Chereads / Our Book: The Death Globe / Chapter 5 - Bab V : Bisa kah?

Chapter 5 - Bab V : Bisa kah?

The Death Globe

Aku kini berada di dalam kamar, setelah aku berdiam diri di balkon menikmati secangkir teh yang membuat ku berpikir dengan keras apa yang terjadi kini ku ingin mengistirahatkan badan ku "ah rebahan memang terbaik" ucap ku sambal merentangkan tangan ku di ranjang. Tanpa aku sadari aku jatuh tertidur. Aku berpijak pada padang rumput luas dan di keliling oleh pepohonan, langit yang merah menunjukkan ku bahwa aku masih berada di pulau iblis, tak lama muncul will o the wisp, mereka berbaris menuntun ku untuk memasuki hutan. Setiap aku mendekati mereka, mereka menghilang, mereka menuntun sampai menuju sebuah pohon putih bercahaya, bahkan tanah yang mengelilingi pohon itu pun berwarna putih seperti seakan-akan akar dari pohon itu tertanah di tanah itu. Saat aku akan menginjak kan kaki ku di tanah putih itu untuk mendekati pohon, aku di tarik oleh seseorang dan dia berkata 'aku menemukan mu', aku bangun dengan hentakkan akibat kaget dengan mimpi ku. Aku memegang kepala ku yang pusing.

Aku merasa haus, aku keluar dari kamar dan pergi menuju bawah. Aku yang bingung dengan letak dapur di tempat luas ini hany berkeliling dan tak menemukan letak dapur, kalian tau aku seperti apa? Aku seperti 'Bolang si bolang, si boca petualang' sampai akhirnya aku bertemu dengan salah satu pelayan istana "permisi, dapur di sebelah mana ya?" pelayan itu membungkuk memberi ku hormat "hormat kepada putri terang, mari saya antarkan permaisuri ke dapur" aku megikutinya dan sampailah aku ke dapur, aku tersenyum dan berterimakasih. Kemudian aku mengambil gelas dan air, aku meminum dengan sekali tegukan saking haus nya "lega nya ucap ku" tiba-tiba ada tangan memegang Pundak kanan ku, aku terkejut sampai menjatuhkan gelas yang berada di gemggaman ku, aku membalik kan badan dan menemukan hilmaz di sana "hilmaz, tolong jangan muncul tiba-tiba" dia tersenyum dengan menahan tawanya "heii..santai, ada apa? Mukamu sangat panik, aku akan membawa mu berkeliling udara segar bisa menjernihkan pikiran mu" aku ditarik oleh hilmaz ke luar istana, aku di bawa menuju kebun samping yang terdapat pintu kecil yang akan langsung mengarahkan ke hutan "hilmaz apa kau yakin kitab oleh ke sana?" hilmaz tersenyum "tentu saja, jika tidak lalu untuk apa di buat pintu?" hilmaz melewati pintu duluan, dan saat kaki ku melangkah dan hampir menyentuh tanah di luar gerbang hilmaz berhenti di hadapan ku. Dia melihat mata ku dan tersenyum "kau bermimpi apa?" aku menatap mata hilmaz bingung "mmm aku bermimpi isandaro datang kepada ku dan.."hilmaz memotong pembicaraan ku dia berkata sambil menampilkan smirk nya "apakah dia berkata 'aku menemukan mu?'"

Aku terkejut sebab suara hilmaz berubah seperti suara isandaro dalam mimpi ku, aku mundur dengan terburu-buru, aku mundur dengan cepat membuat keseimbangan ku hilang. Aku terjatuh, aku tetap mundur dengan posisi duduk. Ada kabut hitam yang menutup hilmaz dan saat kabut itu hilang bukan hilmaz lagi yang aku lihat tapi isandaro, dia mendekat dengan perlahan. Aku teringat dengan sapu tangan pemberian Dimitri, aku menggigit ibu jari ku sampai berdarah. Aku langsung menempelkan ke sapu tangan dan berkata "tolong aku" aku langsung melemparnya kearah isandaro. Dari dalam tanah muncul tanaman sejenis tanaman pemangsa namun tanaman itu melemparkan jarum perak kea rah isandaro, saat isandaro sibuk dengan tanaman itu aku lari memasuki istana. Aku bertemu Gerard di depan pintu masuk kastil "Gerard, isandaro" ucap ku lalu menunjuk ke luar, Gerard berlari ke luar. Saat kami sampai di sana, isandaro masih sibuk dengan tanaman itu. Tak lama muncul hilmaz entah darimana, hilmaz datang langsung menyerang isandaro namun di halangi seorang perempuan dengan rambut merah, baju merah dan celana hitam. Mereka saling bertatap dan wanita itu berkata pada hilmaz "halo hilmaz, apa kabar? Kau semakin tampan dan juga manis" ucapnya dengan senyum menggoda. Hilmaz tersenyum meremehkan "maaf tapi godaan mu tak lagi berpengaruh pada ku" Gerard maju dan berdiri di hadapan ku, aku dapat melihat bahwa tenggorokan nya memerah dan tak lama dia mengeluarkan api ke arah isandaro dan wanita itu, namun sebelum mengenai mereka isandaro lebih dulu memeluk wanita itu dan menghilang di balik kabut hitam yang mengelilinginya.

Hilaire, mirabele, dan madeleine datang menghampiri kami. Hilmaz datang kea rah kami sambil menyibak rambut nya dengan tangan "si bajingan mencoba menyerupai wajah tampan ku ini" Hilaire tertawa "dia menyurapai mu bukan karena tampan tapi karena gampang untuk di tiru" Hilmaz maju kea rah Hilaire "si bajingan satu ini.." madeleine menengahi mereka "diamlah kalian, muka kalian itu sama malah saling menghina" Hilaire dan hilmaz menjawab bersamaan "tapi di dunia nyata kami berbeda" Gerard datang "kalian jagain dia, aku harus pergi ke penjagaan pusat dulu sebentar" habis itu Gerard berlari melewati kami. Aku bertanya pada Hilaire "penjagaan pusat?" Hilaire mengangguk "penjagaan pusat yaitu menara pusat, terdapat 4 titik menara pusat 2 berada di hutan perbatasan dengan penduduk, 2 lagi di hutan perbatasan istana, mereka saling terhubung dengan kristal biru yang tentu saja kami pinjam dari peri" aku menatap Hilaire ragu dengan kalimat pinjam nya.

Tak lama muncul sinar biru yang saling terhubung, dimulai dari hutan perbatasan penduduk sebelah kanan yang menuju kiri lalu ke hutan perbatasan istana yang berada di kiri kemudian terhubung ke kanan. Mirabelle menarik ku untuk masuk ke istana "ayo kita masuk, ke adaan hari ini sudah cukup menegangkan" madeleine yang berada di belakang kami berkata "bagaimana kalo besok kita datang ke desa? Di desa akan ada banyak hal yang bisa kamu temukan" aku yang di tarik langsung berhenti "tapi apa tidak jadi masalah dengan ku?" madeleine menggenggam kedua tangan ku dan tersenyum "tidak masalah, mereka tahu kamu siapa." Aku tersenyum dan kami semua kembali ke kamar masing-masing. Di dalam kamar aku melihat tangan ku yang terluka karena jatuh tadi "apa aku bisa mengakhiri ini? Mudah sekali aku di tipu, mudah sekali aku takut" aku langsung menutup mata ku dengan kedua tangan ku, tanpa sadar aku menangis dan tangisan itu semakin membuat hati ku sesak.

Malam hari tiba, kami semua berkumpul di meja makan. Aku melihat Gerard yang memakan makanan dengan cepat, kemudia saat sudah habis dia pergi begitu saja. Aku mencoba untuk tetap tenang dan memakan makanan ku, aku menekan rasa khawatir ku begitu juga air mata ku. Saat kami sudah beres makan dan akan segera kembali ke kamar kami masing-masing, kami di kejutkan dengan kastil yang bergetar. Aku yang tidak dapat menahan getaran hampir saja terjatuh jika tidak di tangkap oleh Mirabelle "apa yang terjadi?" ucap ku, tak lama muncul cahaya berwarna emas dan mengelilingi kastil. Madeleine melihat cahaya itu dan berkata "Gerard membangun dinding perlindungan tingkat 1" aku yang bingung bertanya kembali "tingkat 1?" Hilaire menjawab pertaanyaan ku "jika berwarna oranye maka itu tingkat 2, jika berawarna merah maka itu tingkat 3 namun tingkat 3 hanya bisa di aktifkan oleh Dimitri, sang raja" tiba-tiba saja kepala ku pusing dan tak lama semua menjadi gelap.

Aku berada di depan kastil, hujan turun dengan deras, aku mencoba membalik kan telapak tangan ku seperti sedang menagkap rintikan hujan. Aku melihat kumpulan air yang telah telah berada di tangan ku, aku kemudian membalik kan telapak tangan ku membuat airnya jatuh dan saat itu hujan di gantikan dengan darah bukan air, dan saat aku melihat kembali kea arah depan, semuanya telah berubah. Semuanya hancur, aku melihat tubuh Dimitri yang telah berada di tanah kemudian muncul isandaro tersenyum sambil maju perlahan mendekati "semua nya sia-sia, kau hanya menunda waktu untuk hal itu, bukan kah lebih baik kau ikut bersama ku?" ucap nya sambil menjulurkan tangannya.

Tak sempat aku balas aku di kagetkan dengantepukan di wajahku, saat aku membuka mata aku melihat Mirabelle yang terlihatpanik, aku sedikit mengernyitkan dahi, memegang kepala ku yang sedikit pusing.

Aku menatap Mirabelle "apa yang terjadi?" Mirabelle langsung bersandar dan wajahnya seperti lega karena aku telah bangun "kau pingsan saat Gerard membuka dinding perlindungan, tubuh mu tak kuat sepertinya" tak lama Dimitri masuk dengan pintu yang terbuka kencang, dia melihat ku dan menghampiri ku, wajah nya yang penuh ketakutan dan kekhawatiran tiba-tiba membuat hatiku berdegup "kau tidak apa?" tangan nya menyentuh pipi ku, aku tersenyum tanpa ku sadari dan dia mengartikan bahwa aku baik-baik saja padahal pada nyatanya hati ku tidak, ini berdegup seperti jantungku akan berhenti. Namun wajahnya yang tadi lembut dan penuh kekhawatiran langsung berubah, sorot mata yang tajam penuh amarah, bibir yang di gigit menahan amarah, dan tangan kirinya yang terkepal "aku berjanji akan membunuhnya".

Aku memegang pipinya dengan lembut, menatap nya sambil tersenyum "tetap berhati-hati" ucap ku, dia memegang tangan ku dan tersenyum tipis "istirahatlah", dia berjalan keluar dan menutup pintu dengan hati- hati. Aku melihat Mirabelle yang tersenyum manis ke arah ku, dia bangun "istirahatlah" ucapnya, lalu berjalan ke arah pintu namun sebelum sampai tiba-tiba pintu terbuka dengan masuknya Dimitri yang sepertinya di di dorong oleh Gerard, Gerard tertawa bahagia di belakang Dimitri, sedang kan Dimitri wajahnya berawarna merah kemudia Dimitri langsung berdiri tegak dan menatap ku panik "hmmm istirahatlah" kemudian dia berjalan keluar dan mulai mengejar Gerard, Mirabelle tersenyum kemudia melangkah dan menutup pintu sebelum dia pergi.