*Metrokarta City*
Slowness alias Kuchiku dan Lightning Speed alias Victo sedang bertarung melawan anggota WEST lainnya, yaitu Silent Shooter.
Masalahnya saat ini adalah bahkan sebelum pertarungan dimulai, Lightning Speed sudah terkena serangan kejutan yang dilancarkan oleh Silent Shooter saat ia belum siap. Oleh karena itu mereka harus berhati-hati sekarang.
"Victo, kau kena serangannya?"
"Ya, hati-hati saja Kuchiku. Luka yang kurasakan saat ini seperti terkena peluru senjata api."
Lightning Speed melihat ke arah luka di lengannya dan lubang yang cukup dalam tercipta di sana. Ia pun mencoba untuk merobek lengan bajunya untuk menutup luka tadi agar darahnya tidak semakin banyak yang keluar.
"Dengan begini, sepertinya sudah cukup untuk sementara," gumam Lightning Speed.
"Dor!"
Psyuu...
Silent Shooter kembali menembak mereka berdua. Tapi kali ini serangannya dapat dihindari dan yang terkena adalah belanjaan dari Lightning Speed yang langsung hancur berantakan.
"Siapa yang suruh kalian berbicara, hah?" ucap Silent Shooter.
Ia merasa diabaikan oleh Slowness dan Lightning Speed, tapi sayangnya fokus kedua Hero itu tidak hilang sepenuhnya dari Silent Shooter sehingga mereka masih bisa menghindarinya.
"Kau bawa senjata?" tanya Lightning Speed.
"Aku tinggal di rumah."
"Aku juga begitu."
Meskipun mereka tidak bawa senjata, tapi Slowness tidak kehilangan akal. Ia melihat sebuah tiang rambu jalan yang sudah jatuh dan mematahkannya menjadi dua. Ia kemudian memberikan satu tiang besi itu kepada Lightning Speed.
"Kita pakai ini saja."
"Cara kuno sekali, ya? Tapi lebih baik daripada tidak sama sekali."
"Sudah kubilang jangan bicara!"
Silent Shooter lagi-lagi marah saat dirinya merasa dihiraukan oleh kedua Hero itu. Tapi tidak lama kemudian, Lightning Speed dan Slowness menjadi fokus dan bersiap untuk menyerang Silent Shooter.
"Seperti biasa, ya," ucap Slowness.
"Aku tahu. First Phase : Antelope."
Swuuushh...
Lightning Speed melesat menuju Silent Shooter dengan kecepatan tinggi. Ia memiliki kemampuan untuk menambah kecepatan dirinya sendiri maupun benda yang ia sentuh dan aliri energi. Ia juga memiliki beberapa tingkatan kecepatan yang dapat ia atur sesuka hati.
"Akhirnya kalian menyerang juga! Dor! Dor!"
Psyuu... Psyuu...
Silent Shooter menembakkan dua peluru angin dari tangannya. Dua peluru itu tepat mengarah ke dahi Lightning Speed yang terus melesat tanpa rasa takut. Saat peluru pertama sudah ingin terkena dahi Lightning Speed, ia tidak terlihat panik karena ia bersama Slowness saat ini.
"Quick Effect : Slowness!"
"Apa?!"
Kedua peluru tadi dan Lightning Speed menjadi melambat dua kali dari biasanya. Silent Shooter yang melihatnya terkejut karena hal itu.
"Di-dia bisa melambatkan peluruku?!" Silent Shooter melihat ke arah Slowness yang berdiri jauh di belakang Lightning Speed.
Meski begitu Silent Shooter tidak terlihat begitu panik, karena apapun yang terjadi peluru itu pasti akan tetap sampai pada Lightning Speed. Hanya waktunya saja yang tertunda.
"Second Phase : Cheetah."
Lightning Speed menggumam lagi. Kali ini ia meningkatkan kecepatannya menjadi ke tingkat yang kedua. Dan dengan cepat menghindari dua peluru yang masih melambat akibat kemampuan Slowness.
"Sialan!"
Lightning Speed kali ini berhasil mendekati Silent Shooter yang awalnya jarak mereka sekitar dua puluh meter. Dengan tiang besi rambu sebagai senjatanya, ia ingin menusuk perut Silent Shooter dan mengakhiri pertarungan ini dengan cepat.
"Tidak semudah itu!"
Silent Shooter kali ini menggunakan tangan kirinya dan memeragakan pose menembak yang sama dengan tangan kanannya. Tapi Lightning Speed malah tersenyum percaya diri.
"Sudah kuduga."
"Apanya yang lucu?! Do—Akhh!"
Silent Shooter yang terlalu fokus pada Lightning Speed jadi tidak menyadari keberadaan Slowness yang berada di sampingnya saat ini, dari jarak sekitar sepuluh meter ia melempar tiang besi tadi tepat pada tangan kiri Silent Shooter.
"Kau melupakanku, ya?!" ucap Slowness.
"Bagus sekali."
Sekarang sudah tidak ada halangan bagi Lightning Speed untuk menyerang Silent Shooter. Ia dengan bebas menusukkan tiang besi tadi ke perut Silent Shooter.
Craaashh...
"Akkhh ...!!!"
Darah keluar dari mulut Silent Shooter, begitu juga dari tiang besi tadi. Karena ujung tiang yang berlubang, maka darah dari dalam perutnya dapat keluar seperti lewat sedotan.
"Pertanggungjawabkan perbuatanmu, sialan."
"Sudah kubilang ...."
"Eh?"
"... TIDAK SEMUDAH ITU!"
Silent Shooter mengganti posenya menjadi seperti membawa sebuah senjata berat semacam Gatling Gun.
"Ratatatata !!!"
"Gawat! Third Phase : Peregrine Falcon!"
Silent Shooter menggunakan energi yang sangat banyak kali ini dan membuat peluru angin yang setara dengan sebuah Gatling Gun. Rentetan peluru terus ia keluarkan sambil ia teriakan.
Sementara Lightning Speed mundur dengan kecepatan yang sudah ia tingkatkan—kali ini tingkatan ketiga. Ia menghindari hampir semua pelurunya, tapi karena saking cepatnya kecepatan peluru itu, Lightning Speed masih terkena serangannya.
Craaashh...
"Cih!"
Bagian betisnya terkena beberapa peluru sehingga membuatnya kesulitan berjalan dan berlari.
"Gahahaha! Sudah kubilang kalian tidak akan semudah itu untuk mengalahkanku! Sekarang giliran kau!"
"?!!"
Kali ini fokus Silent Shooter berganti ke Slowness. Ia mengarahkan Gatling Gun tangannya ke Slowness dan mulai menembakkan rentetan peluru.
"Ratatatatata !!!"
Braakkh... Braakkh... Braakkh...
Slowness mencoba berlari ke samping dan menghindari serangan Silent Shooter. Ia bahkan menggunakan kemampuannya lagi untuk melambatkan peluru-peluru yang tidak bisa ia hindari.
Tapi kemampuannya tidak cukup kuat dan lama untuk menahan semua peluru yang secara konstan terus ditembakkan oleh Silent Shooter.
Craaashh... Craaashh...
"Arrrgghh!!"
"Gahahaha! Rasakan itu, Hero!"
Swuuushh...
"Eh?"
Meskipun dalam keadaan terluka, Lightning Speed masih bisa melesat dan melindungi Slowness yang sedang dihujani rentetan peluru tak terlihat Silent Shooter. Mereka pun memilih bersembunyi di balik sebuah mobil untuk beristirahat sebentar.
"Ahahaha! Memojokkan dua Hero sekaligus rasanya enak sekali! Hakh ...!"
Ia baru sadar kalau darahnya terus keluar dari tiang besi yang masih menusuk perutnya. Karena ia tidak punya pilihan lain, ia pun terus lanjut menusuk besi tadi sampai menembus punggungnya dan membiarkannya begitu.
"Pendarahannya pasti berhenti jika begini," gumam Silent Shooter.
Sementara Slowness dan Lightning Speed yang masih bersembunyi di belakang mobil berbincang sebentar.
"Sial! Kalau saja aku tidak lengah tadi, pasti ia sudah mati saat ini," ucap Lightning Speed.
"I-itu bukan salahmu sepenuhnya ... a-aku juga tidak menyangka ka-kalau ia bisa mengeluarkan se-serangan seperti tadi."
"Kau tidak usah banyak bicara dulu, nanti lukamu tambah parah."
Mereka berdua sekarang berpikir cara menghadapi Silent Shooter dengan kondisi yang saat ini. Mereka berdua bingung karena pada saat akhir, energi dan kekuatannya bisa bertambah drastis secara tidak normal.
Saat Lightning Speed dan Slowness sedang kebingungan dengan cara untuk mengalahkan Silent Shooter saat ini, Tiba-tiba seseorang datang menghampiri mereka.
"Halo, tuan-tuan. Apa ada yang bisa saya bantu?"
Slowness dan Lightning Speed melihat ke arah orang itu. Mereka melihat seorang perempuan dengan seragam training berwarna biru dengan corak warna hitam dan putih dan rambut berwarna biru gelap. Dan mereka mengenali orang itu bahwa ia adalah seorang Hero.
"NEO?" tanya Lightning Speed.
"Benar, kantor pusat menyuruh para Hero terdekat untuk membantu Hero Slowness dan Lightning Speed. Jadi begitulah aku disini untuk membantumu."
"Tapi bagaimana caramu untuk melawan dia? Kau ini bukan Hero tipe petarung."
"Aku tahu akan hal itu, makanya aku membawa teman."
"Te-teman?"
Saat Silent Shooter sedang mencari keberadaan Slowness dan Lightning Mask bersembunyi, ia malah bertemu dengan Hero lain yang sangat tidak wajar baginya.
"Bantuan lainnya?! Ini akan menyenangkan!"
Silent Shooter mengarahkan pose Gatling Gun nya ke atas karena merasakan keberadaan Hero melesat dari atas langit. Dan setelah menunggu beberapa detik, seseorang muncul dari atas dan melesat langsung menuju ke Silent Shooter.
"Ini dia! Ratatatatatata !!!"
Saat melihat orang itu, Silent Shooter langsung menembakkan rentetan peluru anginnya ke Hero yang baru datang itu. Sampai ia menyadari sesuatu, kalau semua tembakannya tidak ada yang berhasil mengenainya.
"Eh?"
Hero itu terus melesat mendekati Silent Shooter dan bahkan sampai saat ia sudah mendekatinya, ia menembus tubuh Silent Shooter.
"Sebenarnya ... apa yang terjadi? Kenapa seluruh tembakanku tidak ada yang kena?"
"Baru bertemu denganku? Kalau begitu salam kenal, namaku Astral. Dan ini adalah kemampuanku, Astral Projection!"
Buaagghh...
Hero itu—Astral yang melesat menembus Silent Shooter lalu kemudian mendarat layaknya Superhero, tiba-tiba menendang bagian bawah kepala belakang Silent Shooter dan membuatnya mental ke depan.
Lalu dari depan seorang Hero lainnya sudah menunggu kesempatan itu. Seorang wanita berdiri sekitar lima meter di depan Silent Shooter yang sedang terpental akibat tendangan Astral.
Lalu ia mengambil sebuah suntikan yang berisi semacam cairan dari dalam kotak yang ia simpan di ikat pinggang sebelah kanannya. Setelah itu, ia melempar suntikan tadi dengan dua jarinya tepat menusuk ke tengah-tengah mata Silent Shooter.
Cssh...
"Bagianmu, Blank!"
"Aku tahu!"
Lalu suntikan tadi pecah dan cairan di dalamnya terkena sehingga menyebar di wajah Silent Shooter yang kemudian jatuh ke tanah. Astral berdiri dan bertanya pada perempuan itu—Blank.
"Apa berhasil?"
"Cairannya sudah terkena wajahnya, aku bisa memulai prosesnya kapanpun."
"Baiklah kalau begitu."
"Sialan! Sialan! Sialan! Sialan! Sialan! Dasar Hero sialan! Beraninya kalian bermain licik padaku!"
Astral yang berjalan mendekat ke Blank kemudian terkejut karena Silent Shooter yang tiba-tiba berteriak marah-marah tidak jelas.
"Apa maksudmu?" tanya Astral.
"Kalau ingin bertarung satu-satu! Tidak adil jika kau bertarung secara bersama-sama seperti ini!"
Astral dan Blank memandang satu sama lain. Mereka bingung dengan apa yang dikatakan oleh Silent Shooter. Tidak ada kata curang dalam pertarungan, selama di akhirnya menang prosesnya sama sekali tidak penting.
Sementara Silent Shooter sendiri merasa aneh pada penglihatannya. Ia merasa kalau pandangannya semakin lama semakin buram dan semakin kehilangan indera penglihatannya.
Lalu di balik mobil, NEO, Lightning Speed, dan Slowness yang sedang dalam keadaan genting karena Slowness yang mulai kehilangan kesadarannya akibat kehabisan darah masih menyempatkan diri untuk melihat pertarungan mereka.
NEO kemudian menyentuh mobil rusak yang mereka pakai untuk bersembunyi. Dalam beberapa saat, mobil tersebut kembali ke keadaan sebelum ia rusak, meskipun tidak bagus seutuhnya, tapi mobil itu masih bisa dipakai untuk jalan.
"Kita tidak ada waktu untuk menonton, ayo cepat masuk."
"Nn."
Lightning Speed masuk sambil memapah Slowness yang sudah hampir tidak sadarkan diri. Sementara NEO duduk di belakang setir menunggu semuanya bersiap.
"Kau yakin tidak mau aku yang menyetir?" tanya Lightning Speed.
"Dengan luka di kakimu saat ini, kau tidak bisa menekan gas dengan kuat, kan? Sudahlah, biar aku saja."
"Lalu bagaimana dengan mereka berdua, apa tidak apa-apa kita tinggal?"
"Tenang saja, Blank itu lumayan kuat dan Astral sendiri yang paling berpotensi untuk masuk ke tingkatan Elite."
"Tingkatan Elite? Apa itu?"
"Ha? Kau tidak tahu? Kan awal masuk S.E.I.D. kita sudah diberitahukan soal hal itu."
"Benarkah?"
"Hah ... di organisasi S.E.I.D. ada 5 tingkatan berbeda. Dari yang terendah Lower, Middle, Elite, Platinum, dan yang paling tinggi Mythical.
Lower adalah tingkatan terendah, kalau tidak salah itu adalah tingkatan kalian berdua. Lalu tingkat Middle satu tingkat di atas Lower, Hero yang berada di tingkat ini adalah Astral, Blank, Chriztopher, dan yang lainnya. Lalu ada tingkat Elite, mereka bisa dibilang cukup kuat untuk menjalankan misi berbahaya sendirian. Contoh Hero nya adalah Hunter Girl, Mei, Big Bro, dan yang lainnya."
"Lalu untuk Platinum dan Mythical?"
"Platinum itu sudah berbeda tingkatan dengan yang lainnya. Mereka bisa melawan monster yang dapat menghancurkan satu kota sendirian. Contohnya Lightning Mask, Fire God, dan yang lainnya.
Lalu untuk Mythical, kekuatan mereka sudah bisa dibilang tidak ada bandingannya dengan tingkat yang lainnya. Hanya ada tiga Hero yang dikategorikan dalam tingkatan ini, yaitu Ryuzaki, White Shinigami, dan Sword Master," jelas NEO.
"Begitu, ya. Aku rasa aku pernah mendengarnya."
"Uhuuk ... uhuuk ...."
Saat mereka sedang asyik menjelaskan, tiba-tiba mereka teringat tujuan mereka yang sebenarnya karena suara batuk dari Slowness.
"Tunggu! Kita masuk mobil bukan untuk bercerita, cepat jalan NEO!"
"Ini salahmu karena bodoh, dasar Lightning Speed!"
Mereka pun akhirnya pergi dari sana menuju ke rumah sakit terdekat untuk memberikan perawatan kepada Slowness.
Sementara di area pertarungan, Silent Shooter sudah tidak bisa melihat lagi karena cairan yang dilemparkan oleh Blank serta kemampuannya untuk memanfaatkan hal itu, meskipun efeknya cuma sementara tapi itu lebih dari cukup untuk saat ini.
"Sialan! Semuanya gelap! Aku tidak bisa melihat! Dasar Hero sialan!"
"Aku tidak bisa mendekat," ucap Blank.
"Biar aku yang kesana."
Astral mencoba mendekati Silent Shooter yang menembak secara membabi buta agar tidak ada yang mendekatinya.
Meskipun itu tidak terlalu berguna bagi Astral. Berkat kemampuannya yaitu Astral Projection, yang saat ini bertarung adalah arwahnya dan tubuh aslinya sedang tertidur di suatu tempat yang aman. Meskipun saat ia bangun atau dibangunkan secara paksa, maka Astral Projection nya ini akan batal secara paksa.
Astral mendekat ke arah Silent Shooter dan ingin menyerangnya yang sedang menembak secara membabi buta. Tapi tiba-tiba ada sebuah lubang teleportasi yang muncul di belakang Silent Shooter dan seseorang keluar di dalamnya.
Perempuan itu—Vivien memukul tengkuk Silent Shooter dengan cukup keras sehingga membuatnya pingsan dan akhirnya tenang. Astral yang masih bingung dengan kejadian itu pun berhenti bergerak.
Ia masih bingung dengan Vivien. Astral tidak pernah melihatnya di S.E.I.D. dan itu berarti dia bukan bagian dari Hero, tapi dia dapat dengan mudah melumpuhkan Silent Shooter.
"Siapa kau?!"
Astral bertanya pada Vivien, ia bertanya apakah ia teman atau musuh. Tapi tidak ada jawaban dari Vivien, ia hanya melirik sedikit pada Astral dan kemudian melempar Silent Shooter ke dalam lubang teleportasi lalu menghilang bersamanya.
"Apa-apaan itu?"
**
Sementara lubang teleportasi kembali terbuka dan saat ini berada di tempat yang sama dengan Vivien membawa Cindaku sebelumnya.
Cindaku yang sudah diobati dan penuh dengan perban menyadari kedatangan Vivien serta Silent Shooter yang tidak sadarkan diri.
"Apa dia mati?" tanya Cindaku.
"Tidak, dia cuma pingsan."
"Ternyata semuanya selamat ya kecuali Death Doll," ucap Techno Knight yang juga berada di situ.
"Iya, sebisa mungkin untuk jangan mati karena anggota kita masih sedikit," jawab Vivien.
Zrrtt...
Vivien kembali membuka lubang teleportasinya dan berniat untuk pergi ke tempat lainnya.
"Kali ini kau mau kemana?" tanya Techno Knight.
"Menjemput anggota baru WEST."
Kemudian Vivien masuk ke dalam lubang teleportasinya dan menghilang bersamanya.
Bersambung....