Iqmal mengambil bola yang dilempar oleh guru kepadanya, dia mendribbel bola hingga sedikit mendekat ke sebuah ring, tepat di garis three point dia melempar bola tersebut. Semua orang yang menyaksikan pertunjukkannya barusan terkagum tak sedikit yang memberikan tepuk tangan. Iqmal tersenyum tipis, berjalan dengan keren kearah teman-temannya.
"mulai deh belagu" ejek temannya. Iqmal tersenyum menunjuk ke arah ring basket dengan tangan membentuk pistol "dor". Mereka yang melihat aksinya tersebut mengeroyok pria itu memberikan pukulan pelan kerahnya.
Awan-awan hitam berdatangan memberitahu langit akan segera menangis, Pak Guru memberi instruksi agar para siswa kembali ke kelas. Siswa perempuan merasa senang karena tidak harus berpanas-panasan di lapangan berbeda dengan siswa pria mereka mengeluh harus masuk kembali ke dalam kelas. Iqmal dan beberapa temannya masih bermain bola menunggu para siswi berganti pakaian, tak lama hujan pun turun langit menangis dengan kencangnya. Semua siswa berlarian ke dalam kelas beberapa terpleset karena sepatu mereka yang slip. Iqmal ikut berlari menghindar dari derasnya air yang turun namun malang, kerena tidak melihat dengan benar ia pun terjatuh. Tangannya mengenai tiang gawang cukup keras suaranya pun masih terdengar samar tertutup hujan. Iqmal teriak kesakitan, teman-teman yang melihatnya mencoba membantu. Membawa dia ke ruang UKS sekolah.
Awan hitam masih menyelimuti sekolah meskipun langit sudah tidak mengeluarkan airnya lagi. Yuki terdiam melihat kejadian tersebut, seandainya mesin waktu itu ada dia akan mengubah peristiwa saat ini.
***
Yuki terbangun kepalanya sedikit pusing dia melihat ke sekeliling ruangan yang didominasi berwarna putih dan biru, bau alkohol menyengat memasuki lubang pernapasannya menebak bahwa dirinya saat ini berada di UKS sekolah.
"Udah sadar lo!" ucap seorang disebelah pembaringan, Yuki menoleh kearah sumber suara dia melihat Iqmal setengah berbaring diatas kasur yang lain sembari memainkan ponselnya.
"Lo ngapain disini?" tanya Yuki heran. Iqmal yang mendengar pertanyaan tersebut menoleh dengan sinis kearah gadis itu
"Menurut lo!" Balas Iqmal menaikkan sebelah alisnya. Yuki terdiam, mencoba mengingat semua yang terjadi, seingatnya dirinya berlari dari kelas menuju lapangan saat hujan deras mengguyur lalu ia terjatuh dan pingsan. Hanya itu yang ia ingat
"Kalau bukan karena lo, gua gak bakal ada disini" Timpal Iqmal masih asyik dengan ponselnya. Yuki memperhatikan sekeliling, pandangannya terfokus pada sebuah kalender yang terpasang tidak jauh dari Iqmal. Ia berjalan mendekat
"Ini tahun 2012!" Seru Yuki kearah Iqmal yang terlihat kaget. Pria itu memperhatikan Yuki matanya melirik kearah kaki gadis tersebut.
"Lo mendekat cuman buat nanyain ini tahun berapa?" Iqmal mengubah posisi duduknya, kini dia menatap gadis itu dengan saksama. "Lo udah nabrak gua dan bikin gua jatuh sekarang lo malah ngomongin tahun, gua pikir lo bakal minta maaf" Lanjutnya. Iqmal mendengus berdiri lalu pergi meninggalkan Yuki seorang diri. Bersamaan dengan Iqmal yang pergi Elsa datang mengunjungi.
"Dia kenapa?" Tanya Elsa yang melihat wajah Iqmal kesal. Yuki hanya mengangkat bahu pertanda tidak tahu dan elsa hanya manggut-manggut mencoba tidak peduli.
"Keadaan lo gimana? Baik kan? Lagian lo sih ada-ada aja, ngapain lari ke lapangan udah tahu hujan mana pake nabrak Iqmal lagi, untung itu orang berhasil nolongin lo, kalo gak luka lo bisa lebih parah" Jelas Elsa seraya menunjuk luka yang ada dikeningnya.
"Sa lo tahu buku gua yang warna coklat?" Tanya Yuki menghiraukan luka yang ditunjuk oleh temannya. Elsa tampak mengingat buku yang dimaksud Yuki "maksudnya buku coklat yang udah jelek itu?" Yuki mengangguk dengan cepat
"Bukannya udah lo buang ya? Eh atau mungkin masih ada dikolong meja?" balas Elsa menerka-nerka. Yuki berlari menuju kelas memastikan buku tersebut masih ada, dibelakang Elsa tengah berteriak memanggil namanya dihiraukannya.
"YUKIIIII SEPATUNYAA!"
***
Yuki membuka tutup matanya berkali-kali seakan tidak percaya dengan yang dilihatnya, matanya pun memerah oleh aksinya tersebut. Elsa datang membawa sekaleng minuman menghampirinya, elsa mendekatkan minuman dingin ke pipi gadis yang sudah lama menjadi sahabatnya sejak kecil itu.
"Ouch" Ucapnya saat pipinya mengenai kaleng yang dingin. Elsa tersenyum kecil saat melihat ekspresi sahabatnya itu, elsa pun memberikan sekaleng minuman yang di bawa kepadanya. Yuki membuka kaleng tersebut dan segera meminumnya.
"By the way lo ngapain buru-buru keluar kelas tadi?" tanya Elsa tiba-tiba. Yuki sedikit tersentak namun ia masih bisa mengontrol ekspresinya. "Kebelet" jawabnya singkat.
Tidak puas dengan jawabannya, elsa kembali bertanya "Kenapa lewat lapangan? Lo bisa lewat koridor, dan juga lo gak bakal kehujanan"
"Ah namanya juga panik" Balas Yuki tersenyum canggung, yuki kembali mengambil kaleng minumannya dan menyeruputnya
"Tapi.. sejujurnya seharusnya Iqmal berterimakasih sama lo", Yuki menatap elsa dengan heran atas pernyataanya.
"Lihat!" Elsa menunjuk tempat dimana kejadian beberapa jam yang lalu, "kalo lo gak disana nabrak Iqmal, mungkin.. dia udah kejatuhan tiang gawang" terang Elsa memberitahu. Yuki melihat tempat yang ditunjuk elsa, dia melihat tiang gawang tersebut roboh.
"Sa!"
"Hm"
"Bagaimana jika gua datang dari masa depan?" celetuk Yuki tiba-tiba membuat Elsa menganga mendengarnya.
***
Setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi sepulang sekolah yuki bergegas menuju ke kantor tempat ayahnya bekerja, sebenarnya ia juga sedang menghindari pertanyaan beruntun dari elsa akibat ucapan spontanitasnya tersebut.
"Lo dari masa depan!" seru Elsa menatap temannya sungguh-sungguh. Yuki hanya tersenyum menanggapinya, lalu tiba-tiba tawa elsa meledak membuat yuki heran melihatnya
"Kenapa lo ketawa?"
"Kebanyakan nonton drama lo, haha" balas Elsa menahan tawa.
"Look at her" ucap Yuki seraya menunjuk seorang gadis yang membawa banyak buku. Elsa mengikuti arah tangan yuki dan ikut melihat gadis tersebut.
"Hari ini gadis itu ada praktek biologi, tapi tanpa sengaja dia mengenai pisau bedah ke tangannya hingga dibawa ke rumah sakit" jelas Yuki. Elsa masih belum percaya dengan penjelasan tersebut, namun ucapan yuki sangat meyakinkan dan tatapan yuki seakan tidak berbohong jika seperti ini.
Dan semua yang di katakan yuki siang tadi terjadi, tangan gadis tersebut benar terkena pisau bedah, karena terlalu banyak darah yang keluar dia pun harus dibawa ke rumah sakit. Elsa yang mendengar berita tentang gadis itu sangat heboh dan meminta yuki untuk menjelaskannya lebih detail, karena bingung harus menjelaskannya seperti apa yuki akhirnya memilih untuk menghindari elsa terlebih dahulu.
"Sore mbak. Ayah ada?" tanya Yuki sesampainya dia didepan resepsionis.
"Eh ada mbak Yuki" balas sang resepsionis yang telah mengenal Yuki "Bapak lagi meeting, mungkin sebentar lagi selesai" lanjutnya
"Oh, yaudah Yuki tunggu didalam aja ya mbak"
"Yaudah mbak nita buatin minum dulu ya" balas resepsionis bernama nita tersebut, ia pun tersenyum kearah yuki yang dibalas kembali.
Setelah menunggu sekitar 15 menit, pintu pun terbuka dilihatnya sang ayah dari balik pintu. Yuki tersenyum menyambut ayahnya dengan segera dia memeluk ayahnya tersebut.
"Are you okay?" tanya Ayah yuki yang melihat heran sikap putrinya tersebut.
"Yeah, just missing" balas Yuki dari balik pelukan. Ayah yang mendengar jawaban dari anak semata wayangnya itu hanya tertawa
"Oh dear, pasti ada yang ingin kamu mau" tebak Ayah yang dibalas kekehan oleh Yuki "Ayah sangat pandai menebak"
"So, what do you want?" tanya Ayah masih tersenyum melihat putrinya.
"Bisa kita makan sushi di tempat biasa bersama dengan mama?"
"Kamu yakin? Itu sangat jauh dan berlawanan arah dengan rumah. Bagaimana jika makan ditempat lain saja" ujak Ayah bernegosiasi.
"Ayolah, Yah. Kita udah lama tidak makan disana"
"Tapi.."
"Please.." mohon Yuki membuat wajah semelas mungkin. Ayah menghembuskan napas dalam-dalam dia meng'iya'kan permintaan putrinya tersebut "Oke, ayah telpon mama dulu"
Yuki bersorak gembira dan memeluk ayah kembali "Hore! Makasih yah"
***
Di dalam sebuah restoran jepang Yuki dan keluarga tengah menikmati makan malam mereka sambil bercanda dan mengobrol apa saja membuat suasana semakin hangat meskipun diuar hujan deras tengah mengguyur kawasan tersebut.
"Hujannya deras sekali" ucap Mama saat melihat keluar jendela
"Sangat berbahaya jika berkendara saat hujan lebat seperti ini" sambung Ayah. Yuki yang mendengar pembicaraan tersebut tidak suka, dia pun mengalihkan topik dengan memesan menu lain
"Saya mau curry udon satu ya mbak, makasih"
"Apa kamu tidak terlalu banyak makan Uki?" tanya Mama yang heran melihat anaknya tersebut, tidak biasanya Yuki makan sebanyak ini
"Makanannya enak banget mah" balas Yuki seadanya seraya mengambil sushi yang ada didepannya.
"Tapi kita harus segera pulang, atau kita akan kemalaman nanti" kata Mama
"Tapi udon Yuki belum datang"
"Kita bisa membungkusnya" kata Mama lagi seraya memanggil pelayan
"Gak mau, yuki mau makan disini" protes Yuki mencoba menghentikannya. Seiring perdebatan yang terjadi sebuah berita di televisi restoran menampilkan deretan mobil yang terlibat kecelakaan beruntun. Yuki, mama, ayah dan para pengunjung yang lain menyimak berita tersebut.
"Kecelakaan penumpang yang melibatkan penumpang merk Toyota dan sebuah bus ini mengakibatkan kecelakaan beruntun yang menewaskan 10 orang 2 diantaranya di bawa ke rumah sakit terdekat akibat luka dibagian kepala yang serius dan 3 orang mengalami luka ringan" Ucap sang pembawa berita
"Pihak kepolisian mengungkapkan jalanan yang licin membuat rem tidak berfungsi dengan optimal ditambah hujan deras juga membuat jarak pandang terbatas" lanjutnya
Semua orang yang mendengar berita itu terkejut. Terlebih lagi mama dan ayah, jika saja mereka tidak makan terlebih dahulu disini maka seharusnya mereka sudah berada disana. Tempat dimana kecelakaan tersebut terjadi.