The Death Globe
Aku berdiri dengan di kelilingin oleh pohon-pohon tinggi, kaki ku yang tanpa alas dapat merasakan tanah yang lembab, aku berjalan berharap menemukan jalan keluar tapi yang aku temukan adalah pohon yang bercahaya putih dengan tangkai dan daun yang menyentuh pohon lain, akar-akar putihnya terlihat jelas menjalar di bawah tanah.
Aku mendekat perlahan, semakin dekat aku coba menyentuh nya tapi aku di hentikan dengan suara "tertangkap kau.." aku langsung melihat kebelakang dan mendapati isandaro yang menyeringai dan melesat mendekatiku "TUNGGUUU" aku terbangun dari tidur dengan keringat yang bercucuran "apa tuh tadi?kenapa itu orang bisa masuk dalem mimpi?"
Aku berbaring dan jatuh tertidur kembali, aku membuka mata saat mendengar suara beberapa penjaga yang sedang berlatih, aku melihat ke arah jendela dan terperanjat "astaga cahaya matahari doang" aku belum terbiasa dengan cahaya matahari nya yang berwarna merah, aku memegang dada ku mencoba menormalkan kembali detakan jantung ku "sabar jantung, sekali-kali kita latihan agar tau seberapa kuat detakan mu"
Aku turun dari kasur dan berdiri menghadap cermin "bagaimana cara membuat ini usai?" aku menutup mata pasrah, aku berjalan menuju kamar mandi, aku mencuci muka ku dan saat aku akan sikat gigi aku bingung sikat gigi mana yang harus di pakai. Saat aku sedang berpikir ada ketukan pintu, aku membuka pintu kamar mandi dan melihat gerard "ini gaun untuk mu, dan sikat gigi beserta pasta gigi, jika kau ingin mandi kau bisa memakai sabun dimitri lalu handuk berada di rak sebelah wastafel ambil saja itu handuk baru"ucapnya tersenyum "aku mengambil gaun itu beserta sikat dan pasta gigi "aku memakai sabun dimitri?" gerard mengangguk "tenang, dimitri sudah bilang tidak keberatan kau memakainya"
Aku mengangguk, setelah aku mengucap terimakasih aku kembali menghadap wastafel, aku mengamil sikat gigi yang terbuat dari batang kayu yang di ukir sangat rapih dan bulu sikat nya berwarna hitam dengan pola bergelombang. Aku mengambil pasta gigi, saat aku menaruhnya di sikat gigi tak berbeda jauh dengan pasta gigi pada umumnya namun terdapat bulir bulir kecil berwarna merah di pastanya. Aku mengosok kan ke gigi ku dan yang terasa adalah rasa blue berry, murni rasa blue berry.
Aku menatap busa-busa dari pasta gigi "apakah ini bisa dimakan?" ucap ku yang masih di penuhi oleh busa, aku membereskan kegiatan sikat gigi ku dan bergegas mandi. Air yang membajuri ku dari shower begitu menyegarkan, aku mengambil sabun milik dimitri "beneran boleh di pake kan?" aku berpikir sebentar "kalau dia marah salahkan gerard saja" aku mandi penuh dengan semangat. Aku mengambil handuk di rak berwarna hitam di sebelah wastafel, handuk handuk itu tersusun rapi.
Aku mengeringkan badan ku, lalu menggunakan gaun yang di berikan oleh gerard. Gaun yang di berikan gerard berwarna pink muda dengan hiasan sederhana namun cantik, aku menatap cermin dan tersenyum "setidaknya aku bisa menghindari perjodohan" lalu aku keluar dari kamar mandi. Aku melihat terdapat mirabelle dan madeleine, mereka sedang duduk di kasur sambil memain kan api di tangannya "kalian sedang apa?" ucap ku heran.
Mereka berbalik dan tersenyum "menunggumu" ucap mirabelle, madeleine menghampiri ku lalu menarik ku ke arah kasur "duduk lah kami akan mendadani mu" aku hanya dapat diam dan pasrah, lagi pula dandanan mereka tidak terlalu buruk juga. Mirabelle yang sedang mengeringkan rambut ku menggunakan tangan nya bertanya pada ku "gerard dan dimitri semalam berkelahi ya?" aku mengangguk "apa kau melihatnya?" ucap madeleine yang sedang mengolesi lipbalm pada bibir ku, aku menggeleng pelan.
Madeleine pindah membantu mirabelle menata rambut ku "dimitri menyuruh ku keluar dulu dari kamar lalu menutup pintu nya, dia tersinggung sepertinya karena ucapan gerard" mirabelle mulai menyisir rambut ku yang sebelah kanan"berarti kau pindah kamar karena kamar mu hancur akibat ulah mereka berdua?" aku menggeleng "bukan, isandaro datang" dapat ku rasakan gerakan mereka berdua terhenti dan aku menatap pergelangan tangan ku yang masih memerah "dia datang dan hampir membawa ku, tapi dimitri dan gerard datang dengan cepat" ucap ku tersenyum kecil sambil mengelus pergelangan tangan ku.
Setelah sudah beres berdandan mereka mengajak ku untuk sarapan di meja makan, namun sebelum turun tangga mirabelle dan madeleine berbalik dan masing masing memegang tangan ku "aku harap kejadian kemarin tidak membuat mu meyerah untuk menolong kami" ucap madeleine dengan sedu "kami akan melindungi mu" ucap mirabelle dengan wajah penuh dengan semangat, aku tersenyum dan mengangguk. Lalu kami berjalan perlahan ke bawah untuk memulai sarapan.
Aku duduk di sebelah gerard, aku menatap meja makan yang sudah di penuhi oleh makanan. Kali ini terdapat salad, telur mata sapi, segelas susu,pancake, dan.. "apa ini?" tanya ku sambil mengambil nya "ini puding?" tanya ku lagi. Madeleine yang berada di sebrang meja mengambil puding juga "iya ini puding, ini sangat enak" lalu gerard mebisikkan pada ku "puding ini berisi buah strawberry yang di tumbuk hingga hancur dan atasnya di beri saus coklat" aku melihat kembali puding yang aku genggam, puding ini memiliki warna putih yang tercampur dengan warna biru jika ini strawberry bukannya harusnya berwarna merah? Aku mengambil sendok puding dan mencobanya.
Rasa nya seperti vanila yang di campur oleh buah strawberry, aku tersenyum saat memakannya. Lalu aku mencoba panecake dengan ada buah merah di atasnya, aku memasukkan sepotong panecake bersama buah nya "hmm blue berry" ucap ku spontaan sambil tersenyum. Aku yang tersadar di lihat oleh semua yang berada di meja makan langsung menjaga sikap ku kembali dengan gugup. Aku melihat ke arah dimitri dan dia hanya tersenyum kecil sambil memotong panecake.
Selesai sarapan aku di bawa ke ruangan dimitri, aku duduk di sofa yang tak jauh dari meja kerja dimitri, dimitri duduk di depan ku dan gerard di samping ku "ini mungkin akan membuat mu sedikit bingung tapi aku harap kamu akan mengerti" ucap gerard. Dimitri menutup matanya sebentar "jadi di dunia mu aku adalah CEO dan gerard adalah asisten ku, saat itu kami baru saja selesai rapat dan kami akan segera pulang. Gerard membuka dashboard mobil saat aku meminta ambilkan korek api dan rokok tapi yang di temukan adalah buku tua, kami menepikan mobil dan membacanya, sorot cahaya mobil yang belum di matikan membuat kami mampu melihat apa yang ada di depan kami, dan yang kami lihat adalah seorang nenek yang sedang menyebrang" dimitri terdiam, dia menghembuskan napasnya sebentar "kami bingung bagaimana bisa ada seorang nenek di tengah malam, kami berusaha tidak mempedulikan nya dan kami mulai membaca bukunya dan ada tulisan ' kesadaran dalam hati akan membuat niat yang besar, pimpin rakyat atur dunia, kehidupan mereka semua ada di tangan mu' kami sempat bingung karena kalimat itu, tapi saat kami sedang berpikir tiba-tiba saja mobil kami di tabrak lalu semua gelap" saat dimitri terdiam gerard langsung melanjutkan "kami terbangun sudah berada di sini dan menjadi bagian dari kerajaan. Kami percaya dengan mengakhiri masalah ini kita bisa kembali ke dunia" dimitri bangun dari duduk nya dan menatap ku "itu sebab nya kamu adalah harapan kami"
Aku menunduk diam, berenang didalam lautan pikiran ku. Kemudian aku menatap dimitri "siapa saja selain mu, gerard dan aku?" dimitri mengambil sapu tangan putih dari celana nya lalu memberikannya pada ku "hilmaz, hilaire, mirabelle dan madeleine. Jaga sapu tangan ini, saat kamu melihat isandaro berikan setetes darah pada saputangan ini lalu lemparkan, saat sapu tangan sedang menyerang nya kamu lari lah ke dalam istana" aku mengangguk.
Aku kini sedang duduk di kasur kamar ku, ya kamar yang di sediakan untuk ku telah di perbaiki dengan cepat, aku melihat ke arah jendela yang sudah di teralis oleh perak. Aku mendekat dan menyentuh perak itu "jadi mereka tidak bisa menyentuh ini, mereka seperti drakula" tiba -tiba ada yang menjawab obrolan ku "drakula, vampir, dan demon satu spesies" aku langsung berbalik dan melihat mirabelle. Aku tersenyum dan mendekatinya "mirabelle ada apa?kemari" aku membawanya untuk duduk di atas kasur "sebelum kamu berada di sini, di dunia mu kamu orang seperti apa?" aku terkejut dengan pertanyaan mirabelle.
"aku kuliah tapi untuk saat ini aku selalu mengikuti kencan buta yang sudah di atur oleh ibu ku tapi tak pernah berhasil" mirabelle mengerut kan dahi nya "kenapa bisa?" aku menarik napas pelan "aku tak pernah menemukan sosok yang aku mau dari pria-pria yang aku temukan" mirabelle mengoyangkan kaki nya "jika kamu tidak suka dengan kencan buta seharusnya kamu bilang, kita harus berani memilih dan cobalah untuk tidak menurut sedikit, seperti aku!" dia mengucapkan itu sambil tersenyum.
"seperti mu?" mirabelle mengangguk "aku di suruh untuk memasuki universitas yang di inginkan orang tua ku, tapi aku tidak. Jadi aku kabur dari rumah, memulai bekerja part time dan hasil kerja aku tabung untuk kuliah" wajah ceria mirabelle langsung di gantikan dengan wajah sendu "aku hanya tak memahami orang tua ku yang selalu minta di mengerti dan menuntut ku lebih, tapi mereka tak pernah mengerti aku dan mendegarkan ku, aku hanya lelah dengan hal itu. Jadi aku pikir dengan kabur dari rumah suasana hati ku akan berubah, tapi ternyata itu berlaku hanya saat aku berada di keramaian, saat sepi hati ini menjadi buruk kembali"
Aku menggenggam tangannya dan tersenyum "kamu akan bahagia, hidup bukan tentang mereka tapi tentang kita, kita yang akan maju dan melangkah ke arah yang kita mau, benar kata mu kita harus berani memilih, terimakasih"