TV, Sword Master sedang berpikir tentang dua Hero Mythical lainnya.
"Heh ... sayangnya mereka tidak bisa datang kali ini," gumam Sword Master.
Sebenarnya ia berharap kalau Ryuzaki dan White Shinigami datang, karena dengan keberadaan mereka pekerjaan apapun itu akan jauh lebih mudah.
Sword Master kemudian menyarungkan kembali pedangnya yang baru saja ia bersihkan. Ia juga bersiap-siap dengan memakai jaket dan sepatunya karena ia akan segera pergi ke suatu tempat.
Saat sudah berada di depan pintu rumahnya dan sudah mengunci pintunya, ia sempat memeriksa apakah ada yang ketinggalan atau tidak. Ia akan datang ke markas pusat S.E.I.D. untuk pembahasan lebih lanjut. Tapi sebelum itu ia malah terpikir tentang masa lalu.
"Jika saja mereka berdua di sini, pasti akan lebih mudah," gumam Sword Master.
Sword Master jadi mengingat masa lalu saat ia mendapatkan misi dari S.E.I.D. untuk menghancurkan markas serta batalion monster yang berada jauh dari Java City.
**
Di sebuah tempat yang tandus dan tampak tanpa kehidupan, angin yang berhembus di sini pun juga lebih panas dari daerah lainnya. Tidak heran kalau kota tempat ini yang sebelumnya ramai sekarang sudah di tinggalkan penduduknya.
Orang-orang mengenal kota ini sebagai Nuclear City. Dulu kota ini merupakan kota transit dan perdagangan yang makmur di bagian barat Wetania, tapi setelah terjadi kebocoran gas nuklir di bagian penelitian mereka, kota itu berubah menjadi bagaikan kota mati.
Dan tempat tanpa penduduk manusia adalah tempat yang sangat baik bagi monster-monster untuk berkembang biak, dan ini merupakan tempat yang cocok bagi mereka.
Braaghh...
Di tempat itu berdiri markas sementara yang digunakan oleh para monster tadi sebagai barak latihan untuk melatih para pasukannya.
Kebanyakan dari mereka memakai senjata tradisional seperti panah dan pedang, tapi ukuran tubuh mereka yang sekitar dua meter membuat senjata mereka otomatis lebih besar dari pada yang biasa manusia pakai.
Makhluk-makhluk itu kebanyakan berwarna kulit biru dengan bentuk tubuh yang beragam, ada yang kurus, gempal, dan yang berotot pun ada di sana. Mereka juga dipisahkan menjadi beberapa batalion dengan perannya masing-masing.
Dan pemimpin mereka yang juga berwarna kulit biru, memiliki dua pedang golok besar yang dapat membelah tubuh manusia menjadi dua dalam sekali tebasan saat ini sedang mengawasi para bawahannya berlatih.
Ia terlihat memakai beberapa tengkorak manusia di lehernya dan salah satu tengkorak itu memiliki sebuah emerald hijau di bagian matanya.
"Jangan malas-malasan! Atau kalian akan menjadi makanan ternak!" teriak pemimpin mereka.
"Baik!" teriakan serentak bersamaan terdengar dari para bawahannya.
Sementara dari tempat yang cukup jauh dari markas mereka, seseorang sedang memperhatikan dengan seksama, ia memperhatikan dari jarak aman yang tidak bisa dijangkau oleh tower penjaga musuh.
Orang itu adalah salah satu Hero tingkat Mythical S.E.I.D., Shikisima Ryuzaki.
"Sepertinya mereka yang aku lihat dalam vision milikku?" gumam Ryuzaki.
Ryuzaki memang memiliki kekuatan untuk melihat di masa depan lewat sekelebat penglihatan di dalam otaknya, jadi yang perlu ia lakukan adalah mencari bukti dari yang vision nya berikan itu. Seperti saat insiden Lord Irits dan yang akan ia hadapi.
Dalam vision miliknya, pasukan batalion ini akan memiliki tingkat bahaya yang sama dengan Lord Irits dan akan menghancurkan kota-kota selain Java City, makanya dia datang sampai ke sini untuk menghancurkan mereka semua.
Ryuzaki memperhatikan para monster yang sedang berlatih itu, tidak ada masalah bagi Ryuzaki meskipun jumlahnya ada banyak. Yang masalah baginya hanyalah pemimpinnya karena kemampuannya di atas rata-rata monster lainnya.
"Baiklah ... ayo kita beri mereka pelajaran."
Setelah melakukan peregangan sedikit, Ryuzaki tidak masuk dengan cara menyusup. Ia kali ini menggunakan prinsip barbar dan NTR—Nyerang Tanpa Ragu.
Tap... Swuuushh...
Ia melompat tinggi ke langit dan langsung memilih masuk melewati benteng pertahanan dari batu yang para monster itu buat.
Sementara para monster pemanah yang sedang berjaga di tower penjaga, perhatian mereka teralihkan dengan cahaya berkilauan kecil yang ada di langit di atas mereka.
"Apa kau lihat itu?"
"Apa?"
"Itu cahaya kecil di atas."
"Hmm?"
Para penjaga itu mencoba fokus melihat titik cahaya yang semakin lama semakin membesar. Dan mata mereka berdua melebar saat cahaya tadi datang ke arah mereka berdua.
"Dia mendekat!"
"Uwaaah!"
Braaakkhh... Duuuaarrr...
Tower penjaga itu hancur saat di tabrak dengan kecepatan tinggi oleh Ryuzaki. Dua penjaga tadi juga tidak luput dari hancurnya tower penjaga dan mereka pun hancur berkeping-keping.
Sementara Ryuzaki yang masuk dengan hebohnya menarik semua orang yang ada di sana karena menghancurkan satu tower penjaga serta pintu gerbang utama, menarik perhatian seluruh monster yang ada di sana.
"Manusia?"
"Dia bukan salah satu dari kita."
"Hanya sendirian?"
Beragam respon dilontarkan oleh para monster yang menyadari kedatangan dari Ryuzaki. Mereka menganggap Ryuzaki sudah gila karena datang ke markas mereka yang penuh dengan radiasi nuklir, apalagi hanya seorang diri seperti ini.
"Diam semuanya!"
Tapi kondisi yang tadinya ramai dan berisik langsung diam saat pemimpin mereka memerintahkan mereka semua untuk diam dan berhenti berbicara. Pemimpin monster itu kemudian berjalan mendekati Ryuzaki yang masih santai berhadapan dengan ratusan monster di depannya.
"Apa yang mau kau lakukan manusia?"
"Yang aku mau lakukan?"
Blaaarrr...
"GwaaAahkhHh!!!"
Ryuzaki menghempaskan tangannya dan keluar sebuah serangan api yang menjalar luas mengenai beberapa bawahan pemimpin monster tadi. Sebenarnya Ryuzaki mau mengincar pemimpinnya, tapi ia masih bisa menghindarinya.
"Kau benar-benar mau melakukannya?" ucap pemimpin monster itu memastikan.
"Ya tentu saja, lagipula jika aku biarkan kalian akan menyerang manusia, kan?"
Pemimpin monster itu tidak menyangkal hal itu karena memang tujuan mereka salah satunya adalah menghentikan dominasi manusia di dunia ini. Pemimpin monster itu tersenyum dan menyadari kalau orang yang di depannya bukan orang sembarangan, yang harus menghadapinya adalah dirinya sendiri.
"Baiklah jika itu yang kau mau."
"Ya."
Braaakkhh...
Saat mereka sedang ingin bertarung, tiba-tiba datang sesuatu lagi dari atas langit menghancurkan satu tower penjaga yang masih tersisa bersama dengan orang yang ada di atasnya. Ryuzaki dan pemimpin monster itu juga bingung dengan hal itu.
Lalu dari balik pasir-pasir tandus yang beterbangan di sekitarnya, muncul seorang manusia lagi yang tentunya Ryuzaki kenal.
"White Shinigami? Apa yang kau lakukan di sini?"
"Hmm? Ryuzaki? Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini. Apa kau juga di suruh oleh organisasi untuk menghancurkan markas monster di sini?" tanya White Shinigami.
"Tidak, aku dapat vision kalau aku harus menghancurkan mereka."
"Seperti biasa kau selalu mengandalkan vision aneh yang tidak jelas itu."
"Oi! Apa yang kau maksud tidak jelas?! Berkat ini bumi dulu terselamatkan, kau tahu?"
"Ya, ya, terserah."
White Shinigami tidak menghiraukan ucapan Ryuzaki dan malah fokus ke pemimpin musuh itu. Tidak seperti Ryuzaki, ia memiliki tujuan yang jelas untuk datang ke sini, yaitu mengambil emerald dari pemimpin monster di sini.
"Jadi kau yang namanya Ao Ogra?" tanya White Shinigami kepada pemimpin monster itu.
"Kau mengetahui namaku?"
White Shinigami tidak menjawab pertanyaan pemimpin monster itu—Ao Ogra, dia malah mengambil sebuah foto di kantongnya dan menyamakannya dengan makhluk yang ada di depannya. Dan ternyata sudah tepat.
"Yosh, saatnya berburu."
"Kau dengar aku tidak?!" teriak Ryuzaki yang masih minta diperhatikan.
"Kau tinggal duduk saja di sini, Ryuzaki. Anggap aja vision mu salah karena aku sudah menghancurkan mereka semua di sini."
"Kau ini .... Hah ... baiklah jika itu maumu."
"Hoo? Tumben kau jadi penurut."
Syiiing... Duuaaarrr...
"GwaAaakkhHh !!!"
Mata White Shinigami sedikit terbuka saat Ryuzaki menyerang para bawahan monster tadi secara tiba-tiba tanpa peringatan. Ryuzaki kemudian tersenyum mengejek kepada White Shinigami.
"Kau kira aku akan melakukannya, dasar bodoh!"
"Oi!"
"Kalian sudah menyerang pasukanku dua kali ...."
"Hmm?"
"... Jangan harap kalian berdua bisa keluar dari sini hidup-hidup."
Selain para pasukan kroco yang memiliki tinggi 2 meter, kali ini muncul dari dalam sebuah kandang yang terbuat dari kayu gelonggongan yang disusun secara vertikal. Seekor monster lain yang sepertinya adalah kendaraan dari para monster ini, memiliki tinggi sekitar 4 meter dan memiliki satu cula besar serta beberapa cula kecil simetris di bagian wajahnya.
Selain itu juga banyak jenis-jenis monster lain yang muncul dan memiliki bentuk yang bermacam-macam juga, siap untuk menghadapi Ryuzaki dan White Shinigami.
"Bersiaplah, manusia!" ucap Ao Ogra.
"Lihat yang telah kau perbuat," ucap White Shinigami.
"Eh?! Itu salahku?! Ya, memang tidak salah sih."
"Sekarang keadaannya semakin runyam, apa kau yakin tidak ingin pergi dari sini? Kau bisa terluka, lho."
"Heh! Apa kau yakin bicara seperti itu padaku?! Bukankah kau yang harusnya diam dan menunggu Hero sepertiku datang menyelamatkanmu."
Ryuzaki berjalan beberapa langkah ke depan untuk menghadapi kumpulan monster berbagai jenis yang siap menyerang mereka. Ia melesat duluan menerjang semuanya meninggalkan White Shinigami yang masih belum siap.
Swuuushh...
"Lihat saja sendiri hasilnya."
"Hah ... dasar Hero. Tapi meski begitu, saat ini aku juga seorang Hero," gumam White Shinigami.
Saat Ryuzaki sedang sibuk mengacak-acak bagian belakang musuh yang menyebabkan ledakan, semburan darah, dan teriakan dimana-mana, pandangan White Shinigami saat ini hanya terfokus pada pemimpin mereka, Ao Ogra.
"Kau targetku!"
"Manusia!"
Triiing...
Belati kecil serta pedang golok beradu membuat mereka diam secara sesaat sebelum pertarungan sebenarnya akan dimulai.
Sementara saat mereka semua sedang bertarung, seseorang baru datang ke markas para monster itu setelah beberapa jam berlalu. Ia terlihat sangat kepayahan dan kelelahan berjalan di tengah terik matahari ini.
"Kalau segini jauhnya, lebih baik aku tidak menerima misi darinya. Jauh banget, oi!" Dia adalah Sword Master.
Saat sudah berada di depan pintu gerbang markas monster itu, Sword Master bingung karena itu sudah rusak parah seperti ditabrak oleh sesuatu. Ia yang penasaran pun akhirnya segera masuk ke dalam.
Misi yang di dapat oleh S.E.I.D. adalah membantu White Shinigami menjalankan misinya, jadi ia berpikir kalau White Shinigami lah yang melakukannya. Meskipun perkiraannya tidak sepenuhnya tepat.
Saat masuk ke dalam, ia melihat dua orang yang kelelahan dan bermandikan darah sedang berdiri di atas tumpukan mayat ratusan monster. Ia yang melihat datar ke arah mereka pun tidak memiliki waktu yang tepat untuk menyela karena mereka berdua sedang berdebat.
"Heh! Ternyata kau tidak sekuat yang aku kira," ucap Ryuzaki.
"Aku yang mengalahkan pemimpin mereka, ya? Kau hanya menghajar kroco saja, kalau itu tentu saja aku juga bisa." White Shinigami memegang emerald hijau berlumuran darah di tangannya.
"Pemimpinnya itu tidak terlalu kuat, kan? Justru aku yang lebih kuat karena menghajar ratusan mereka semua."
"Banyak itu bukan berarti kuat, itu tidak membuktikan apapun."
"Hmm?"
Saat mereka berdua sedang berdebat, perhatian mereka tertuju pada seseorang yang ada di depan pintu gerbang yang memperhatikan mereka sambil memakan bakso tusuk yang ia bawa sebagai jaga-jaga kalau dirinya lapar.
"Sword Master? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya White Shinigami.
"Ah itu, aku sebenarnya disuruh untuk membantumu, tapi sepertinya sudah tidak perlu lagi. Lagian apa yang kalian perdebatkan dari tadi? Musuhnya sudah mati, kan?"
"Itu benar, sih."
"Tidak peduli siapa yang lebih kuat, kan? Yang lebih penting kalian bersenang-senang dalam mengalahkan mereka."
Ryuzaki dan White Shinigami terdiam saat Sword Master berbicara seperti itu kepada mereka. Apa yang dikatakan oleh Sword Master sebenarnya ada betulnya, hanya saja mereka berdua terlalu meributkan hal yang tidak penting.
Ryuzaki dan White Shinigami kemudian saling berpandangan dan kemudian tertawa geli. Mereka berdua lalu turun dari tumpukan mayat monster tadi dan berjalan pergi ke arah yang mereka tuju masing-masing. Mereka masih memiliki tujuannya yang harus mereka selesaikan sendiri.
"Sekarang kalian mau kemana?" tanya Sword Master.
"Aku ingin pulang dan istirahat," ucap White Shinigami. Sementara Ryuzaki juga menjawab pertanyaannya. "Masih ada hal yang harus aku lakukan."
Lalu mereka semua pergi meninggalkan Sword Master sendirian di tempat kuburan massal monster itu.
"Sepertinya ... sia-sia aku datang kesini," gumam Sword Master.
**
Lalu di masa sekarang, Sword Master yang masih melamun di depan pintu rumahnya pun tersadar dari lamunannya.
"Yap. Akan lebih cepat jika ada mereka berdua."
Sword Master pun kemudian berjalan menuju markas pusat S.E.I.D. untuk membahas misi ini lebih lanjut.
Bersambung