"Bu, Aya pamit, ya."
"Hati-hati, Nak. Terima kasih sudah mau berkunjung kesini, jangan bosan bolak-balik Tegal-Brebes."
"Iya, Bu."
Ayya mencium tangan Ibu. Berpamitan dan kembali dengan Aksa.
"Hati-hati nyetirnya, Nak. Jangan ngebut. Jaga Nak Ayya dengan baik," pinta Ibunya.
"Siap, Ibu Jurnalis!"
Tak lama kemudian, mereka berdua melakukan perjalanan pulang. Dalam perjalanan pulang itu, beberapa hal terlintas di benak Aksa.
Apa rencananya untuk membantu masalah Ayya? Kemana ia akan mencarikan opsi pekerjaan lainnya? Namun, yang pertama adalah menemani Ayya untuk mengungkapkan keberaniannya keluar dari pekerjaan itu.
Meskipun cukup berat bagi Aksa, ia yakin akan bisa jadi penolong untuk kekasihnya itu. Aksa begitu percaya diri akan mampu menolongnya. Apapun nanti caranya.
"Pegangan yang erat, Sayang," pinta Aksa.
"Pegangan?" tanya Ayya.
Aksa mengangguk.
Ayya menarik sedikit ujung jaket Aksa. Dibuatnya jadi pegangan.