Pagi telah tiba, aku bersiap untuk sarapan dengan gaun biru putih polos. Kami semua duduk di meja makan dengan santai "kamu selesai sarapan bersiaplah untuk berlatih pedang" ucap Dimitri sambil tersenyum.
"UHUK….UHUK.."
Aku tersedak daging yang sedang aku makan akibat terkejut, aku bukan terkejut karena harus berlatih pedang tapi karena senyuman Dimitir. Awal melihat senyumannya memang mendebarkan tapi kali ini melihat nya semakin aneh, pantas Gerard berani mengatakan hal seperti itu.
"Minum, berhati-hatilah" ucap Dimitri
" Mirabelle jangan tinggalkan aku" ucap Madeleine sambil menangkup kedua tangan Mirabelle, selesai itu Madeleine senyum sambil bangkit dan pergi "lah gak sinkron mulut sama sikap" ucap Mirabelle "AKU SUDAH SELESAI MAKAN" teriak Madeleine dari jauh.
Dimitri berdiri "aku juga sudah selesai makan" ucapnya kemudian pergi, Hilaire, Hilmaz, Gerard dan Mirabelle hanya dapat tertawa "ada yang kesindir" ucap Hilmaz di jawab dengan anggukan semuanya termaksud aku.
Selesai sarapan Madeleine membantu ku berganti pakaian yang nyaman untuk latihan berpedang "Madeleine, semuanya memiliki kekuatan tapi kenapa saat itu kamu tidak membantu ku?"
Madeleine tersenyum "karena aku dan Mirabelle tidak berani" aku mengangkat alis ku sebelah tanda aku tidak mengerti "kenapa?" Madeleine menghela napas kasar "di sini ada kesenjangan gender juga, iblis perempuan tidak boleh menggunakan kekuatan kecuali saat perang atau duel, seperti yang kamu lihat saat Mirabelle berduel dengan Dimitri. Sehingga semuanya akan di selesaikan oleh petugas keamanan iblis, duke, atau petinggi lainnya selama mereka laki-laki"
"UWAW… benar-benar tidak jauh berbeda" ucap ku tidak percaya "kalau kamu melawan untuk perlindungan diri harus ada saksi yang siap bertanggung jawab atas semua katanya, dan maksimal 4 orang" lanjut Madeleine.
"benar-benar tidak adil" ucap ku semakin tidak percaya "biasakanlah berjalan di atas ketidak adilan, dan kamu akan merubah ketidak adilan" ucap Madeleine sambil memberiku pedang "nah sekarang ayo latihan berpedang.
Di lapangan aku berdiri dengan Marvelo sang ketua pasukkan "baiklah nona, kita mulai dari pemanasan" Marvelo dan aku melakukkan perenggangan, selesai melakukan perenggangan marvelo menyuruhku berlari 5 putaran dan Marvelo hanya berdiam diri mengaawasi ku.
"LARILAH DENGAN BENAR, GUNAKAN MULUT MU UNTUK BERNAPAS!"
"Udara sialan! Masuk lah kedalam paru-paru ku!" ucap ku yang menambah kecepatan dan mulut ku yang semakin cepat untuk mengambil napas.
Aku terengah-engah di depan Marvelo yang tersenyum "baik sekarang tegakkan badan mu, dan ambil ini" Marvelo memberiku pedang kayu.
"TUNGGU! Bukankah aku sudah memberikan mu pedang?" ucap Madeleine, Marvelo menatap Madeleine jengkel "apakah kau ingin di tebas oleh orang yang masih pemula dalam berpedang?"
"yayaya teruskanlah!" ucap Mirabelle sambil mengayunkan tangannya seperti menyuruh pergi.
"Baiklah nona pertama pegang pedang mu seperti ini"
Ucap Marvelo sambil menunjukkan cara memegang pedang, aku mengikutinya "jagalah agar posisi tubuh mu tetap seimbang dan pertahankan konsentrasi, kemudian ayunkan seperti ini" ucap Marvelo aku mengikutinya setiap gerakan nya.
Kemudian Marvelo menyiapkan target yang terbuat dari balok kayu sebagai alat latihan ku, aku mengayunkan pedang kayu ku sesuai apa yang diajarkan oleh Marvelo. Marvelo berdiri di belakang ku sambil mengawasi ku dan prajurit yang lain "kamu tahu hal apa yang mendasari tentang berpedang?" aku menajwab pertanyaan Marvelo dengan terengah-engah "tidak"
"yang pertama, kamu harus waspada terhadap lingkungan sekitar, awasi lingkungan kamu berada. Gunakan firasat mu, apakah kamu sedang di awasi atau apakah firasat mu tidak enak maka percayakan firasat mu. Kedua jangan lah panik, tetap berkonsetrasi dan tetaplah tenang. Ketiga hindari cahaya yang terlalu terang karena itu bisa membuat mu buta penglihatan, dan hindari area yang gelap, kecuali jika kamu bisa melihat dalam kegelapan. Keempat, keluarkan pedang mu sebelum musuh muncul, karena jika kamu mengeluarkan pedang ketika musuh sudah muncul akan terlabat untuk menangkis serangan."
"hiya" jawab ku sambil mengambil napas "pusat kan tenaga pada tangan mu. Tetap tenang dan tetap fokus agar pertahanan dirimu kuat" aku langsung menyerang balok kayu itu dengan kencang sampai pedang nya terpotong dan mental entah kearah mana, yang tersisa hanyalah bagian gagang yang masih ku pegang. aku terkejut sekaligus bingung langsung menghadap Marvelo "pedang nya i-ilang" Marvelo menepuk kening nya "bukan ilang tapi mental kesana" ucap Marvelo menunjuk ke arah samping kanan ku "cukup jauh ternyata" ucap ku tanpa sadar.
"kan udah ku bilang pakai pedang sungguhan" ucap Mirabelle muncul dari belakang Marvelo, Marvelo langsung memanggil kesatria lain untuk mengambil pedang kayu "tidak, kita tetap pakai pedang kayu" ucap Marvelo tegas.Tidak butuh lama kesatria itu memberikan pedang kayu baru kembali "ini ambil"ucap Marvelo.
Seminggu ini setiap hari aku di sibukkan berlatih pedang bersama Marvelo, membuat aku jarang bertemu Dimitri, bahkan aku latihan terlalu pagi sampai terlalu malam membuat ku melewatkan makan bersama dengan mereka. Tapi terkadang Hilaire dan Hilmaz menemani ku makan malam, kemudian Madeleine dan Mirabelle terkadang menemani ku sarapan. Dimitri dan Gerard tentu saja mereka sibuk, di tambah dengan kabar kemarin.
Aku masih menyerang target balok ku dengan semangat sampai-sampai kejadian pertama kali terulang kembali, aku menatap marvelo dan menunjukkan gagang pedang kayu yang telah berpisah dengan pedang kayu nya "apakah kamu yakin tidak ingin memberikan ku pedang sungguhan? Ini sudah pedang ke 30"
Marvelo tampak berpikir "baiklah sekarang kita latihan penyerangan" aku tersenyum merekah, aku megikuti marvelo ke bagian pelatihan penyerangan. Marvelo memberiku pedang "WAW CUKUP BERAT" ucap ku spontan saat menerima pedang dari Marvelo.
"kau terlalu lama memegang pedang kayu, tidak butuh lama kamu akan terbiasa dengan pedang sungguhan. Sekarang perhatikan ini" ucap Marvelo sambil melangkah ke tengah lapangan, Marvelo menunjuk salah satu kesatria untuk bertarung "Sekarang perhatikan bagaimana aku menangkis dan menyerang" aku mengangguk.
Aku melihat setiap gerakkan Marvelo saat menangkis dan menyerang, bahkan setiap gerakkan nya sangat lentur. Naluri Marvelo benar-benar sangat baik, dari menghindar dan meneyerang seperti sudah otomatis. Sangat tenang tetapi pertahanan dirinya sangat kuat, dia benar-benar fokus bahkan di saat kesatria lain menyoraki mereka.
Setelah mereka selesai, kini giliran ku. Kami saling menyerang dengan gerakkan tidak terlalu cepat, itu karena agar aku terbiasa dulu terhadap seluruh gerakan saat penyerangan. Aku fokus menangkis dan menyerang Marvelo, sampai latihan ini berakhir dengan pedang ku yang terpental akibat serangan Marvelo.
Aku meminta makan malam di dalam kamar dan sambil menunggu mereka menyiapkan aku bergegas untuk mandi, aku merendamkan diri ku di dalam air hangat "aahh otot ku, nyamannya" aku menyelesaikan mandi ku dan mulai berpakaian. Aku berjalan menuju cermin dan memandang tubuh ku "apakah ada otot?" ucap ku sambil memandang lengan ku. Aku melihat sedikit otot yang mulai berkembang pada lengan ku "Hey otot!" ucap ku sambil mencolek otot lengan ku.
"Apakah sesenang itu memiliki otot?"