"Lalu rencananya apa lagi, Mas?" tanya Pak Ruslam.
"Sementara mungkin segini dulu, Paka. Nanti saya kabari Pak Ruslam lagi untuk selanjutnya. Yang penting sudah tenang. Dapat ijin dari pemiliknya," jawab Ardi tenang.
"Iya, Mas. Semoga lancar, yah segala niat baiknya dibimbing Gusti Allah."
"Aamiin, terima kasih, Pak. Saya pamit dulu, ya? Mau ke rumah Kang Herman teman saya di sana juga." Ardi pamit dari Pak Ruslam.
"Ouh iya. Hati-hati ya, Mas."
Ari pun melangkah kembali. Pulang. Namun, bukan pulang ke rumah, tapi pulang ke tempat sebelumnya. Tak lain adalah rumah Pak Ruslam.
Seseorang yang tak diketahui masih mengamati Ardi. Ia berjalan mengendap. Sedikit demi sedikit terus mengikuti langkah Ardi.
Ardi sama sekali tak mengetahui. Ada seseorang yang sedang mengikutinya.
Ketika sampai di suatu jalan yang sepi, seseorang itu menampakkan diri di depan Ardi.
"Eh... Bapak... ada perlu apa, Pak? Maaf, saya sedang buru-buru." Ardi menyapanya berusaha sopan dan ramah.