Chereads / Our Book: The Death Globe / Chapter 7 - Bab VII Mabuk

Chapter 7 - Bab VII Mabuk

Aku terbangun di pagi hari, semua berjalan dengan biasa. Aku yang di dandani, di pilihkan baju dan juga sarapan bersama. Hanya dimitri tampak berbeda,dia tampak sedikit canggung dan sedikit perhatian "makan ayam, sayur, buah, jangan lupa pudding nya" ucap dimitri sambil mengambilkan semua menu makanan yang tadi ia sebut.

"dia akan cepat pulih" ucap Mirabelle "dan juga melebar" ucap Hilaire. Dan mereka langsung mendapatkan tatapan tajam dari dimitri aku tersenyum menahan tawa. Aku memakan semua yang di berikan oleh Dimitri, dan saat dimitri akan mengambilkan aku buah strawberry aku menolak dengan mengangkat tangan ku "aku kenyang ucap ku" kemudian dimitri memberiku susu untuk diminum.

"kau harus bertumbuh tinggi" aku memandang dimitri "jika aku setinggi mu, akan semakin sulit untukku menemukan pasangan" dimitri menatap ku "kata siapa aku tidak mau?" aku menatapnya tak percaya, dimitri yang merasakan di perhatikan oleh semua orang langsung berdehem dan mnearuh serbetnya "Gerard janjikan aku bertemu dengan Candalla" kemudia dia langsung menghilang.

"ada yang malu tuh" celetuk Hilaire dan di balas dengan kekehan semua orang yang ada di meja makan. Aku mengambil sesendok sayur dan menyuapkan nya ke dalam mulut ku sambil tersenyum. Aku memegang dada ku yang mengeluarkan perasaan aneh.

'apakah ini cinta?'

Mirabelle menyentuh pundak ku "apakah kamu pergi ke desa hari ini?" aku tersenyum dan mengangguk "aku ikut" ucap Hilaire dan hilmaz bersamaan, kemudian mereka saling menatap dan tak lama mulai memandang jijik satu sama lain "dasar pengikut" ucap mereka bersamaan lagi" mereka menggebrak meja makan dan mulai saling menunjuk "tutup mulut mu" ucap mereka bersamaan lagi "hei!hei! sudahlah jangan bermusuhan di meja makan."

"diam!" ucap Hilaire dan Hilmaz bersamaan lagi, aku tidak dapat menahan tawa mulai tertawa sampai memegang perut ku karena sakit. Sepertinya yang menyukai ku di marahi bertambah satu prang lagi ucap Gerard dengan nada sendu yang di buat-buat.

Mirabelle dan Madeleine bangun kemudian mengajak ku bersiap-siap, di dalam kamar mereka memilihkan ku baju untuk ke desa. Dress putih dengan polkadot merah kecil, rambut yang di cepol, sepatu wedges putih. Saat kami turun tangga dapat di lihat Hilaire dan Hilmaz yang berdiri di depan pintu menunggu kami.

"ini dia para tuan putri akhirnya tiba" ucap Hilaire, Hilmaz melihat tangan nya seakan akan sedang melihat jam padahal dia tidak memakan jam sama sekali "ya mereka tuan putri tercepat, mereka bersiap hanya 5 menit" Mirabelle memutar matanya dengan malas "terimakasih atas sarkas nya" kemudia dia memegang tangan ku dan aku memegang tangan Madeleine, melewati Hilmaz dan Hilaire yang hanya menatap kami bertiga yang bergandeng tangan.

Hilmaz langsung memandang Hilaire dan memberikan tangannya seperti menawarinya untuk bergandeng tangan juga. Hilaire menatap malas Hilmaz dan kemudian menyambut tangan Hilmaz, dan di lihat para penjaga hanya dapat menggeleng kan kepala melihat kelakuan mereka berdua.

Kami menaiki kereta kuda sampai gerbang kastil, dari situ kami berjalan kaki ke desa karena jarak gerbang kastil dengan desa tidak terlalu jauh. Sampai di desa aku dapat melihat aktivitas-aktivitas masyarakat seperti manusia di dunia. Kami mengelilingi desa dan menemukan penjual buah "ini buah apa?" tunjuk ku pada salah satu buah berwarna putih dan berbentuk lonjong "ah nona, ini white wineberry" ucap pedagang "kalau di dunia ini seperti anggur yang menghasilkan minuman wine" ucap Hilaire "saya beli satu pak" ucap Hilmaz.

"Aku gak tanggung jawab kalo dimitri meminta uang nya kembali karena untuk kamu belikan barang tidak penting" ucap Mirabelle, Hilmaz menatap "Hei! Aku tampan dan imut dia tidak akan tega dengan ku" ucap Hilmaz di barengin dengan gerakan 'miaw kucing'

Dan saat makan malam tiba "SIAPA YANG MEMBELI BUAH WINE?" ucap dimitri dengan nada yang menahan amarah, dan semua spontan menunjuk Hilmaz. Hilmaz tersenyum dan menunjukkan gaya 'miaw kucing' kemudian mengedipkan matanya beberapa kali.

Dimitri menutup matanya seperti menandakan bahwa dia jijik dengan sikap Hilmaz "Hilmaz ikut aku sekarang" ucapnya masih menahan emosi hanya saja sekarang dia sedikit tersenyum, sedikit. Dimitri pergi menaiki tangga duluan kemudian di susul dengan Hilmaz yang menempelkan tangan nya satu sama lain seperti berdoa, sebelum menaiki tangga dia berhenti sebentar kemudian menatap kami.

Gerard, Hilaire, Mirabelle dan Madeleine mengangkat jempol nya sedang kan aku hanya tersenyum. Hilmaz dengan pasrah menaiki tangga, kami semua kembali memakan makanan kami. Dan tak lama terdapat suara dan getaran dari atas, Gerard memotong steak sambil berkata "waw ada gempa" aku menatap Gerard yang sedang memasukkan daging steak nya ke dalam mulut nya. Aku memandang arah tangga bahwa Hilmaz baik-baik saja, aku tidak ingin melihat nya tersenyum dengan pipi yang bengkak "Dimitri adalah boss yang galak" ucap ku spontan saat terdengar suara benturan "bersyukurlah bahwa kamu tidak akan memijat kepala mu setiap hari" ucap Gerard tenang.

Aku menatap Gerard "kenapa dimitri sangat marah?bukan kah 1 pak tidak terlalu mahal dan buah nya bisa di pakai untuk kue atau minuman" Gerard kembali memotong steak nya "karena kita memiliki kebun buah wine yang bisa di ambil lebih dari 1 pak, jika kamu penasaran kamu bisa menelusuri kebun berry,kebun wine ada di paling belakang" aku mengangguk mengerti, pantas saja dimitri marah.

Tidak lama mereka berduaa turun, dengan Dimitri yang tampak santai dan tenang. Di belakang nya terdapat Hilmaz yang berjalan lesu dengan muka seperti anak kucing yang menangis. Lalu semua makan dengan tenang kecuali Hilmaz yang tidak bersemangat memakan makanan nya "HILMAZ MAKAN!" ucap dimitri saat melihat Hilmaz hanya mengaduk ngaduk makanan nya, dan Hilmaz langsung memasukkan daging steak ke mulutnya "kejam" cicit Hilmaz.

Selesai makan kami masih berkumpul di meja makan dan pelayan menyiapkan minuman dari buah wine bersama kue coklat "kamu pernah minum wine di dunia?" tanya dimitri, aku menggeleng "aku anak baik-baik meskipun selalu melawan orang tua" ucap ku bangga, dimitri memberiku setengah gelas wine "cobalah sedikit dulu berarti" aku mengambil nya kemudian mencium dulu wanginya "ini seperti wangi red wine" ucap Gerard santai.

Aku mencoba nya dan rasa nya sangat aneh, tapi aku mencoba nya lagi rasanya masih sama hanya saja sekarang menjadi lebih enak, aku terus minum karena enak, saat aku ingin tambah dimitri mencegat ku "jangan kamu sudah mabuk" aku menggeleng "belum, aku 100% sadar" lalu aku cemberut karena tidak dapat wine lagi, aku memegang tangan dimitri "pusing" ucap ku sambil cemberut dan aku mulai memejamkan mata ku.

"aku akan mengantar nya ke kamar dulu"