Bastian tiba di kantornya, dia lewat belakang tidak ke Lobby depsn hotel. Seorang Satpam datang dan membuka pintu mobil setelah mobil terparkir di parkir khusus. Bastian merapikan jas dan celananya berwarna birunya.
"Selamat pagi pak !" ucap si Satpam berusia 30 tahun sambil terssnyum dan menghormat.
"Pagi !" jawabnya singkat membalas senyum, dia membawa tas kerja bermereknya dan masuk ke dalam.
"Selamat pagi, pak !" ada seorang perempuan, sudah menunggunya.
"Pagi Susan !" jawabnya, Susan berkaca mata berusia 30 tahun, adalah sekretaris pribadinya. Dia memang memiih berkantor di hotel miliknya sendiri. Toh ini kan bisnis hotel, jadi ini dibuat sebagai kantor pusatnya dari sejumlah hotel di seluruh kota besar di Indonesia. Termasuk dengan yang di Bali.
Keduanya masuk ke dalam lift, menuju lantai 25, ruangan kantornya memang tidak besar dan agak berbeda karena menyatu dengan hotel, jadi satu lantai paling akhirlah kantornya berada. Sedangkan di atasnya rooftop tempat pendaratan helikopter pribadi dan untuk para tamu VIP. Satu lantai di bawahnya adalah restoran dan sekaligus juga sebuah bar dan klub eklusif.
Bastian sudah berada di ruangan kantornya, hanya ada 4 ruangan, termasuk ruangan kantor pribadinya yang cukup luas. Di tambah dengan 10 orang karyawan. Setiap manajer hotel yang berada di luar kota tinggal mengirimkan file tentang data-data hotel setiap ahir bulan. Untuk mengetahui kondisi hotelnya masing-masing. Padahal dulu dia masuk kuliah masuk jurusan hukum di Amerika bukan bisnis seperti teman-temannya yang lain.
Sempat bekerja sambilan disebuah firma hukum di New York yang cukup terkenal ketika masih kuliah, sebelum akhirnya dia di ajak oleh seseorang untuk bergabung di perusahaannya setelah lulus. Jack Marshal pria kaya lajang itu tertarik kepadanya setelah Bastian menggantikan seniornya karena sesuatu hal sebagai pengacara sementara, karena lelaki itu terjerat hukum karena mabuk di jalanan.
Kasusnya memang kecil, mungkin itu yang menyebabkan si senior ogah. Tanpa Bastian tahu kliennya siapa, dan biasanya para polisi dan pengadilan berkerja sama dengan beberapa firma hukum untuk menyediakan dan membutuhkan pengacara untuk para kliennya yang terjerat hukum. Walau gratis bagi klien, si pengacara tetap mendapatkan gaji walau kecil.
Ketika hakim mengetahui Bastian masih calon pengacara serta masih sekolah dan juga orang asing. Dia meminta adakah pengacara lainnya dari firma hukumnya yang lain? tapi sayang semua sedang bertugas dan pengacara yang harusnya malah kabur. Bastian termasuk anak yang pintar, selalu mendapat rengking dari SD sampai SMU dan sekarang ketika kuliah dengan bahasa inggris yang termasuk bagus. Akhirnya hakim pun memutuskan dia boleh mendampingi kliennya untuk hari ini saja. Dan Bastian menunjukan kemampuannya sebagai pengacara beneran. Jack Marshal berhasil lolos dari jeratan hukum hanya membayar denda saja berupa uang saja.
"Terima kasih, aku baru kali ini berbuat melanggar hukum! ada sesuatu yang terjadi yang membuat aku seperti ini !" ucap lelaki berewokan berusia 30 tertunduk lesu.
"Tidak apa sir! maaf kalau tidak sesuai harapan !" sebenarnya Bastan belum mengerti hukum di USA sepenuhnya, karena masih belajar serta baru berusia 20 tahun dan dia orang asing.
"Tidak itu cukup! untung tidak ditahan lama !" jawab Jack Marshal mengusap wajahnya yang berantakan dan bau keringat serta muntahan karena mabuk. Dia terpaksa menginap semalaman sampai siang ketika dia di sidang. Rasanya pengen pulang dan istirahat awalnya dia hendak menghubungi pengacara pribadinya tapi tidak jadi, dia tidak ingin membuat kegaduhan karena statusnya dan terbukti tidak ada yang mengenalnya. Sebelum berpisah Jack memberikan kartu namanya, Bastian terkejut. Baru saja pagi ini dia melihat rekaman wawancaranya dengan salah satu stasiun televisi mengenai kiprahhya di dunia bisnis dan masuk top seratus orang terkaya di dunia versi majalah Forbes.
Begitulah, tapi ketika pulang mamanya malah memberikan tugas kepadanya untuk menggantikannya sebagai Direktur perusahaan jaringan hotel miliknya. Bastian tak biasa menolak. Sementara Marina fokus ke perusahaan makanan miliknya setelah restoran, kemudian toko roti dan kue. Kini merambah ke berbagai produk lainnya seperti sayuran organik, keju, susu dan lain sebagainya.
-----------------
Bastian turun dari pesawat kelas bisnis, setelah menempuh perjalanan panjang dari New York. Dia melihat jam tangan rolexnya dan ternyata sudah pukul 6 sore. Sedang berangkat dari bandara New York malam hari pukul 20.00 waktu setempat sempat singgah di Dubai sebelum tiba di Jakarta, hawa hangat langsung terasa. Posel Iphonenya berbunyi, dia melihat sebuah pesan yang di kirim Cindy tentang apa sudah sampai atau belum. Bastian hanya tersenyum saja dan kenudian membalasnya. Di menuju ke pengambilan koper dan barang lain.
Dia ke New York dalam rangka Fashilon Week dan kebetulan sahabatnya itu ikut melakukan peragaan karyanya di sana. Dan itu sukses dan mendapat sambutan luar biasa, Cindy pun sekarang punya cowok seorang Sugar Daddy yang berusia 50 tahun. Seorang pria kaya di bidang properti dan juga media.
Walau awalnya hanya wanita simpanan, bagi Bastian itu sangat mengejutkannya.
"Gila lo ya, mau aja menjadi wanita simpanan !" Bastian hanya menggeleng kepala mendengar tingkah laku sahabat terbaik.
"Ya, harus bagaimana lagi Bas! lo tahu gue dari nol loh, meniti karier di New York ini! tanpa punya apapun! lo disini harus kreatif dan bekerja keras! dan kebetulan dia sedang goyah dengan istri ke 4 nya! gila engga tuh !" Cindy tertawa, kerja kerasnya 3 tahun ini menjadi seorang desainer ternama sekarang ini.
"Tapi lo kan pantang seperti itu? lagi pula lo marah besar ketika tahu bokap selingkuh ?" Bastian tersenyum sambil meminum wine di siang hari ketika Cindy mengajaknya makan siang di restoran favoritnya yang mendapat katagori Michelin.
"Iya sih, tapi ini berbeda Bas! dia itu sedang kesepian, karena mantan istrinya yang seorang model itu ternyata matre abis! dan lo tahu? dia hampir bangkrut! untunglah dia sadar dan gue bukan seperti itu! setelah bercerai, dia langsung menikahi gue di Paris Perancis dengan sederhana! dan gue menurutnya adalah keberuntungan dia !" Cindy tersenyum, dan dengan bahagia kini dalam keadaan hamil 5 bulan.
"Syukurlah, lo sudah mendapatkan apa yang lo inginkan !" ucap Bastian ikut berbahagia.
"Bagaimana dengan lo ?" tanya Cindy, Bastian menatap perempuan cantik dengan kulit coklat membuatnya eksotis. Bastian menghela nafas. Walau seorang gay dia tidak pernah mengumbar nafsunya begitu saja. Dia hanya mau berhubungan dengan lelaki yang di sukai saja. Kalau di hitung dia baru 3 kali berhubungan dengan cowok. Lebih tepatnya pacaran.
Bastian lebih banyak sebagai 'Bot' di banding 'Top' padahal secara fisik ia terlihat jantan atau straight tapi entah kenapa banyak cowok lebih matang dan berumur mendekatinya. Sejauh ini dia masih 'Perjaka', dengan semua mantannya dia belum melakukan itu.
Semenjak dia pulang ke Indonesia dia bertemu dengan banyak teman lama, dan mereka selalu mengajaknya ke klub untuk hanya sekedar bersenang-senang dan belum menjaiin hubungan lagi dengan cowok, karena teman-temannya lebih banyak memperkenalkan dengan berbagai cewek tanpa ada yang tahu orientasinya.
Bastian hanya menggeleng kepala, dan menjelaskan seperti apa kegiatanya selama ini.
"Lo pernah bertemu mantan bos dan pacar lo ?" tanya Cindy ketika mengajak ke sebuah jalan terkenal di New York yang terdapat toko-toko bermerek mahal disini. Dan kebetulan sedang discount besar-besar, karena rumah mode banyak tergantung musim. Setiap ada yang baru, stock lama harus cuci gudsng. Bagi Bastian atau pun Cindy, tak perlu update pakaian walau itu discount. Tetap mahal dan bermerek. Justru saat ini lah bagi keduanya belanja banyak.
Bastian tahu maksud dari perkataannya, yap dia adalah Jack Marshal mantan bosnya. Bagaimana bisa seperti itu ? nanti saja di ceritakan lagi.
"Engga, setelah putus dan pulang! tak pernah berhubungan lagi !" jawabnya, ada sesuatu yang cukup sakit di dadanya saat ini.
"Sorry Bas !" Cindy seperti tahu apa yang diraaakan sahabatnya itu.
"Tidak apa-apa! yuk balik ?" ujar Bastian sambil menenteng banyak tas, hanya 4 buah saja dan dia hanya mengeluarkan 200 juta saja, untuk barang yang seharusnya bisa menghabiskan 800 jutaan. Bagi Bastian dan Cindy harga sepeeti itu tak ada artinya. Apalagi Bastian baru saja merambah jaringan hotel di Malaysia dan Singapura.
Bersambung ....