Chereads / CRAZY GAY RICH ASIA / Chapter 19 - BAGAS

Chapter 19 - BAGAS

Semua kembali terdiam, ya sebagian besar perusahaan yang di kelola oleh anak mereka sebagai penerus mengalami berbagai masalah. Mereka terlalu percaya dengan kemampuan yang dimiliki oleh putra putri mereka yang notabene lulusan luar negeri.

"Sekolah setinggi-tingginya tidak masalah, mau di luar negeri kek atau dalam negeri! Tapi harus di ingat, pengalaman adalah point penting untuk membangun perusahaan! Aku sendiri lulusan kulian di Belanda waktu jaman dulu! Keluargaku memutuskan untuk mengirimku ke sana! Kenapa? Untuk agar aku bisa mendapatkan ilmu yang lebih baik! Setelah lulus, aku tidak bisa serta merta membuat perkebunan milik keluarga kita besar seperti sekarang! Aku harus melewati rintangan yang cukup berat! Pada akhirnya aku mengerti bahwa untuk tetap perusahaan ini ada, sampai kapan pun adalah membentuk regenerasi selanjutnya yaitu dari para putra-putriku, dilanjutkan ke anak cucuku selanjutnya !" Jelas kakek dengan tegas.

"Pengalamanku, aku ajarkan kepada kalian semua! Kalian pasti tahu bukan? Betapa kerasnya aku mendidik kalian! Tapi apa yang terjadi setelah itu? Kaliah malah memanjakan anak kalian begitu saja! Apa kalian ingin, perusahaan ini hancur dengan sekejap hah !" Serunya, matanya tajam.

"Maafkan kami ayah !" Ujar salah satunya dengan menunduk.

"Aku tidak mau tahu, semua masalah yang terjadi biar kalian selesaikan sendiri! Aku sudah memberikan bagian warisanku kepada kalian semua! Aku tidak perduli mau bangkrut atau tidak! Kini aku fokus untuk mendidik Bagas, karena warisan mamanya ada padaku !" Jawabnya, semua kembali terdiam.

"Mau dia kuliah di sini kek, di luar negeri itu bukan urusan kalian! Toh, waktu itu juga kalian ngomong begitu, ketika aku nasehati tentang anak kalian !" Lanjutnya dengan nada menyindir. Muka mereka memerah semuanya.

-----------

Dan pada akhirnya, aku pun melanjutkan kuliahku ke luar negeri. Sebelumnya aku persiapkan diriku sebaik-baiknya. Dari belajar bahasa inggris, ilmu pengetahuanku dan lainnya. Sebelum akhirnya tiga minggu sebelum berangkat, aku pulsng kampung. Untuk pamitan kepada kedua orang tuaku.

Mereka agak terkejut, karena memang awalnya mau kuliah disini, toh pasti aku akan masuk universitas negeri. Tapi tak bisa berbuat apa-apa ketika di beritahu di sana aku akan masuk universitas terbaik. Dan bukan bermain-main, tapi benar-benar belajar dan mendapat ilmu baru. Walau disini sebenarnya sama saja, tapi siapa yang berani membantah kakek.

"Ya, sudah atuh Gas! Emak mah terserah Bagas! Mau kuliah dimana saja, sama! Asal bener, dan kamu teh jangan lupa beribadah di mana pun kamu berada !' Nasehat ibuku, aku mengangguk, ibu menatapku dan menyentuh wajahku.

"Maafkan emak ya !" Ucapnya, aku tertegun dan menyentuh tangannya.

"Kenapa, harus minta maaf mak? Kan Bagas yang seharusnya begitu ?" Tanyaku. Ibuku terdiam,

"Seharusnya, tidak terjadi tentang ... waktu lalu ..." ucapnya aku terkejut dan terdiam, air matanya meleleh.

"Emak tidak bisa apa-apa Gas! Pasti akan ada trauma dalam diri kamu kan ?" Sambil menatapku dan mengusap air matanya. Aku menunduk tidak bisa berkata apa pun.

"Emak .., takut, kamu ... tidak suka perempuan ..." ucapnya pelan.

"Mak, jangan pikirkan Bagas! Lihat, aku baik-baik saja kok! Hal itu ... memang ada atuh mak! Bagas juga tak lupa, tapi tidak bisa membencinya! Walau begini, sedikit-sedikit akan terlupakan! Kalau ... soal itu, Bagas tidak tahu...soalnya sampai saat ini belum kepikiran pacaran !" Jawabku, emak menarik pundakku dan memelukku.

"Apa lagi kamu mau ke luar negeri Gas! Emangnya emak tidak tahu seperti apa di sana? Jangan salah dulu emak sering liburan kemana-mana! Jadi tahu kehidupan di sana itu bebas! Bebas pacaran, dengan siapa saja dan kehidupan disana pun sama !" Ujar ibuku, khawatir dengan keadaanku, aku hanya terdiam, karena ini juga pertama kalinya ke luar negeri. Setelah aku baca buku, majalah dan menonton film atau televisi luar negeri, memang sepertinya sama yang di ucapkan ibu.

"Jangan khawatir mak, disana ada bawahan kakek yang akan menjagaku! Kakek juga sama, tapi tetap aku harus kuliah di sana! Jadi Bagas siap dengan segalanya yang terjadi di sana !" Kataku, ibu merenggangkan pelukan, dan menatapku cukup lama, aku agak heran sebenarnya.

"Kamu ... punya teman di kota Gas ?" Tanya ibu.

"Punya, tapi dibilang dekat engga juga tapi berteman! Ya gitulah, sering ngajak Bagas hang out itu kata orang kota jalan-jalan! Paling ke mall, makan-makan, nongkrong lalu pulang !" Jawabku, ibu hanya tersenyum.

"Emak jadi inget masa lalu !" Ujarnya tertawa kecil.

"Apa dia ... cewek atau cowok ?"

"Ya, dua-duanya !"

"Pernah ke klub ?" Tanya ibu, aku tertegun.

"Emak tahu ?" Aku malah balik bertanya, tapi aku mengangguk. "Pernahlah mak, kalau menolak ya, engga gaul kata mereka! Tapi hanya beberapa kali mak, soalnya minumannya bikin pusing Bagas !".

"Emak, pernah! Yah, sedikit nakal tidak apa-apa! Asal tidak ke bablasan, banyak teman emak yang hamil! Tapi emak masih menjaga kehormatan emak, tidak perduli orang mengatakan apa! Mereka bilang bullshit, cinta sejati itu tidak ada, semua lelaki sama, pengen yang enak dan manisnya saja! Tapi emak yakin di luar sana ada pangeran emak sendiri yang akan datang! Walau sebenarnya sempat tidak yakin, melihat perilaku para pria kota !" Jawab emak tertawa.

"Dan akhirnya, emak ketemu bapakmu! Dia berbeda, hanya emak yang tahu, dan yakin kalau dia jodoh emak! Bapakmu saja ragu, karena menurutnya dia tidak pantas! Dia siapa, emak juga jauh dari jangkauannya! Tapi, emak katakan, tidak perduli !" Ucapnya sambil menerawang kisah masa lalu. Aku terdiam.

"Kamu harus mencari pasanganmu sendiri! Tak perduli itu siapa, mau biasa atau cantik, kaya atau miskin yang penting saling cinta !" Pinta ibu, aku hanya mengangguk tersenyum.

"Ya, sudah! Besok kita selamatan, biar disana kamu belajarnya lancar ya ?" Ibu mengecup keningku dan berajak pergi ke dalam, aku hanya bisa menghela nafas, dan malah terdiam, pikiranku mendadak kosong.

---------------

Keesokan harinya, ternyata beneran. Ibu membuat nasi uduk, dan mengundang tetangga untuk datang kerumah. Setelah ibadah Mahgrib kami semua berkumpul di dari ruang tamu sampai ruang tengah. Para tetangga pun berkumpul, baik lelaki maupun perempuan. Bapa pun mewakili keluarga menyampaikan tujuannya kenapa berkumpul, aku hanya menunduk saja, sejak kedatanganku ke kampung semua menjadi heboh.

"Eh itu si Bagas? Alah, meni kasep kitu ayeuna mah !"

"Ti baheula oge si Bagas mah udah ganteng kali !"

"Tapi, berbeda lah! Dulu mah agak item, sekarang putihan !"

"Iya atuh, namina udah punya uang! Sering kasalon !"

"Masa lelaki ka salon ?"

"Ih, ari Ai! Tingali si Minah pulang dari Saudi jadi TKW jadi kinclong ayeuna mah, model Korea ceunah !"

"Eh, enya nya !"

"Ah, ari kalian! Si Bagas mah udah ganteng, da kolotna oge kitu !"

"Enya ..."

"Eh, tapi ... kan baheula, si Bagas ... di perkaos..." sambil berbisik, semua terdiam.

"Eh, ada ibunya !"

"Waduh, tos timana ini teh ?" Semua berpura-pura dan menyapa dengan ramah.

Bersambung ...