Gerard menatap ku kaget, dia menunjuk dirinya sendiri dan aku mengangguk. Gerard perlahan maju dan menggendong ku masuk, setelah sedikit jauh dari mereka aku berbisik pada Gerard "terimakasih sudah menyelamatkan ku" Gerard menatap ku kemudian menutup matanya "terimaksih sudah membahayakan ku" aku mengangguk sambil tersenyum "sama-sama" Gerard dengan otomatis menghembuskan napas dengan kasar.
Gerard membawaku ke kamar dan mendudukkan ku di tempat tidur, Gerard jongkok dan saat dia akan memeriksa kaki ku. Dimitri membuka pintu lebar dan maju melangkah ke arah ku, Dimitri menatap Gerard dan menggerakkan telunjuk nya seakan tanda menyuruh Gerard untuk mundur. Gerard bangun dan berdiri di samping Dimitri, Dimitri jongkok dan mulai memeriksan kaki ku "Gerard bawalah salep, dan suruh tamu kita pulang" Gerard mengangguk kemudian pergi.
"apakah sakit?" aku mengangguk "bagaimana jika ganti sepatu?" tidak lama Gerard kembali dengan salep dan langsung memberikan pada Dimitri "Gerard catat ini" ucap Dimitri memerintah, Gerard langsung menjetikkan jarinya dan muncul kertas beserta pena "jadi apa yang harus saya catat" Dimitri mengoleskan salep pada kaki ku "ganti semua sepatunya dengan hak yang lebih pendek, serta alasnya yang empuk dan pastikan nyaman, jika terjadi luka lagi kupastikan toko nya hancur" Gerard mengangguk mengerti kemudian berlalu pergi "mau kemana?" tanya Dimitri "ke toko sepatu" Dimitri bangun, kemudia mengarahkan telunjuk nya ke samping kepalanya dan memutarnya "apakah kamu pikun? ini sudah hampir malam, toko sepatu sudah pasti akan bersiap tutup, lebih baik suruh maid untuk menyiapkan makanan"
Gerard menghembuskan napas dan menatap jengkel Dimitri "ngomong-ngomong soal PIKUN, tamu kita tidak ingin kembali sebelum berbicara dengan anda YANG MULIA" ucap nya sambil menekan beberapa kata dan di lanjutkan dengan senyuman polos. Dimitri memegang kening nya kemudia menghembuskan napas "tidak bisakah duke itu diam tak bergerak?"
"perlukah saya mengikat dan menyumpal mulutnya, kemudian membawanya ke kereta kuda dan mengantar nya kembali kekediaman nya?" ucap Gerard tenang "itu akan menjadi pengusiran yang sempurna" ucap Dimitri, kemudian Dimitri memandang ku "bersiaplah untuk makan malam" Ucap Dimitri sambil mengelus kepala ku seperti anak kecil. Dimitri kemudian melangkah pergi dari kamar ku, aku memandang kaki ku yang di olesi oleh nya "dia peduli bukan karen menyukaiku, tapi karena aku harapan satu-satunya"
Terdengar suara ketukan pintu "ini kami, kami akan membantu nona bersiap untuk makan malam" aku memandang kaki ku sebentar "masuklah" mereka membantu ku mandi, memakai gaun, dan mengoleskan salep pada kaki ku lagi. Tidak lama aku di jemput oleh Mirabelle, dia membantu ku berjalan karena kaki masih sakit dan bertambah sakit saat memakai sepatu.
Saat berjalan menuruni tangga aku dapat melihat semuanya sudah berada di meja makan tidak terkecuali sang duke. Aku dibantu Mirabelle menuruni tangga dengan pelan, Dimitri bangun dan berjalan kearah ku. Mirabelle menatap Madeleine sebentar "Dimitri ingat bukan apa yang aku bicarakan sebelumnya?" Dimitri menatap madeleine sebentar "tidak" kemudian berjalan ke arah ku dan menggendong ku, mendudukkan ku di sebelah bangkunya dan jauh dari duke.
"wah tontonan yang sangat menarik, lebih menarik dari operah" ucap duke. Hilmaz membantu ku memotong daging, tapi sebelum itu terjadi Dimitri mengambil piring ku dan memotong nya. Di saat yang lain takjub dengan apa yang di lakukan olehnya, sedangkan dia hanya diam memotong daging dan saat sudah selesai dia mengembalikkan piring nya kepada ku.
"makanlah"ucap dimitri kepadaku, aku memakan nya dalam diam. Rasa daging yang harusnya lezat tapi kenapa ini menjadi berbeda? 'duh lidahku menjadi kelu, apa ini karena adanya duke?suasana nya jadi lebih mencekam dengan hadirnya duke'
"jadi ada apa sampai duke datang kesini?" duke tertawa ringan "apakah kita harus membicarakan ini dengan yang lain?" Dimitri mendecak "Jika terjadi sesuatu bukah kah alangkah baiknya jika mereka semua tau?" duke senyum tipis "baiklah, kemarin isandaro datang ke menara wicked, jadi bukankah kita harus berjaga dengan extra lagi?"
"apa itu menara wicked?" tanya ku "menara wicked, adalah tempat dimana para iblis menciptakan racun-racun baru, menara itu berada di perbatasa antara wilayah ku" ucap duke dengan senyum manisnya dan membuat ku terpanah.
"itu artinya kita juga harus bersiap" ucap Hilmaz "apa yang harus di persiapkan?" tanya ku. Gerard tampak berpikir "kalau kita kekuatan, kalau kamu?hmm" semua tampak berpikir "bagaimana dengan berpedang, dia tidak memiliki kekuatan apapun, setidaknya dia harus berlatih pedang" ucap duke.
"benar, itu satu-satunya yang dia bisa. Dia bukan lah bagian dunia ini, jadi dia hanya dapat mengandalkan ototnya" ucap Hilaire sambil memegang otot lengannya. Dimitri tampak berpikir "mari kita bicarakan ini selesai makan" ucap Mirabelle.
aku memandang lengan ku yang tidak memiliki otot dan membayangkan diriku yang sedang memegang pedang serta lengan yang berotot. Tidak, aku tidak boleh terlalu membentuk otot di lengan. Tiba-tiba sebuah tangan memegang tangan ku, itu tangan dimitri "makanlah" ucapnya sambil tersenyum. Tapi aku merasa ada yang aneh dengan senyumannya, di mukanya tersebut seperti ada tulisan 'terkagum lah dengan senyuman ku' aku tersenyum kikuk dan melanjutkan makan malam ku.
Selesai memakan malam, Dimitri, Gerard, Duke, dan berkumpul di ruang Dimitri "jika benar mereka sedang menyiapakan jenis racun baru berarti kita harus mengirimkan mata-mata" duke menggeleng "tidak, kita tidak bisa mengirim mata-mata. Anggota disana sangatlah teliti bahkan terhadap sesama anggota"
"Kita harus menjadikan salah satu anggota mereka sekutu kita" ucap gerard tiba-tiba "cari tahu apakah ada anggota mereka dari wilayah kita dan juga kondisi keluarganya" ucap Dimitri kepada Gerard. Gerard berdiri dan langsung mencari informasi "kenapa dengan keluarganya?" Dimitri menatap ku "dengan apa yang terjadi pada kehidupan nya kita akan sangat mudah membuatnya menjadi sekutu"
"sebenarnya akan lebih mudah lagi jika dia adalah orang yang gila kehormatan" lanjut duke sambil tersenyum dan membuat ku terpanah kembali dengan senyuman manisnya.Ucapan Dimitri membuat ku tersadar dari kekaguman ku pada senyuman duke "kembalilah ke kamar mu dan beristirahat" aku mengangguk dan berpamitan pada duke.
Aku menutup pintu perlahan tapi aku dapat mendengar suara dimitri "berhentilah tersenyum dan segeralah pulang Argiris Rodoulis" dan di balas dengan suara tawanya duke " HAHAHA iya saya akan pulang jadi berhentilah cemburu, wajah mu membuat ku semakin ingin menggodamu"
aku memegang dada ku dan pergi meninggalkan ruangan Dimitri "Dimitri cemburu? kepadaku? tapi dia bilang tidak suka pada ku, lalu kenapa duke bilang bahwa Dimitri cemburu?" sesampai kamar aku berbaring dan memeluk bantal ku "apakah Dimitri malu mengakui bahwa dia cinta pada ku? apakah harga dirinya sangat tinggi?" tanya ku kepada diriku sendiri berulang kali.