"Sorry, gue udah membuka kenangan lama ... " ucap Gisel, merasa bersalah.
"Tidak apa-apa Sel ... " jawab Bastian tersenyum, walau hatinya sedih.
"Gue, ke suami dulu ya ..." ujar Gisel sambil menepuk pundak sahabatnya itu. Bastian hanya mengangguk. Dia pun menghela nafas.
"Kak ..." tiba-tiba Amira memanggilnya.
"Ada apa ?" Tanya Bastian. Amira memberikan sebuah telepon. Bastian menatap adiknya, tapi di ambilnya telepon di tangan adiknya.
"Hallo ...?" Sapa Bastian.
"Bastian ? ... ini om Harun !" Ucap seseorang di seberang sana. Bastian terkejut.
"Oh, om ... ada apa ya ?" Tanyanya heran, karena tumben menelpon.
"Gini, om engga bisa datang ke pesta karena ada urusan mendadak! Tapi ... besok, bisa tidak kita ketemuan ?" Tanyanya di telepon, Bastian tertegun.
"Oh, engga apa-apa om! Bisa, kok om! Jam berapa ?" Tanya Bastian akhirnya.
"Besok pagi, nanti om kasih tahu lagi ya! Terima kasih, Bas !" Jawab om Harun.
"Iya, om !" Bastian mengangguk. Setelah itu dia terdiam.
"Kenapa, bokapnya Sheilla ingin bertemu, ya ?" Pikirnya heran.
Keesokan harinya Bastian sudah rapi sekali dan turun ke bawah. Kedua orang tuanya sudah lebih dulu duduk di meja makan termasuk kedua adiknya.
"Pagi, semuanya !" Sapanya.
"Pagi ... " jawab mereka serempak. Kedua orang tuanya akan jalan-jalan keliling eropa untuk bulan madu, walau sebenarnya mamanya ingin ke Bali saja cukup. Tapi suami barunya bukan sekedar liburan biasa ada bisnis juga.
"Kapan berangkatnya. mam ?" tanya Bastian, sambil mengambil nasi goreng kesukaannya.
"Nanti siang, sayang !" jawab mamanya mengambil teko beling berisi sirup orange jus dan menuangkannya ke gelas, satu di berikan ke suami barunya dan satu untuk dirinya sendiri.
"Kamu, mau kemana Bas? kok rapi banget ..." tanya Papa barunya. Bastian tertegun.
"Anu ... mau bertemu om ... Harun ..." Semua terkejut kecuali Amira adiknya.
"Ehem ... memang ada apa ?" tanya mamanya pelan, dia sudah tahu tragedi yang menimpa putri dari teman lamanya juga.
"Engga tahu mam, oh iya dia meminta maaf tidak bisa datang kemarin !" ucap Bastian, mamanya tersenyum.
"Iya mama, tau kok !" jawab mamanya. Bastian mengangguk dan melanjutkan makan nasi gorengnya termasuk juga lainnya, tdak ada pembicaraan lain kecuali yang ringan saja.
"Ma dan lainnya Bastian duluannya ya !" ujarrnya kemudian dan berdiri pamitan pergi. Mamanya dan lainnya hanya mengangguk saja.
---------
Di dalam mobil Bastian terdiam, tak berbicara apa pun. Dia sedang memikirkan apa yang terjadi beberapa waktu lalu.
"Tiiiiiiit ..." tiba-tiba bunyi klason bersahutan, ternyata lampu hijau sudah menyala, Bastian mengangkat tangannya dan lalu melajukan mobilnya. Tak lama mobil pun tba di sebuah cafe yang ada di sebuah hotel mewah dan itu milik Om Harun. Lelaki berusia 50 tahun tapi masih terlihat tampan itu sedang duduk menikmati secangkir kopi.
"Pagi, om !" sapa pemuda tampan berkacamata, lelaki itu menoleh dan tersenyum.
"Oh, duduklah Bas !" sapanya, dan Bastian pun duduk, om Harun memanggil pelayanan untuk pemuda itu memesan apa saja, Bastian memilih kopi Mochacinno kesukaannya juga.
"Bagaimana kabarmu, Bas ?' tanya Om Harun, tanpa terasa sudah setahun lebih, sejak bertemu ketika pemakaman Sheilla.
"Baik, Om ... " jawab Bastian, tak lama pelayan mengantarkan pesanan untuknya. Lelaki itu menghela nafas.
"Om, tidak akan membahas Sheilla! om sendiri sudah mendapat surat dari FBI, dan kepolisian setempat serta dari kedutaan tentang semua kejadiannya! dan om percaya kepada mereka, termasuk kamu Bas !" ucapnya sambil menatap lekat dan, perlahan tangannya menyentuh tangan pemuda tampan itu. Bastan hanya terdiam.
"Om ... kesepian sekarang ... Bas ,.." bisik om Harun sambil meremas tangan pemuda tampan itu, Bastian menatap lelaki di hadapannya. Kesalahan terbesarnya sekatang terhadap Sheilla, adalah menyimpan affair dengan papa sahabat yang ada di depannya itu. Affair itu di mulai dari meninggalnya istri atau ibunda Sheilla tahun keduanya mereka kuliah di Amerika. Bastian ikut pulang bersama sahabat terdekatnya itu kembali ke Jakarta. Sheilla termasuk tahu semua rahasianya, kecuali hal yang satu ini.
Semua itu terjadi di pulau Bali ... seminggu setelah pemakaman, Om Harun malah mengajak putrinya berlibur di sana. Sheilla tahu sangat sulit bagi papanya melupakan mamanya yang terus didampinginya ketika sakit keras, bahkan sampai berobat ke luar negeri.
"Gue, iri sama keluarga lo Shel !" ujarnya, tidak dengan dirinya karena broken home, kedua orang tuanya bercerai.
"Ah, lo bisa aja deh! setiap keluarga itu... kan berbeda-beda, keluarga gue termasuk beruntung seperti itu !" jawabnya.
"Rasanya pengen deh, di cintai seperti itu !" ucap Bastian tanpa sadar,
"Bas, lo ... engga, suka sama bokap gue kan ?" tiba-tiba Sheilla bertanya, Bastian terkejut.
"Waduh, Shell, lo jangan aneh-aneh deh !" jawab Bastian tertawa, karena pada saat itu tidak ada yang menduga apa terjadi kemudian.
"Pokoknya, aku tidak ridho kamu sama bokap gue !" ujar Sheilla tertawa.
"Emang kenapa ?" tanya Bastian menantang.
"Gue engga mau mama seperti lo, gue tau semua Bas !" ujar gadis itu memberi ancaman, Bastian hanya tertawa.
Malamnya, entah kenapa Bastian tidak bisa tidur. Sheilla sudah tertidur lelap karena kamar mereka bersebelahan. Om Harun menyewa sebuah villa mewah dekat dengan pantai dan kolam renang yang cukup besar. Bastian pun menuju bawah untuk mengambil minuman dingin di lemari es lantai di bawah.
Dia terkejut melihat Om Harun berjalan sendirian menuju pantai, Bastian melirik jam diding dan waktu menunjukan pukul 9 malam. Pemuda itu tidak jadi mengambil minuman justru penasaran mengikuti Om Harun ke pantai. Tanpa di duga Bastian melihat Om Harun menuju ke arah laut, dia hanya memakai kaus dan celana pendek saja, air laut sedang pasang sehingga tanpa sadar air sudah sepinggangnya. Bastian juga memakai pakaian yang sama.
"Om ... !" teriak Bastian, yang agak berjarak antara villa dan pantai, Tapi lelaki hanya terdiam, Bastian pun mengejar om Harun ke pantai, baju keduanya basah ketika Bastian memeluk lelaki itu. Om Harun tersadar dan melirik ke arah pemuda.
"Astaga ... Om mau bunuh diri ?'" tanyanya agak berteriak, lelaki itu terdiam. Akhirnya keduanya terduduk di pinggir pantai, tanpa di duga Om Harun memeluk pemuda itu dan menangis sesegukan, Bastian tertegun,
"Om ... " hanya itu dikatakannya, dia mengerti perasaan lelaki itu yang baru saja di tinggal istri tercinta. Perlahan lelaki itu merenggangkan tubuhnya dari pelukan pemuda itu.
"Maafkan ... aku ..." bisiknya, tanpa sadar Bastian menyentuh wajah lelaki itu dan mengusap air matanya, Om Harun tertegun dan menyentuh tangannya.
"Terima kasih ya, hampir saja ... " ucapnya.
"Om, kan masih ada Sheilla ..." bisik Bastian, perlahan kening lelaki itu menyentuh kening Bastian dan dia mengangguk.
"Bas, tolong jaga dia ya ... selama di sana... om tidak mau kehilangan dia seperti mamanya! om khilaf Bas, om sayang Sheilla !" ucapnya pelan, Om Harun menatap Bastian sangat dekat sehingga hembusan nafas keduanya terdengar, dada Bastian mendadak bergetar dan mendesir, ada perasaan aneh yang di rasakannya.
"I ... iya ... om ... " jawabnya gugup. Om Harun tersenyum.
"Kenapa ... jadi gugup begitu ?" tanyanya lembut. Muka Bastian memerah.
"Engga ... kok ... " jawab Bastian menunduk.
"Bas ...." terdengar suara bass Om Harun di telinganya dan tanpa sadar mendongakan kepalanya ... tak lama pemuda itu merasakan bibirnya terasa hangat, matanya terbelalak karena yang melakukan itu lelaki yang dihadapannya.
Bersambung ...
"