Feng Yihang tidak suka menunggu orang!
Chi Wan sangat tergesa-gesa saat melangkah masuk ke dalam bandara. Matanya menyapu ke sana-kemari untuk mencari bayangan Feng Yihang. Sayangnya, ia tidak bisa menemukannya.
Chi Wan pun segera mengambil ponsel dan menghubungi Feng Yihang. Namun, panggilan itu tidak diangkat. Saat terakhir Chi Wan menghubungi asistennya, orang itu berkata bahwa suaminya itu telah kembali.
Setelah itu Chi Wan baru merasa lega, tetapi juga merasa khawatir.
Chi Wan tidak lagi berkeliling di bandara. Ia langsung memanggil taxi dan kembali ke rumah milik Feng Yihang.
Setelah membuka pintu, ternyata ia melihat sepatu kulit Feng Yihang yang sudah berada di depan pintu dan telah tersusun dengan rapi.
Kelihatannya, Feng Yihang langsung kembali ke rumah.
Chi Wan berkeliling ke arah ruang tamu sebentar dan tidak menemukan Feng Yihang. Saat bersiap untuk pergi ke atas, ia mendengar suara pintu kamar mandi terbuka dan Feng Yihang yang memakai handuk setengah badan itu keluar dengan badan yang masih agak basah.
Feng Yihang berjalan ke depan pagar dan tidak ada ekspresi wajah apapun. Ia juga hanya mengeringkan rambutnya sendiri. Saat melihat Chi Wan sekilas yang masih berada di bawah, ia pun masuk ke dalam kamar tidur utama.
Chi Wan mengeluarkan lidahnya dengan ekspresi wajah yang mengatakan bahwa dirinya telah melakukan sesuatu yang salah.
Feng Yihang seharusnya memberitahu Chi Wan lebih awal. Setidaknya, perempuan ini paling tidak sudah ada di bandara satu jam sebelumnya. Tidak seperti yang terjadi hari ini, Feng Yihang tidak menemukannya sama sekali.
Kali ini gawat….
Chi Wan langsung dengan cepat berlari ke arah kamar tidur utama dan melihat Feng Yihang sedang duduk di depan laptop seolah sedang bersiap untuk bekerja.
Chi Wan berjalan ke belakang badannya, kedua tangannya dengan pelan meletakkannya di pundak pria itu dan mendekatkan ke daun telinganya sembari berkata, "Sayang ..., kamu sudah pulang."
Respon Feng Yihang terasa agak dingin. Apakah Feng Yihang marah karena Chi Wan terlambat datang?
Chi Wan hanya bisa melangkah ke depan dan berlutut di depannya, kedua tangannya memohon dengan kasihan sambil berkata, "Maafkan aku, Suamiku …. Ketika aku sampai, kamu sudah pergi …. Aku juga tidak tahu penerbanganmu dipercepat…."
Mendengar perkataan itu, akhirnya Feng Yihang menunjukkan ekspresi wajah dengan menaikkan alis matanya. Ia pun berkata, "Jadi itu salahku?"
"Tidak, bukan, itu kesalahanku." Chi Wan tidak berani membantahnya dan menggigit bibirnya. Ia dengan malu berkata, "Maafkan aku …."
Pada saat Chi Wan berlutut, ekspresi Feng Yihang kali ini tidak terlihat seperti melunak ataupun marah. Meski demikian, pria ini tahu bahwa Chi Wan hanya berpura-pura untuk memenuhi keinginannya. Walau begitu, Feng Yihang juga tidak bisa menolak cara ini.
Melihat ekspresi wajahnya yang kasihan itu membuat hati Feng Yihang merasa lembut dan tidak bisa marah.
Lagi pula, dahi istrinya ini juga masih dibalut perban.
Feng Yihang mengangkat tangannya dan menyentuh dahinya. Kemudian ia bertanya, "Apa masih sakit?"
Chi Wan langsung menjawab dengan senyuman yang seperti bunga. Ia menggelengkan kepalanya, "Sudah tidak sakit."
Tangannya bergerak ke bawah bagian dahinya dan terus berpindah dari wajahnya ke bibir tipisnya itu, "Bukankah kamu bilang sedang merindukanku? Mana buktinya?"
Sembari bertanya, Feng Yihang menemukan sesuatu yang aneh di wajah Chi Wan. Ia sebenarnya adalah orang yang sangat teliti. Feng Yihang pun mengetahui mata Chi Wan yang terlihat bengkak kemerahan. Apakah istrinya itu baru saja menangis?
Feng Yihang pun tenggelam dalam pikirannya sendiri. Aroma yang tidak asing itu masuk ke dalam pelukannya
Sekejap kemudian, Chi Wan ikut tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ia yang mencium aroma tidak asing itu pun langsung menghambur masuk ke dalam pelukannya.
*****
Beberapa saat setelah kejadian itu, Chi Wan bangun sekitar jam 7 malam. Di ranjang, hanya ada dirinya sendiri. Di sisi lain, Feng Yihang yang mengenakan jubah mandinya sedang duduk tidak jauh dari meja kerjanya dan terdengar suara ketikan pada laptopnya.
Chi Wan membalikkan badannya dan memeluk selimut sambil menatapnya. Dengan suara yang serak dan manja, ia berkata, "Suamiku…."
Feng Yihang menoleh ke arah Chi Wan setelah mendengarkan suara itu. Ia melihat rambut panjangnya yang agak berantakan itu seperti orang yang masih belum bangun.
Setelah satu menit saling menatap, Feng Yihang menoleh ke tempat lain dan lanjut mengerjakan pekerjaannya.
Barusan Chi Wan mengira suaminya itu tersenyum. Akan tetapi, gerakan senyuman itu sangat cepat dan ada kemungkinan Chi Wan salah melihat.
Tidak lama kemudian, tiba-tiba ada orang yang memeluk Feng Yihang dan menghalangi tatapannya ke layar laptop. Pergerakan orang ini sungguh mengganggunya bekerja.
Ya, orang itu tidak lain adalah Chi Wan. Untungnya, suasana hati Feng Yihang sudah terasa lebih baik daripada tadi. Melihat perilaku Chi Wan yang langsung masuk dalam pelukannya dengan manja, hal itu tidak membuatnya marah.
Feng Yihang pun meresponnya dengan sangat lembut. Ia hanya merapikan rambut istrinya yang berantakan itu dan berkata, "Sayang, kembalilah tidur, ya!"
"Hm ...." Chi Wan menggelengkan kepala seperti seekor kucing yang bermanja di dalam pelukannya. Ia seakan tidak mau pergi, "Ngantuk …."
"Karena itu, kembalilah tidur." Ucap Feng Yihang lagi.