Chereads / Hero Alliance / Chapter 42 - Chapter 42 : Chriztopher The Puppeter

Chapter 42 - Chapter 42 : Chriztopher The Puppeter

Sementara itu di tempat lain juga sedang terjadi pertarungan di waktu yang hampir bersamaan. Kali ini pertarungan terjadi di Java City antara Chriztopher The Puppeter melawan Cindaku.

Cindaku sengaja membuat kekacauan untuk menarik perhatian para Hero yang ada di dekat sini dan caranya terbukti berhasil.

"Cepat pergi dari sini, aku yang akan menghadapinya," ucap Chriztopher kepada para polisi yang diselamatkan olehnya sebelumnya.

"Ba-baik!"

Mereka pun pergi dan Chriztopher sedikit tersenyum karena melihat warga yang dilindunginya percaya pada dirinya. Tapi senyuman itu seketika hilang saat ia kembali fokus pada Cindaku yang ada di depannya.

"Apa kau salah satu anggota dari organisasi monster itu?" tanya Chriztopher.

"WEST? Benar, aku berasal dari situ. Apa itu masalah bagimu?"

"Tidak, ternyata yang dikatakan S.E.I.D. benar. Ada organisasi monster yang merepotkan yang secara diam-diam bergerak di bawah tanah. Dan sekarang mereka sudah mulai menampakkan wajahnya."

"Heh! Kami tidak akan terus bersembunyi seperti tikus di dalam selokan, ini saatnya bagi kami untuk bersinar!"

"Benarkah?"

Kratatak... Kratatak...

"?!!"

Dua boneka kayu yang tadi menyelamatkan polisi tadi kini mulai menyerang Cindaku. Sementara Chriztopher di belakang memainkan jarinya seolah dia sedang memainkan boneka itu, padahal tidak ada benang atau semacamnya yang menghubungkan mereka.

"Pine!"

Boneka kayu yang berwarna coklat kehitaman yang bernama 'Pine' kemudian menyerang Cindaku dengan kedua tinjunya yang cepat dan terstruktur. Tapi Cindaku masih bisa melihat pergerakannya dan menghindari hampir seluruh serangannya.

"Acacia!"

Lalu boneka kayu satu lagi yang berwarna sedikit kemerahan bernama 'Acacia' juga ikut membantu Pine dengan pedang yang terbuat dari besi.

Mereka berdua bergerak secara selaras dan padu karena memang pada dasarnya otak mereka berada di satu orang yang sama, yaitu Chriztopher.

Sraakk...

Sebuah tebasan pedang vertikal dari bawah ke atas yang dilancarkan Acacia hampir saja mengenai wajah Cindaku, beruntung ia masih bisa menghindarinya.

Buukhh...

"Cih!"

Tapi tanpa jeda, Pine yang langsung menendang tengkuk Cindaku membuat Cindaku sedikit kehilangan keseimbangan dan ingin kembali dilanjut dengan tebasan oleh Acacia, tapi Cindaku memilih untuk melompat mundur ke belakang.

Cindaku melompat sekitar 10 meter ke belakang dan mencoba membuat jarak yang sekiranya aman baginya. Merasa dari tadi dipojokkan, kali ini ia ingin gantian untuk menyerang.

Swuushh...

Kecepatan bak binatang yang dipertunjukkan oleh Cindaku membuat Chriztopher sedikit terkejut. Cindaku kali ini sudah berada di belakang kedua bonekanya dan berniat mengincar tali yang menghubungkan antara Chriztopher dan kedua bonekanya.

"Kau tidak bisa apa-apa jika aku memutuskan talinya!"

Sryiing...

Sebuah cakaran yang membuat bekas di aspal berupa empat cakaran besar itu membuat Cindaku berpikir kalau ia sudah memutuskan tali antara Chriztopher dan kedua bonekanya.

Buukhh... Craasshh...

"Agghhh!!!"

Tapi perkiraannya salah. Pine dan Acacia masih dapat bergerak dengan bebas dan malah memberikan serangan cukup telak ke Cindaku yang membuatnya kembali harus melompat mundur sebelum terkena serangan lainnya lagi.

"Apa kau pikir aku menggunakan semacam tali untuk menggerakkan bonekaku?"

"A-Apa?"

"Cara kuno itu sudah lama kutinggalkan. Sekarang aku menggunakan energi yang ada di dalam diriku untuk menggerakannya, tapi kau juga bisa menyebutnya sebagai sihir untuk lebih mudahnya."

Chriztopher berjalan mendekati kedua bonekanya. Ia sudah mengungkapkan salah satu rahasianya, meskipun ia tahu lama kelamaan Cindaku juga akan tahu dengan sendirinya.

"Sekarang apa yang akan kau lakukan?" tanya Chriztopher.

Cindaku masih berlutut sambil meringis kesakitan karena punggungnya yang terkena tebasan dan pukulan keras dari Pine dan Acacia. Sambil memulihkan kekuatannya, ia teringat sesuatu di masa lalu.

**

Saat itu ia baru saja pulang ke Kerajaan Hutan untuk melapor ke Zuriguri, tapi pemandangannya sangat jauh berbeda dan sangat menyedihkan untuk dilihat bagi Cindaku.

Ia langsung berlari menuju ke istana kerajaan dan melihat Kaylee dan Zuriguri yang terluka bersiap untuk berjalan meninggalkan tempat ini.

"Zuriguri-sama, Kaylee, apa yang terjadi di sini?"

"Manusia mengusir kita dari sini. Dan itu berarti kau juga harus secepatnya pergi dari tempat ini," ucap Kaylee menjelaskan.

"Manusia?! Apa mereka menyerang kita sampai jadi seperti ini? Lalu kau tidak membalasnya dan dengan sukarela membiarkan ini semua terjadi?!"

Sryiing...

Kaylee mengarahkan pedang Rapier nya ke arah mata Cindaku, tapi ia berhenti sebelum mengenai matanya yang membuat Cindaku berhenti berbicara.

"Tutup mulutmu sebentar."

"Apa harga dirimu akan membiarkan semua ini terjadi?!"

"Apa kau tidak lihat siapa yang tersisa di sini?!"

Kaylee berbicara dengan keras. Ia sudah berusaha sebisa mungkin untuk tidak berteriak sampai menggigit bibirnya sampai berdarah, tapi tetap saja kata-kata Cindaku membuatnya tidak punya pilihan lain.

"Tidak ada. Tidak ada yang tersisa. Semuanya sudah musnah. Bahkan jika aku ingin membalas dendam aku tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk itu."

Kaylee secara perlahan menurunkan pedang Rapier yang daritadi ia acungkan kepada Cindaku. Nada bicaranya sangat sedih dan seperti hatinya tercabik-cabik. Tapi ia sadar kalau tidak ada yang bisa dilakukan lagi.

"Sudah cukup. Tidak ada yang perlu diperdebatkan lagi."

Zuriguri yang masih dalam keadaan terluka kemudian menghampiri Cindaku dan Kaylee yang dari tadi sedang berdebat. Ia kemudian memeluk mereka berdua dan hening tercipta untuk beberapa saat.

"Lebih baik untuk bermain aman sekarang. Kekuatan kita sudah berkurang drastis, jangan ada yang melakukan hal yang ceroboh lagi, terutama kau Cindaku. Aku tahu perasaan marah masih menguasai dirimu, tapi itu semua sudah tidak penting lagi. Yang paling penting adalah kita harus membangun lagi kekuatan kita untuk tetap bertahan hidup. Di tempat yang baru."

Kata-kata dari Zuriguri seolah membuka mata Cindaku. Ia kemudian keluar dari pelukan Zuriguri dan berlutut untuk memberi hormat kepada Zuriguri.

"Terima kasih atas perhatianmu, Zuriguri-sama. Tapi ternyata aku memang tidak bisa menghilangkan perasaan ini begitu saja."

"Oi! Apa maksudmu?!"

"Cindaku, tidak perlu berbuat apa-apa lagi!"

Cindaku tidak memperdulikan ucapan Kaylee dan Zuriguri, ia berjalan keluar dari istana dengan tatapan marah dan hati ingin membalas dendam.

Tapi ia tahu kalau kemampuannya saat ini tidak akan cukup untuk melawan sebuah organisasi sendirian. Ia yang sedang dalam keadaan bingung itu pun kemudian bertemu dengan orang yang aneh.

Zrrrtt...

"?!!"

Sebuah lubang teleportasi terbuka dan membuat Cindaku terkejut serta waspada. Kemudian dua orang keluar dari lubang teleportasi itu. Satu adalah Vivien dan satunya adalah seseorang dengan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuh dan wajahnya.

"Siapa kalian?!"

"Tidak usah panik begitu, kami kesini untuk memberi penawaran padamu," ucap orang berjubah itu.

"Penawaran?"

"Kau membenci manusia, bukan? Ingin membalas dendam kepada mereka tapi kau tidak memiliki kekuatan yang cukup?"

"Ba-bagaimana kau bisa tahu?"

"Itu tidak penting. Yang terpenting adalah apakah pernyataanku benar?"

"I-itu ..., itu tidak salah."

"Kalau begitu bergabunglah dengan kami."

Orang berjubah itu mengulurkan tangannya seolah mengajak Cindaku untuk bergabung dengan mereka. Sementara Cindaku yang masih belum percaya tidak menerima begitu saja penawarannya. Tapi orang berjubah itu berbicara lagi.

"Kadaal, Tarantula, Kanelu, Immanuel, lalu masih banyak lagi pasukan Kerajaan Hutan. Mereka semua teman-temanmu yang sudah mati, kan?"

"Ap—?!" Cindaku terkejut karena orang berjubah itu bisa tahu begitu banyak tentang dirinya.

"Aku tahu semuanya tentang dirimu, Cindaku. Aku juga tahu tentang perasaanmu yang ingin bertambah kuat untuk balas dendam. Oleh karena itu, bergabunglah bersamaku."

Cindaku melihat uluran tangan orang berjubah itu. Ia memejamkan matanya sebentar dan menarik nafas panjang. Lalu melihat orang berjubah tadi dengan tatapan yakin.

**

Kembali ke waktu sekarang, ia menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengusir sekelebat ingatan masa lalu yang tiba-tiba muncul. Ia kemudian berdiri dan mulai serius lagi menghadapi Chriztopher.

Swuushh...

"?!!"

Kecepatan Cindaku tetap saja membuat Chriztopher terkejut meskipun ia sudah melihatnya dua kali. Matanya yang hanya setara dengan mata orang normal tidak bisa mengikutinya dengan baik.

Cindaku sudah berhasil berada di belakang Chriztopher sebelum ia menyadarinya dan bersiap mencakar dan mengakhiri pertarungan ini sekarang juga.

"Mati kau!"

Chriztopher yang telat untuk menengok dan melihat pergerakan Cindaku, tidak bisa lagi menghindar dan hanya pasrah dengan cakar yang sudah sangat dekat dengannya.

Kratatata... Buummm...

"Apa?"

Acacia dengan lebih cepat berhasil menahan serangan Cindaku dan membuat nyawa Chriztopher terselamatkan. Setelah serangan dadakannya gagal, Cindaku melompat mundur lagi untuk menjaga jarak.

"Hah ... hah ... itu hampir saja," gumam Chriztopher dengan nafas berat.

Ia sempat menahan nafas dan mengira kalau dirinya sudah tamat. Tapi beruntung kedua boneka itu tersambung langsung dengan otak Chriztopher sehingga dengan syaraf refleksnya yang cepat membuat kedua bonekanya dapat bereaksi lebih cepat daripada penglihatannya.

Swuushh... Sryiing... Sryiing...

Tidak memberikan Chriztopher waktu istirahat, Cindaku terus menyerangnya dengan cepat dan brutal. Tapi semua serangannya masih bisa terbaca dan tertahan oleh entah itu Pine ataupun Acacia. Sampai refleks Chriztopher pun dapat terlewati oleh kecepatan Cindaku.

Braaakkhh...

Cakaran diagonal dari bawah ke atas yang mengenai dengan telak leher Pine membuat kepala kayunya terbang ke atas dan jatuh beberapa meter dari area pertarungan mereka.

"Satu sudah beres."

Buughh...

"Ugh—?!"

Pine yang Cindaku kira sudah dikalahkan malah mendaratkan pukulan telak ke ulu hati Cindaku yang membuatnya meringis.

Tapi rasa sakit itu tidak menghentikan Cindaku dan ia kembali menyerang Pine. Kali ini ia mencoba untuk melubangi dada Pine dan ingin menargetkan jantungnya, tapi karena Pine hanya sebuah boneka kayu, di dalam tubuhnya yang sudah Cindaku tembus hanyalah bagian kosong saja.

Buughh... Buughh... Buughh...

"Tch!"

Tangan kiri Pine menahan tangan Cindaku yang masih berada di dalam tubuh Pine dan tangan kanannya ia terus gunakan untuk memukul punggung Cindaku tanpa henti.

"Boneka sialan!"

Braaakkhh... Braaakkhh... Braaakkhh...

Cindaku tidak kehilangan akal dan membanting Pine ke aspal berkali-kali sampai pukulan Pine lama kelamaan melemah dan hampir berhenti. Chriztopher yang tidak ingin kehilangan salah satu bonekanya itu pun kemudian melepaskan tangan Cindaku yang berada di dalam tubuh Pine.

Pine bergerak dengan cepat mundur ke dekat Chriztopher, tapi lagi-lagi Cindaku melesat tanpa kenal lelah. Kali ini incarannya adalah Pine yang sudah retak-retak dan kerusakannya sudah lumayan parah.

Triing...

Saat Cindaku mengincar ke arah Pine, Acacia tidak diam begitu saja dan menahan cakar Cindaku dengan pedangnya. Tapi Cindaku dengan mudah menghempaskannya cukup jauh.

"Jangan menggangguku!"

Sryiing... Braaakkhh... Braaakkhh...

Setelah menghempaskan Acacia, kini tidak ada lagi yang bisa menahan Cindaku dan Pine terkena cakaran kedua tangannya secara beruntun yang membuat Pine hampir rusak parah dan hampir tidak berbentuk lagi.

Setelah mendapat serangan beruntun itu, Pine tidak menunjukkan ada pergerakan dan Chriztopher juga sudah tidak bisa menggerakannya lagi. Setelah menghancurkan Pine, Cindaku merasakan perasaan yang sudah lama tidak ia rasakan.

"Perasaan ini ...."

Swuuushh...

Saat Cindaku sedang lengah, Acacia dari belakang mencoba menyerangnya. Tapi Cindaku dapat mencegah serangan Acacia tanpa perlu melihatnya.

"RaaAagGgghhHhh!!!!"

Ia mengaum sangat keras dan membuat udara di sekitarnya yang menghempas Acacia dan juga Chriztopher menjauh.

"A-Apa itu?"

"Perasaan ini .... Gairah bertarung ini kembali aku dapatkan!"

Zwuuusshh...

"Ap—?!!"

Braaakkhh...

Acacia dalam sekejap mata sudah hancur menjadi berkeping-keping. Kondisinya hampir sama dengan Pine, tapi jauh lebih hancur dan tidak berbentuk dan tidak jauh beda dengan lempengan kayu biasa.

"Ke-kecepatannya ... tidak mungkin."

Chriztopher terkejut karena dua bonekanya bisa dihancurkan dengan begitu hebat. Padahal ia percaya diri dengan ketahanan bonekanya, meskipun menerima damage yang lumayan, mereka masih bisa bergerak dan menyerang.

"Kayu boneka itu kau dapat dari Phantom Forest, kan?"

"Hah?"

Kali ini Chriztopher sudah tidak apa-apa lagi. Ia sekarang sedang berhadapan dengan monster yang bertinggi sekitar dua setengah meter hingga membuatnya harus mendongak untuk melihat wajahnya.

"Kalian mengusir Kerajaan Hutan dan mengambil sumber daya yang ada untuk kepentingan kalian sendiri."

"...."

"Sekarang kau akan disiksa oleh warga Kerajaan Hutan yang kau bunuh waktu itu di atas sana!"

Saat Cindaku sudah ingin menyelesaikan Chriztopher, tiba-tiba sebuah gumaman terdengar dari belakang mereka berdua. Gumaman itu menarik perhatian Cindaku dan Chriztopher.

"Serang dia, Tora!"

"Hnm?"

Cindaku menengok ke belakang dan melihat seseorang bersama dengan sebuah Yokai alias makhluk halus berbentuk harimau yang bernama Tora.

"Tapi bohong, sekarang coba lihat di depanmu."

Orang dengan Yokai itu pun menyuruh Cindaku untuk melihat ke depannya lagi. Dan saat Cindaku melihat ke depannya, Chriztopher sudah hilang dari hadapannya dan sudah berada di samping orang dengan Yokai tadi.

Selain orang dengan Yokai tadi, masih ada beberapa orang lagi. Salah satunya adalah orang yang membawa Chriztopher menjauh dan dua orang lainnya.

"Hero bantuan, kah?"

"Oh, jadi kau sudah menyadarinya? Kalau begitu ini akan jadi lebih cepat."

Mungkin pertarungan bagi Chriztopher sudah selesai. Tapi bagi yang lainnya, pertarungan baru saja dimulai.

Bersambung....