The Death Globe
Saat aku sedang berbincang bincang dengan Mirabelle pintu kamar ku di ketuk lalu terbuka dan menampilkan sosok Madeleine "apa yang sedang kalian perbincangkan sampai lama sekali?" aku mengerutkan dahi ku "lama?memang kita mau kemana?" tiba-tiba saja Mirabelle menepuk jidat nya "oh iya aku lupa, kamu akan di ajak berkeliling oleh Hilmaz dan Hilaire" aku di tarik sampai aku berganti posisi menjadi berdiri, Madeleine memberiku dress coklat muda dengan polkadot putih dan terdapat belahan pada bagian bawah sampai ke paha. Setelah aku berganti baju madeleine mulai merapihkan rambut ku "Madeleine, bagaimana dengan kamu di dunia?" madeleine sempat berhenti dan menatap Mirabelle, Mirabelle mengangguk menandakan bahwa mereka sudah boleh untuk bercerita.
"aku? Aku hanya seorang yang di tinggalkan oleh orang tua ku, dan mencoba bertahan di dunia yang penuh dusta, tapi selama badan ku masih di izinkan untuk tinggal di dunia maka aku akan mencoba bertahan. Terkadang aku hampa dan membutuhkan kompas untuk mengetahui kemana aku harus menapakkan kaki ku, tapi aku tetap berjalan mengikuti hati ku sampai aku benar-benar menemukan kompas ku." Aku merasa kasihan dengan madeleine "lalu bagaimana kalian bisa berada di sini?" Mirabelle tersenyum kea rah ku "kami sedang bekerja di caffe, dan datang seorang nenek ke arah kami dan memberikan kami buku. Dia meminta kami membacakannya, kami menurutinya begitu saja, kami membacakan sampai pada halaman yang tidak memiliki kelanjutan, saat kami akan mengembalikan buku pada nenek tersebut, nenek tersebut hilang begitu saja. Lalu pada malam hari saat kami sedang membereskan caffe karena akan tutup, tiba-tiba kepala kami pusing dan kami tersadar sudah berada di sini" berarti bener nenek itu biang keladi nya,aku menarik napas dan menghembusnya seperti seakan-akan aku lelah untuk hidup.
Tak lama pintu kamar ku di ketuk kembali dan muncul dua orang pria yaitu Hilmaz dan Hilaire "apakah sudah siap?" ucap Hilmaz yang di iringi dengan senyumah cerianya, aku menatap mereka dengan penuh kagum, kulit mereka yang coklat manis sangat pas dengan pakaian mereka, yaitu kemeja coklat muda di gabung dengan jumpsuit coklat tua, lalu di tambah dengan aksesoris topi baret sebagai tanda identitas mereka, topi baret coklat muda adalah hilmaz dan topi baret coklat tua adalah Hilaire. Aku tersenyum dan menghampiri mereka dengan semangat "sudah siap dong, ayo berangkat" madeleine menghampiri Hilaire dan menepuk pundaknya "berhati-hati lah" Hilaire mengangguk. Hilmaz memegang tangan ku "mari kita pergi!" Hilmaz langsung menarik ku. Aku di ajak berkeliling kastil, dan ternyata bagian belakang terdapat kebun dan juga lapangan luas yang merupakan tempat Latihan para pasukan, dan ternyata area kastil belakang merupakan tebing yang langsung mengarah ke laut.
Di area kebun aku melihat bunga-bunga yang bermekaran,terdapat bunga yang berbentuk tulip berwarna merah namun berbau melati, lalu terdapat bunga mawar putih berbau anggrek aku mencium bunga mawar tersebut "wanginya"ujar ku sambal tersenyum, Hilaire ikut berjongkok di sebelah ku sambal memegang bunga mawar tersebut "siapa kamu di dunia?" aku memandang Hilaire lalu menatap bunga mawar yang di pegang Hilaire "hanya seorang anak penurut yang mencari cinta melewati ibunya, meskipun begitu taka ada satupun cinta yang dapat menyentuh hatinya, karena baginya semua yang di cari ibunya hanyalah mainan yang di belikan untuk di lupakan" setelah berkata seperti itu aku menatap kembali Hilaire "kalua kamu?siapa kamu di dunia?" Hilaire mencabut bunga mawar yang di pegang nya lalu di tatap sambal tersenyum "aku?aku hanya seorang mahasiswa yang berusaha menjadi terbaik agar tetap mendapatkan beasiswa, lalu bekerja untuk tetap dapat menghidupi adik perempuannya, berusaha Bahagia meski hidupnya menyedihkan" setelah berkata seperti itu dia menjatuhkan bunga nya, lalu bangkit dan menginjak nya. Aku menatap Hilmaz "Siapa kamu di dunia?" Hilmaz tersenyum ceria tapi aku tau bahwa tatapan matanya kosong "aku? Aku berkuliah untuk menjadi dokter, sehingga aku dapat menyembuhkan nenek ku yang sedang sakit paru-paru" aku mengangguk mengerti, lalu aku berdiri dan menatap mereka berdua "lalu bagaimana kalian bisa berada di sini?" Hilmaz maju ke arah ku dan memutarkan tubuh ku ke belakang sehingga menjadi menatap hamparan lautan, hilmaz pindah ke seblah kiri ku dengan pandangan lurus ke arah lautan begitu juga dengan Hilaire yang berpindah posisi menjadi di sebelah kanan ku.
Hilmaz menarik napas sebentar lalu mulai bercerita bagaimana mereka bisa berada di sini "saat itu aku sedang berada di perpus, aku memang selalu menyapa pengurus perpustakaan sehingga aku dapat mengenali nya, namun penjaga perpustakaan hari itu sedang di ganti oleh nenek-nenek , setelah menyapa nenek-nenek itu aku pergi ke arah rak buku kedokteran tapi aku menemukan satu buku aneh dan aku mengambil nya. Aku pergi ke tempat duduk untuk membacanya dan tak sengaja menabrak Hilaire, kami membaca buku sebelahan. Setelah membaca buku tersebut tiba-tiba semua menjadi gelap, aku dan Hilaire terbangun sudah berada di dunia ini." Aku menatap Hilaire, dia cukup tenang bahkan menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya "aku sedang mencari buku sejarah, lalu aku menukan buku aneh di bagian rak, aku sempat di tegur oleh penjaga perpustakaan yang merupakan nenek-nenek, dia berkata pada ku untuk berhati-hati karena buku-buku tersebut sudah tua dan rentan rusak, aku mengangguk mengerti. Saat aku hendak duduk aku menabrak Hilmaz dan selanjutnya kamu tau."
Aku mengangguk mengerti, aku mendengus kesal karena nenek tua itu semuanya terjebak di sini dan yang paling parah adalah Dimitri dan Gerard. Tanpa aku sadar aku di perhatikan oleh Hilmaz dan Hilaire, saat tersadar aku menatap mereka aneh "apa?" ucap ku kebingungan akibat tatapan mereka dan mereka berdua malah tertawa terbahak-bahak, setelah mereka berhenti tertwa aku langsung mendengus "sudah puas tertawanya?" Hilaire langsung mengusap kepala ku "daripada kamu marah-marah dan mengutuk nenek tua itu, lebih baik kamu melihat para prajurit" aku di tarik menuju arah lapangan yang ramai akibat adanya para prajurit yang sedang Latihan. Setelah kami sudah cukup dekat kami di hampiri oleh seorang pria gagah dengan jenggot hitam, dia tersenyum lebar kea rah kami "selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" Hilmaz menepuk Pundak pria itu "kami hanya akan melihat-lihat, kami mengajak dia yang terakhir" dia membungkuk kan badan nya "selamat siang nona, mohon maaf tapi jika saya boleh tau, siapa anda di dunia?" aku terkejut dengan ucapan nya.
Kemudian ia tertawa "tidak perlu di jawab nona, kita tidak akan bertemu setelah di sini selesai" saat dia akan membalik kan badan aku mulai bertanya balik "siapa kamu di dunia?" dia tersenyum ke arah ku "hanya seorang pria yang koma akibat penyakit serius, Nama saya Marvelo" setelah dia mengucapkan itu dia melangkah menjauh pergi. Hilaire menghembuskan napas "dia tidak ingin kembali, dia berkata pada kami bahwa dia koma dan ada suara nenek-nenek yang membisikkan padanya bahwa ia dapat memilih untuk melanjutkan hidup di sini atau kembali ke dunia,dan ia memilih untuk di sini. Itu sebabnya untuk memudahkannya Dimitri mengangkat nya menjadi pimpinan pasukan dan dia tidak akan menjadi bagian dari kita." Aku memandang marvelo dan berpikir bahwa ini semua yang terjadi semua nya tidak terlalu buruk, aku menarik kembali hujatan ku pada nenek-nenek tua itu.
Aku mulai menikmati latihan para prajurit, dan tiba saatnya para prajurit melakukan duel. Salah satu prajurit dengan rambut pirang maju "dia adalah Arthur, dia berada posisi pertama sebagai prajurit terkuat di bagian pedang" celetuk hilmaz, pria berambut pirang itu maju untuk melakukan duel bersama marvelo. Marvelo berkata bahwa yang terpenting dari melakukan pertarungan adalah fisik, setelah mengatakan itu tinju dari Arthur dapat ia tepis, fokus kemudian marvelo menyerang bagian dada Arthur, marvelo menghindari tendangan Arthur dan dia berkata dengan santai 'lihai', Arthur membalik kan badan dan akan menghembuskan api, hal itu dapat di lihat dari tenggorokan Arthur yang memanas. Marvelo langsung menunduk dan membekap mulut Arthur dari dagu dan menjatuhkan nya ke tanah. Marvelo bangkit dan menghadap para prajurit "dan yang terpeting terakhir adalah emosi, kalian harus menahan rasa amarah, dan kalai harus menghilangkan rasa empati saat perang. Jangan terbawa emosi, karena emosi dapat mengalihkan fokus mu, paham?!" dan serentak prajurit mengatakan 'siap! Dimengerti', Arthur berdiri dan membungkuk kan badan nya dan kembali berkumpul bersama prajurit lain.
Aku kemudian di ajak berkeliling ke bagian kendang kuda, di sana terdapat banyak kuda. Dan terdapat kuda yang sangat berbeda auranya, 7 kuda yang memiliki aura berbeda. Hilaire mendekati salah satu kuda berwarna coklat tua dengan corak putih "dia evan, kuda ku" hilmaz mendekati kuda berwarna coklat muda dengan corak putih "dan kuda ku tersayang ini bernama ema, siapa yang cantik,siapa yang cantik tentu saja kau" ucapnya sambil mengusap kudanya yang juga sepertinya ikut senang akibat ulah hilmaz. Hilaire menunjuk kuda berwarna putih dengan corak coklat tua "itu kuda Mirabelle, Maya namanya" lalu di samping kendang kuda Mirabelle terdapat kuda putih bercorak coklat muda "dan sebelahnya kuda madeleine, Namanya naya. Lalu kuda hitam corak putih milik Gerard, Namanya max, dan sebelahnya kuda gagah dan hitam milik Dimitri Namanya Damien" aku berjalan menuju kendang kuda berwarna putih, sangat cantik "lalu ini milik siapa? Sangat cantik" Hilmaz mendekat kea rah ku "itu kuda mu" aku menengok ke arahnya, hilmaz tersenyum dan mengelus kuda putih itu "berilah nama padanya" aku menatap ke kuda itu lalu tersenyum "Matina"
"sedang apa kalian?" suara berat yang tiba-tiba muncul mengagetkan kami, hilmaz tersenyum "kami sedang memperkenalkan kuda milik nya, kau sedang apa?" Dimitri melihatku "mengambil kuda" Hilaire maju kea rah Dimitri "untuk apa?kau akan pergi lagi?" Dimitri melangkah melewati Hilaire dan menuju kudanya "aku harus pergi untuk dapat menemukan peralatan perang dan juga pelindung untuk nya" hilmaz berjalan menuju Dimitri "lalu yang akan menjaga nya di sini siapa?" Dimitri menatap hilmaz "tentu saja kau,kalian semua yang menjaganya. Aku akan baik-baik saja selama perjalanan karena isandaro hanya akan mengincar dia, jadi tolong jaga dia dan kastil " hilamz dan Hilaire mengangguk, saat Dimitri mulai melangkah pergi bersama kudanya, aku maju selangkah "Dimitri, hati-hati di jalan dan cepatlah pulang" Dimitri membalas ucapan ku dengan suara berat dan gagah "tentu saja" kemudian ia menarik kudanya pergi.
Kami pergi memasuki kastil dan kami bertemu Gerard "Gerard, kamu gak ikut Dimitri?" Gerard menatap ku sambal tertawa "ikut?dengan dia?dimitri?ah yang benar saja, dia masih bisa pergi sendiri. Justru aku khawatir dengan kalian" ucapnya sambal merentang tangan seakan ingin memeluk ku, hilmas, dan Hilaire. Hilmaz bergidik ngeri "berhentilah, kau menyeramkan orang tua" Gerard langsung menunjuk hilmaz "siapa yang kau bilang tua?aku masih muda" hilmaz ikut menunjuk Gerard "tentu saja kau, kau sudah bekerja dan aku masih kuliah sudah jelas kerutan wajah mu pasti lebih banyak" Gerard melangkah dan menjitak hilmaz "jaga ucapan mu, aku tidak memiliki kerutan, aku memakai anti-aging" hilamz menendang Gerard "tua" lalu ia berlari pergi, Gerard mengusap kakinya yang di tending dan kemudian mengejar hilmaz "kurang ajar, kemari kau bocah." Hilaire memegang Pundak ku yang tengah asik melihat pertengkaran antara Gerard dan hilmaz "ayo, aku antar ke balkon untuk minum teh" aku menunjuk hilmaz dan Gerard "tapi mereka bagaimana?" Hilaire memenjamkan mata dan menggeleng kepala "tidak apa-apa, mereka akan baik-baik saja. Mereka akan seperti itu saat tuan bos pergi"aku mengikuti Hilaire pergi untuk kea rah balkon.
Di balkon terdapat kursi putih dan meja kecil bundar, saat kami duduk pelayan kastil langsung datang dengan membawa cangkir dan teko teh, saat di tuangkan wangi the nya langsung tercium oleh ku. Wangi yang menenangkan, tajam namun manis dan hangat. Aku berterimakasih kepada pelayan kastil dan mulai mengambil cangkir, sangat enak. Tapi saat Hilaire akan meminum teh, hilmaz datang dan menyuruhnya untuk bertemu Gerard karena ada hal penting, dia permisi ke padaku sehingga di sini hanya ada aku seorang. Aku menatap keaarah luar balkon yang langsung menampakkan taman, dan lapangan tempat para prajurit Latihan. Tentu saja juga menampakkan lautan yang luas, dengan warna langit yang merah membuat hal ini menajdi indah sekaligus menakutkan, banyak perkiraan dalam pikiran ku yang mungkin akan terjadi, bahkan belum tentu perkiraan ku benar karena sebuah ramalan pun bisa meleset, ini membingung kan.