Chereads / CRAZY GAY RICH ASIA / Chapter 16 - Bagian 16. Bagas 3

Chapter 16 - Bagian 16. Bagas 3

Lelaki tua itu berhenti dan memandang lekat kepada renaja tampan di hadapannya.

"Sudah lama tidak bertemu! Kamu sudah besar Bagas, seperti ayahmu !" ucapnya tersenyum, Bagas hanya terdiam.

"Apa kamu tidak mau menyapa kakek ?" tanyanya. Bagas tertegun dan mendekat kemudian kakek itu mengulurkan tangan Bagas pun salim.

"Maafkan Bagas kek ..." jawabnya pelan, Barata tersenyum dan menyentuh pundak cucunya yang sudah beranjak remaja, tingginya hampir sepantar dirinya,

"Sudah, tidak apa-apa, kamu baru pulang dari pesantren ?" tanyanya. Bagas mengangguk.

"Iya kek ..."

"Hmmm ... tadi kakek menemui ibumu! kakek berencana untuk mengajakmu ke kota bersama kakek! tapi di tolak, kamu tahu sifat ibumu kan? aku tahu, sudah bersalah kepada ibumu, karena memilh jalan hidupnya sendiri, di banding mengikuti apa kehendak kakek! pada awalnya kakek merasa ibumu tak akan bisa hidup dengan kondisi seperti ini, tapi semua salah! ibumu ternyata benar-benar mencintai ayahmu dan melupakan semua yang pernah ia dapatkan selama ini! lagi pula ibumu berbeda dengan saudaranya yang lain !" Barata terdiam, selama ini dia kesepian. Walau harta berlimpah tapi hatinya sepi, semua putra dan putrinya sudah mempunyai keluarga sendiri, mereka sibuk dengan urusannya masing-masing walau sudah mendapat cucu bahkan cicit tapi tidak dekat dengannya.

Berbeda dengan Amelia, sebenarnya di banding yang lain dia begitu sayang kepada putri bungsunya ini. Tentu saja sebagai seorang ayah dia ingin yang terbaik bagi putrinya itu tapi sayang, ketika putrinya lebih memilih lelaki pilihannya dia terkejut. Bukan masalah status sosial tapi dia ingin putrinya dapat kehidupan yang layak dan lebih baik. Dia sempat marah dan mengultimatum putrinya tapi dia teregun terntanyata hatinta kokoh tetap ingin bersama lelaki pilihannya.

Setelah sekian lama, baru dia menyadari Amelia mengingatkan akan almarhumah istrinya sendiri. Barata dan Amelia memilih pasangan hidupnya sendiri di bandingkan dengan menerima perjodohan kedua orang tuanya, hukuman pun juga sama dan dia berhasil membuktikan bahwa dia bisa. Amelia pun tidak marah ketika Barata datang kembali dan meminta maaf serta menerima keluarga putrinya itu.

Ketika Barata berencana memberikan modal usaha untuk Rahmat suami putrinya dia menolak, karena kehidupannya saat ini baik-baik saja dan tidak kekurangan. Bersama mereka dia merasa senang. Barata berencana mengundurkan diri dari perusahaan yang membesarkan namanya. Semua kakak Amelia sudah mendapat bagian dari warisan yang diberikan, Barata menyadari dia sudah tua. Satu-satunya yang di milikinya adalah warisan untuk Amelia yaitu BARATA Food Company

Perusahaan ini pengembangan dari perkebunan teh yang sangat luas, yaitu perusahan yang memproduksu minuman, dan makanan. Serta perkebunan karet dan cengkeh yang di ubah menjadi perternakan sapi terbesar dan bisa menghasilkan banyak produksi susu, serta di tambah pertenakan ayam dan kambing. Produksi yang di hasilkan sudah menjangkau seluruh Indonesia.

Barata tidak memberikan perusahaan ini kepada anak, menantu serta cucunya yang lainnya. Ketika bertemu Bagas pertama kali dia yakin bahwa cucunya dari Amelia lah yang berhak, selain permintaan maaf juga sebagai pewaris penganti mamanya.

Kali ini dia datang untuk memberitahukan itu kepada Amelia, dia terkejut tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

"Ayah aku serahkan semua kepada Bagas! apa dia mau atau tidak terserah dia !" jawab Amelia di angguki Rahmat suaminya, mereka merasa Bagas sudah dewasa bisa menentukan arah kehidupannya di masa depan.

"Ya, sudah! mana dia ?" tanya Barata, Amelia pun menceritakan Bagas sedang menuntut ilmu pasantren di desa sebelah. Laki-laki tua itu tertegun, Amelia pun juga mengatakan Bagas termasuk anak pintar, ustadnya ingin membimbing dia lebih dalam lagi dan berharap seperti dirinya mengajarkan agama kepada orang lain.

----------------------

Kini keduanya mengobrol di pondok, Barata menanyakan banyak hal kepada Bagas, pada akhirnya dia menyadari ada sesuatu yang terjadi dan ada sesuatu yang di sembunyikan oleh Bagas.

"Bagas, kamu betah di pasantren? kakek tidak akan memaksakan diri untuk hal ini! semua terserah kepadamu! toh keduanya baik untuk di jalani! tapi kakek berharap kamu memikirkannya lagi, kakek merasa sudah tua! tidak bisa lagi bepergian jauh demi perusahaan, hanya kamu yang berhak memimpin perusahaan ini bukan yang lain! kalau kamu tetap kepada pendirianmu, kakek akan menjual perusahaan itu dan uangnya kakek serahkan kepadamu seluruhnya! kakek harus melakukan itu, padahal itu warisan turun temurun dari jaman Belanda hingga sekarang !" jelas Barata.

"Iya kek, insya allah! aku akan memikirkannya !" jawab Bagas tetap menunduk. Barata menatap cucunya yang tampan mirip dirinya di masa muda.

"Apa ada sesuatu? katakan pada kakek! kakek akan mendengarkan semuanya Bagas !" Barata merangkul pundak Bagas, pemuda itu tertegun.

"Maksud kakek ?"

"Bagas, kakek tahu kamu menyimpan sebuah rahasia dalam dirimu! apa boleh kakek mengetahuinya ?" tanya Barata, Bagas terdiam tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

"Kok kakek tahu aku menyimpan rahasia ?" tanya Bagas heran. Barata tertawa.

"Tentu saja kakek ini sudah berpangalaman banyak tahu apa yang di pikirkan seseorang !" jawabnya.

"Apa rahaaiamu besar, sehingga hatimu tidak tenang ?" Bagas tertegun dan akhirnya mengangguk.

"Oke, kita bicarakan nanti saja, bila kamu sudah membuar keputusannya Bagas! kakek akan meneima semua kekuranganmu dan juga kelebihanmu !" jawab Barata dan pamitan pulang, dia akan kembali sebulan lagi untuk mengetahui keputusan Bagas cucunya.

Bagas menatap dirinya di lemari kaca kamarnya yang luas dan mewah. Seragam baru sudah di kenakannya hari ini dia akan masuk sekolah baru yang sudah di tentukan oleh kakeknya, dia kini duduk di kelas dua. Yap, Bagas sudah memilih jalsn hidupnya ikut dengan kakeknya itu pun dengan berat hati, dia belum siap menjalani apa yang di inginkan kedua orang tua dan gurunya di pasantren. Akan banyak jalan berat yang di hadapinya nanti.

Untunglah kedua orang tuanya mengerti dan membiarkan Bagas menentukan jalan hidupnya sendiri. Kakek Barata terkejut ketika Bagas menceritakan rahasia terbesar dalam hidupnya. Walau berat Barata tetap menerima apa yang ada di dalam diri cucunya itu. Dan kini dia berada di salah satu rumah kakeknya di Jakarta. Rumah ini besar dan mewah, berada di kawasan perumahan elit di Jakarta, kakeknya ingin Bagas bersekolah yang terbaik dan mulai saat ini dia akan mengajarkan semua seluk beluk dunia bisnis dari nol.

"Pagi. Kek !" sapa Bagas dan kemudian salim kepada Barata yang sudah duduk di meja untuk sarapan. Barata tersenyum melihat penampilan Bagas yang berbeda ketika masih di kampung. Penampilan Bagas kini memang terlihat tampan dan ganteng serta kekinian.

"Pagi Cucuku !" jawabnya, dan mereka pun sarapan bersama. Walau hidup di desa tapi kesopan satunan Bagas terlihat dan semuanya sesuai aturan, Barata yakin Amelia yang mengajarkan itu.

"Bagas, selama tinggal bersama kakek ingat jangan lupa ibadah! kamu tak usah memikirkan emak sama bapak dan lainnya! emak tahu, berat melepas kamu pergi, tapi ini pilihanmu sendiri! dan berharap selalu berdoa! dan kamu selalu rajn belajar dan juga mawas diri jangan tergiur dengan godaan yang tidak baik !" Amelia mengusap air matanya dan memberi nasehat kepada putranya itu.

"Iya mak, Bagas berjanji akan menuruti semua nasehat emak! maafkan Bagas mak !" ucap Bagas yang bersedih karena kesalahan dan dosa di masa lalu.

"Sudah, kamu sudah emak maafkan tidak usah dipikirkan lagi !" mereka berpelukan erat. Itulah yang terjadi ketika Bagas memutuskan untuk ikut kakeknya dia pun pamitan kepada semua teman dan sahabatnya.

---------------------

Mobil Mercedes Benz itu pun melaju di jalanan ibu kota, Bagas menatap gedung pencakar langit yang berderet di sepanjang jalan. Ini pertama kalinya dia menginjakan kaki di Jakarta, dulu hanya bisa di dilihatnya di televisi, Mang Soleh sopir pribadi yang mengantarkannya ke sekolah barunya. Tak lama dia tiba di sebuah sekolah dengan label Internasional di belakangnya.

Sekolah ini cukup besar karena ada SD, SMP dan SMU nya, sayang Bagas langsung masuk kelas 2 dan sebagai murid baru, kakeknya lah yang memasukan Bagas ke sini. Kebetulan pemilik sekolah ini kenal dekat dengan Kakek Barata. Jadi tanpa kesulitan Bagas bisa di terima di sini.

"Sudah aampai den !" ujar mang Soleh.

"Eh iya mang! terima kasih !" Bagas terkejut karena melamun.

"Kalau mau di jemput pulang, aden telepon mamang saja ya ?" kata Mang Soleh lagi, Bagas mengangguk dan kemudian turun. Sebenarnya ini hari kedua dia bersekolah disini. Jadi sedikit sudah terbiasa. Mobil itu pun pergi meninggalkan Bagas.

"Woi Bagas !" terdengar teriakan dari jauh, Bagas tertegun dan itu ternyata Bastian ... teman baru sekelasnya ...!

Bersambung ....