Chereads / Hero Alliance / Chapter 49 - Chapter 49 : White Shinigami

Chapter 49 - Chapter 49 : White Shinigami

Di saat kekacauan dan kepanikan melanda kota karena jebolnya penjara S.E.I.D. cabang Metrokarta City, para petinggi S.E.I.D. sedang sibuk untuk memenangkan situasi serta mencari tanda-tanda keberadaan sepuluh villain yang lolos itu.

Sementara ada satu Hero yang belum mengetahui tentang kabar itu, ia terlalu sibuk untuk melakukan pekerjaan aslinya yang telah lama ia lakukan sebelum menjadi Hero, yaitu menjadi seorang pembunuh bayaran.

Di sebuah lorong bawah tanah yang gelap dan minim penerangan, ada seseorang yang sedang menyalakan rokok cigar di mulutnya, ia terlihat seperti menunggu seseorang di tempat ini karena gerak-geriknya yang tidak sabaran.

Tep... Csshh...

Dan setelah beberapa saat, akhirnya orang yang ia tunggu pun datang sambil membawa sebuah kantong kresek hitam yang terisi penuh di dalamnya.

Sepatunya yang kotor karena becek jalanan lorong ini dan bagian ujung lengan Hoodie putihnya yang terdapat bekas darah kering tidak menghentikan pertemuan mereka di sini. Dan orang yang menunggu tadi pun berbicara dengannya.

"Akhirnya kau datang juga."

"Pelanggan yang menentukan tempat dan waktunya. Aku hanya datang ke tempat yang di janjikan saja."

"Iya, iya. Terserah kau saja, Hero."

Setelah pelanggannya tadi menyebut kata 'Hero', orang dengan Hoodie putih itu terlihat tidak senang dengannya. Ia ingin protes tapi masih bisa menahannya.

"Tapi tak kusangka, seorang Hero sepertimu mau mengerjakan hal kotor seperti ini. Apa begini sisi gelap semua Hero di S.E.I.D.?"

"Dari dulu aku adalah pembunuh bayaran, kata 'Hero' itu mereka sendiri yang menjulukinya kepadaku."

"Hoo ... jadi kau tidak menganggap dirimu sebagai Hero?"

"Terserah kau menganggapku seperti apa. Penilaianmu tidak akan merubah apapun di hidupku."

"Heh ... mencoba bermain aman, kah? Ya, terserahlah. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan targetnya?"

Pria dengan Hoodie putih itu tidak menjawabnya. Ia malah melemparkan kantong plastik yang sejak tadi ia bawa ke tanah. Lalu kantong plastik itu menggelinding dan dari dalamnya nampak muncul sebuah kepala dengan mata yang terbuka lebar, itu adalah target dari pelanggan tersebut.

Melihat hal itu, sang pelanggan tersenyum puas dan menyoraki keberhasilannya memusnahkan targetnya.

"Kau memang hebat. Lagipula kau ini juga Hero tingkat atas, tidak mungkin orang sepertimu gagal."

"...."

Tapi pria dengan Hoodie putih itu tidak tertarik untuk berbincang lebih jauh lagi dengan pelanggannya yang membuat suasana jadi canggung.

"Hah .... Kau ini tidak punya selera humor sedikitpun. Aku akan segera pergi dari sini, oleh-olehnya kau saja yang simpan, aku hanya perlu bukti kalau kau sudah berhasil membunuhnya."

Sang pelanggan kemudian berjalan melewati pria Hoodie putih itu dan segera keluar dari lorong becek dan gelap ini sambil melambaikan tangan kepadanya. Sementara pria dengan Hoodie putih tadi hanya melihatnya berjalan pergi dan menunggu ia keluar dari sini.

"Oh iya, soal bayaran akan aku kirim ke rekeningmu seperti biasanya. Dan mungkin untuk kali ini akan aku lebihkan sedikit, mengingat kau sekarang adalah 'Hero' bagi semua orang, White Shinigami."

Dia tertawa keras setelah menjahili White Shinigami dan telah lumayan membuatnya jengkel, meskipun pada akhirnya White Shinigami tidak berbuat apa-apa dan hanya membiarkannya berbicara sesuka hhatinya

"Tch. Menyebalkan."

Lalu setelah pelanggannya sudah tidak terlihat lagi di pintu keluar, baru dia berjalan keluar dari sana. Sementara kepala target atau oleh-oleh yang dibawa oleh White Shinigami ia tinggal begitu saja karena tidak mau mengotori tangannya lebih jauh dari ini.

*Markas Pusat S.E.I.D.*

White Shinigami berjalan menuju ke kantor S.E.I.D. untuk mengurus sesuatu. Ia ingin mengurus berkas-berkas tentang kepemilikan Emerald hijau yang ia dapatkan dari bos monster beberapa waktu lalu agar ia bisa menyimpannya untuk dirinya sendiri dan menggunakannya untuk keperluan pribadinya.

Ia bicara kepada resepsionis sebentar dan kemudian diantar ke sebuah ruangan khusus untuk mengurus pemberkasan dan semacamnya. Setelah melihat banyaknya kertas-kertas yang ada di depannya, ia ingin segera keluar dari sini karena White Shinigami tidak pernah menyukai hal seperti ini.

Tapi White Shinigami terpaksa harus melakukannya untuk mendapatkan Emerald hijau tadi. Saat sedang sibuk-sibuknya mengurus hal itu, perhatiannya sedikit teralihkan dengan sebuah berita di TV. Yaitu tentang penjebolan penjara.

"Ternyata ada kejadian seperti itu. Aku baru mendengarnya."

Tapi White Shinigami tidak terlalu memperhatikannya lagi, ia tidak peduli dengan hal itu. Meskipun kali ini ia adalah seorang Hero yang memiliki tingkat yang tinggi, itu tidak membuatnya bersifat layaknya seorang Hero.

Ia malah lebih kesal dengan pengisian berkas-berkas ini, prosesnya terlalu banyak dan ribet, hal itu juga memakan waktu yang tidak sebentar. Itu lah yang membuat dirinya tidak menyukai hal-hal seperti ini.

"Apa aku tidak bisa langsung mengambilnya saja? Lagipula aku yang mengambilnya dengan susah payah, kan?" gerutu White Shinigami.

"Sepertinya kau tidak menyukai hal seperti ini, ya?"

Tiba-tiba ada seseorang yang mendekati White Shinigami. Awalnya dia bingung karena ada orang yang sok akrab dengannya, tapi akhirnya ia mengingat orang yang mendekatinya itu.

"Hmm? Ah ... kau wanita yang waktu itu."

"Tidak sopan sekali! Aku ini punya nama tahu! Namaku Aiza, Aiza Yuki."

"Benar, itu namamu."

White Shinigami tidak memperhatikan Aiza lagi padahal ia telah membuatnya merajuk sampai menggembungkan pipinya. Tapi Aiza masih belum kapok dan kembali mengajak mengobrol White Shinigami.

"Jadi ... kau benar-benar tidak menyukai hal seperti ini?"

"Apa itu ada hubungannya denganmu?"

"Kalau di tanya orang lain itu jawab yang benar!"

White Shinigami bingung karena malah ia yang dimarahi, padahal Aiza sendiri yang mengganggunya yang sedang mengatur berkas di sini. Ia pun hanya bisa menghela nafas dan akhirnya menjawabnya.

"Hah ... iya begitulah, aku lebih suka di luar ruangan dan bertarung."

"Begitu, ya?"

Pembicaraan mereka kembali terhenti. White Shinigami sama sekali tidak menjaga pembicaraan mereka agar terus berlangsung dan ia kelihatan juga tidak peduli dengan Aiza yang terus melihatnya. Dan Aiza kembali memulai pembicaraan.

"Nee, apa kau tidak penasaran aku sedang apa di sini?"

"Tidak," jawab White Shinigami singkat dan cepat.

"Sumpah, aku ingin sekali memukulmu saat ini."

Tapi mata White Shinigami masih terus tertuju pada kertas-kertas yang ada di depannya mengabaikan Aiza yang terus mencoba menarik perhatiannya. Dan karena tidak berhasil, akhirnya Aiza pergi dari sana.

White Shinigami sedikit melirik ke arah Aiza yang sudah pergi dari dekatnya. Akhirnya ia bisa sedikit bebas karena dari tadi tekanan yang diberikan oleh Aiza membuatnya tidak bisa fokus mengerjakan berkas-berkas ini.

"Apa-apaan sih dia? Ya setidaknya aku sudah bisa mengerjakan dengan tenang."

Baru saja White Shinigami meregangkan tubuhnya yang pegal, tiba-tiba Aiza kembali datang mendekatinya. Tapi kali ini ia membawa dua gelas kopi panas di tangannya.

"Ini, aku traktir." Aiza memberikan salah satu kopi kepada White Shinigami.

"Tidak, tidak perlu re—"

"Kalau kau menolaknya, kau harus mengganti uang kopi itu sekaligus kopiku juga."

Aiza membuat White Shinigami tidak punya pilihan lain dan akhirnya ia pun menerima dan meminumnya. Meskipun dengan sedikit terpaksa.

"Te-terima kasih."

"Hehehe ... begitu dong."

Suasana kembali canggung tapi itu tidak membuat Aiza pergi. White Shinigami pun juga meminum kopi yang diberikan oleh Aiza sampai habis dan setelah beberapa saat menunggu, akhirnya berkas-berkas itu pun telah selesai.

"Hah ... tubuhku lelah sekali."

"Tapi yang penting sudah selesai, kan? Lagipula apa pentingnya batu hijau itu, sih? Sampai kau repot-repot begitu."

Aiza melihat Emerald hijau yang berada di dalam kotak yang kemudian ditutup oleh White Shinigami.

"Ini hanya untuk jaga-jaga, soalnya fungsi Emerald hijau ini lumayan berguna untuk pertarungan."

"Jadi begitu. Aku tidak terlalu ngerti, sih."

"Ngomong-ngomong, apa kau tahu soal jebolnya penjara itu?"

"Ah ... aku baru dengar itu tadi, memangnya kenapa?"

"Tidak, aku hanya berpikir apa kau juga ikut dalam misi untuk menangkap para tahanan yang lolos itu."

"...."

White Shinigami terdiam sebentar dan memandang Aiza. Sementara Aiza bingung karena tiba-tiba ia bertingkah aneh, dan White Shinigami sekarang malah tersenyum seperti telah menyadari sesuatu.

"Jadi begitu. Apa S.E.I.D. yang menyuruhmu begini?"

"Apa? Apa maksudmu?"

"Organisasi menyuruhmu untuk mendekatiku dan membujukku agar mau bergabung dalam misi kali ini, kan?"

"Kenapa ... kau berpikir seperti itu?"

"Tidak perlu memaksakan diri, aku ini tidak bisa dipaksa bahkan oleh wanita. Aku hanya akan melakukannya jika aku mau saja."

White Shinigami kemudian berjalan pergi dari sana meninggalkan Aiza yang masih terlihat terkejut karenanya. Saat sudah ingin keluar dari tempat ini, White Shinigami mendengar Aiza berbicara sesuatu dengan nada yang bergetar.

"Bodoh ...."

"Apa?"

White Shinigami membalikkan badannya dan matanya melebar saat melihat air mata sedikit keluar dari mata Aiza dan mulutnya mulai bergetar.

"Bodoh ...."

"Ke-kenapa kau menangis?"

"Bodoh!"

Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut Aiza kecuali kata 'bodoh'. Dan setelah teriakan terakhirnya, Aiza berlari keluar dari ruangan ini sambil mengusap air matanya agar tidak keluar lebih banyak lagi meninggalkan White Shinigami sendiri yang masih terdiam.

Dan dalam kebingungan dan suasana yang sepi itu, White Shinigami bertanya pada dirinya sendiri.

"Sebenarnya ... kenapa dia menangis?"

**

White Shinigami sekarang sedang berjalan menuju ke markas pembunuh bayaran di Java City untuk mengambil uang misi yang dikirim oleh pelanggannya sebelumnya.

Dalam perjalanannya, ada tiga orang anak kecil yang sedang bermain dengan bola di taman dan salah satu anak kecil itu menendangnya terlalu tinggi sehingga bolanya tersangkut di atas pohon.

"Yah ... bolanya nyangkut."

Ketiga anak kecil itu sudah berusaha sekeras mungkin dengan berbagai cara. Mulai dari naik ke pundak masing-masing sampai melemparinya dengan batu, tapi tidak ada yang berhasil. Dan salah satu anak kecil itu melihat White Shinigami yang berjalan ke arah mereka.

"Paman, paman! Bisa tolong ambilkan bola yang ada di atas pohon?"

"Bola?"

White Shinigami kemudian melihat bola yang ditunjuk oleh anak itu.

Swuushh...

Dengan sigap White Shinigami melompat dan mengambil bola yang tersangkut itu dengan mudah dan tanpa kendala, caranya mengambil bola tadi juga membuat ketiga anak kecil itu kagum.

"Wuaah! Hebat!" ucap mereka bersamaan.

"Lain kali hati-hati."

"Nn! Terima kasih! Paman seperti Hero saja!"

"Hero?"

White Shinigami tertegun saat mendengar kata itu. Ia memang seorang Hero, tapi ia tidak merasa kalau memiliki jiwa Hero sama sekali di dalam dirinya. Jadi ia bertanya kepada anak kecil itu.

"Hei, bocah, memangnya arti Hero bagimu apa?"

"Arti Hero? Tentu saja orang kuat yang melindungi semua orang tak bersalah!"

"Kau salah, tahu. Arti Hero itu adalah orang yang menjaga keadilan agar dunia ini tentram."

Mereka malah berdebat soal hal itu. Lalu White Shinigami bertanya ke satu orang lagi yang belum menjawab pertanyaannya.

"Kalau menurutmu bagaimana?"

"Kalau menurutku, Hero adalah orang yang bisa membuat semua orang tersenyum."

"Tersenyum?" gumam White Shinigami.

"Ahahaha ... apa itu? Payah sekali."

"Tau tuh, kalau itu mah pelawak juga bisa."

"Bukan itu maksudku!"

Mereka kembali berdebat. Tapi White Shinigami malah memikirkan jawaban anak kecil yang terakhir, ia terpikirkan hal itu karena baru saja membuat Aiza menangis.

"Terima kasih atas jawaban kalian, bocah."

"Sama-sama, paman!"

White Shinigami pun tersadar dari lamunannya sendiri dan meninggalkan ketiga anak kecil tadi. Ia kembali melanjutkan perjalanannya ke markas para pembunuh bayaran.

Setelah mengucapkan sandinya dan berhasil masuk ke dalam, ia berjalan di lorong menuju ke meja resepsionis yang berada di ujung lorong dan ingin mengambil rekeningnya.

Selama perjalanan, White Shinigami terus memikirkan wajah Aiza yang telah ia buat menangis. Ia sama sekali tidak mengerti kenapa yang awalnya Aiza tertawa dan bercanda dengannya tiba-tiba menjadi seperti itu.

Saking tidak fokusnya dalam berjalan, White Shinigami sampai menginjak sesuatu di kakinya dan kemudian mengambilnya. Itu adalah sebuah boneka kecil yang terbuat dari kain flanel warna dan kancing sebagai matanya.

"Boneka?"

Dan masih di dalam genggamannya, boneka itu tiba-tiba bergerak sendiri dan melompat dari genggaman White Shinigami. Ia kemudian berlari menuju ke salah satu ruangan yang pintunya terbuka sedikit dan kemudian tertutup setelah boneka itu masuk.

"Apa-apaan itu?"

White Shinigami memperhatikan pintu yang dimasuki boneka tadi, ia ingat kalau resepsionis pernah membicarakan orang yang ada di dalamnya. Meskipun saat itu White Shinigami tidak terlalu mendengarkannya.

Tapi kali ini bukan itu yang penting baginya, sekarang adalah bagaimana caranya menghilangkan wajah sedih itu dan perasaan aneh di dalam dirinya saat ini.

White Shinigami mencoba membayangkan orang lain agar bisa menghilangkan wajah Aiza saat ini. Tapi malah wajah orang yang sering meremehkannya yang keluar sekarang.

"Kau hanya mengalahkan bosnya saja, kau tidak lebih kuat dariku, tau?" ucap Ryuzaki di dalam bayangan White Shinigami.

Perasaan anehnya sekarang berubah jadi jengkel karena wajah Ryuzaki yang kini terbayang di dalam kepalanya.

"Sial. Kenapa malah kau yang keluar, dasar Ryuzaki?"

Bersambung