Ketika Jiang Chengyun mengejarnya, mobil yang berwarna merah itu sudah menghilang dari sana.
Ia hanya bisa menggenggam gantungan kunci itu dan wajahnya sangat suram.
'Chi Wan! Kamu masih ingin terus bersembunyi!' Pikir pria itu.
*****
Esok paginya, tepatnya pukul 7 tepat, Chi Wan baru saja dibangunkan oleh sebuah panggilan dari ponselnya.
Matanya masih belum terbuka, namun tangannya sudah bergerak keluar dari selimut. Tangan itu pun berusaha meraba-raba ke meja sebelah tempat tidurnya untuk mengambil ponselnya.
Saat ponselnya terambil, ponsel itu langsung diarahkan ke telinganya. Dengan nada malas, ia ingin menyapanya "Halo" duluan. Akan tetapi, Chi Wan malah mendengar suara yang tidak asing dari Feng Yihang dalam ponselnya itu.
"Masih tidur, ya?"
Chi Wan langsung mendapat setengah dari kesadarannya. Ia pun perlahan-lahan membuka matanya dan menguap, "Iya…. pagi, Sayangku."
Melihat jam dan menghitung waktu di New York saat ini, seharusnya di kota itu masih pukul 7 malam.
"Sangat ngantuk?" Suaranya lebih serak daripada biasanya, Feng Yihang pun bisa mendengar bahwa sekarang istrinya itu kedengarannya sangat lelah.
"Kemarin tidur agak malam…." Chi Wan sambil menjawab pun memposisikan tubuhnya untuk terduduk dan tangannya dengan lembut mengusap matanya.
Ya, hari ini Chi Wan dapat dikatakan sangat sibuk. Sejak dini hari, ia harus pergi ke pabrik untuk mengatur salinan yang kemarin malam dibuatnya sampai melembur. Chi Wan juga perlu menyelesaikan rubrik halaman pada majalah divisinya dan harus memberikannya kepada Jiang Xin.
Dengan kesibukan yang seperti itu, Chi Wan pun menghabiskan waktu tidurnya dengan sangat singkat. Malahan, ia sebenarnya baru bisa tidur pukul enam pagi tadi. Bila melihat waktu saat ini, ia baru tertidur selama satu jam. Tentu Chi Wan masih sangat lelah.
Chi Wan menguap ringan dan mendengar Feng Yihang berkata sambil tersenyum, "Apa kamu melakukan sesuatu yang buruk? Jangan sampai saat aku tidak ada di sana, kamu melakukan hal yang tidak baik, ya! Nanti akibatnya akan sangat buruk."
"Hmmm... Hanya merindukanmu saja," Chi Wan sambil memeluk bantal dan tersenyum dengan suara yang ringan, "Tidak ada ciuman malam untukku saat ini, tentu membuatku tidak bisa tidur sampai larut malam. Aku hanya bisa menghitung banyak sekali kambing dan baru bisa tidur."
Chi Wan tahu walau Feng Yihang tidak peduli mengenai kebenaran dari perkataannya, namun perkataannya itu tetap saja ucapan yang ingin didengarkan pria itu. Chi Wan memang sangat pintar juga tahu diri. Saat pria itu ingin mendengar sesuatu, maka Chi Wan akan mengatakan hal yang ingin didengarkannya.
Terkadang Chi Wan juga berpikiran bahwa dengan terjadinya interaksi seperti ini diantara mereka berdua, apakah keduanya juga memahami adanya maksud lain dibaliknya?
Walaupun berpikir demikian, Chi Wan juga sadar bahwa kehidupan di dunia sudah begitu susah. Meskipun hanya hidup dalam mimpi palsu, ia merasa bahwa hal itu juga tidak terlalu buruk.
Perkataan mereka berdua saat ini sesungguhnya seperti hidup di dalam mimpi masing-masing. Saling tidak mengatakan keluhan apapun, namun tetap membuat mereka merasa bahagia.
Ya, paling tidak Chi Wan juga merasa tidak lelah.
"Apa yang kamu rindukan dariku?" Suara menggoda dari pria itu terdengar.
Jelas-jelas perkataan itu begitu membuat orang merinding. Akan tetapi Chi Wan menganggap perkataan itu seperti gombalan yang manis, sangat alami dan tidak dibuat-buat.
"Tunggu aku ya, aku akan pulang dengan sangat cepat." Ucap pria itu dengan suara serak.
"Aku cinta kamu." Sambil berkata demikian, Chi Wan memberikan ciuman yang manis kepada ponselnya.
Kemudian kebahagiaan yang palsu itu dengan sangat cepat berakhir.
Setelah menerima telepon tersebut, Chi Wan melamun sejenak. Namun tidak lama kemudian pintu kamar perlahan-lahan didorong dari luar kamar. Dari situ, muncul lah Chi Xiaobai dengan baju tidur. Ia pun berdiri dengan manis dengan tubuh pendeknya.
"Pagi Sayangku." Tidak seperti senyuman palsu yang diberikan kepada Feng Yihang, wajah Chi Wan langsung tersenyum dengan tulus dan manis seakan penuh kasih sayang saat ada di depan Chi Xiaobai.
Chi Wan kemudian turun dari ranjang dan berjalan ke arah anaknya. Ia perlahan-lahan memeluknya dan memberikan ciuman ringan ke pipinya, "Bagaimana tidurmu Sayang?"
"Tidak ada yang spesial." Chi Xiaobai menyipitkan matanya dan menatap ibunya. "Ibu, apa kamu tidak bisa tidur lebih awal? Lihat, sekarang sudah pagi."
Mendengar cara perhatian Chi Xiaobai, Chi Wan merasa bersalah dan menggosok kepalanya dengan lembut, "Maaf Sayang, aku sudah membangunkanmu. Lain kali, Ibu akan melakukannya lebih pelan."
Gaya tidur Chi Xiaobai sebenarnya sangat bagus, tetapi Chi Wan selalu khawatir bila anak itu akan menendang selimutnya. Sebelum tidur, Chi Wan dengan perlahan dan diam-diam masuk untuk memeriksanya. Saat melihat selimutnya tertutup dengan rapi, ia baru dengan tenang kembali ke kamar dan tidur.
Chi Wan benar-benar tidak ingin membangunkannya…
"Masih ada lain kali?" Chi Xiaobai mengerutkan keningnya.
Kali ini, Chi Wan tidak bisa menahan rasa ngantuknya dan menguap lagi.
Ya, dirinya terlalu lelah.
"Masih harus bekerja?" Chi Xiaobai bertanya sinis.
"Harus." Chi Wan selalu tersenyum menghadapi Chi Xiaobai. Ia pun melanjutkan dengan nada lembut, "Sayang, kamu cepat mandi sana. Hari ini harus pergi ke sekolah. Apa kamu sudah bisa memakai bajumu sendiri?"
Chi Xiaobai berjalan ke arah pintu dan menatap rendah Chi Wan, "Aku sudah bisa memakainya sendiri sejak satu tahun yang lalu. Mendengarkanmu mempertanyakan ini, apa tidak merasa terlalu telat?"
Chi Wan hanya terdiam mendengar sindiran anaknya ini.
Ah, Chi Wan jadi terlihat bukan sebagai seorang ibu yang baik!
Setelah mandi dan berdandan, Chi Wan dengan segera masuk ke area dapur daripada Chi Xiaobai.
Walau demikian, anak kecil itu berjalan lebih cepat untuk mengambil gelas. Kemudian, ia berkata secara tiba-tiba dari belakang, "Aku sudah masuk ke dapur, kamu tidak boleh masuk!"
Chi Wan yang baru mau memasuki dapur langsung mundur dan menyerah, "Ya, baiklah…."
Chi Xiaobai sudah bisa memanaskan susu. Setelah mendengar bunyi 'ding', ia segera mengambil gelas itu keluar dari pemanas susu dan berjalan ke arah meja makan. Saat berjalan, ia pun melihat Chi Wan sudah tertidur di atas meja.
Melihat ibunya sedang tertidur dengan nyaman, Chi Xiaobai tidak membangunkannya.