Chereads / AMNESIA* / Chapter 7 - PENYESALAN

Chapter 7 - PENYESALAN

Renata berjalan pulang dengan gontai, sesampainya dirumah dia melihat Mamanya tengah duduk bersantai disofa seraya melihat majalah. Renata menghampiri tanpa basa-basi dia langsung menanyakan intinya.

"Apa benar papa adalah ayah kandung dari Fisya?" Mama Renata sangat terkejut mendengar pertanyaan yang sangat tiba-tiba.

"Apa maksud kamu?"

"Renata melihat foto papa dirumah Fisya"

Mama Renata panik mendengarnya, dia berpikir jika Mama Fisya sudah menceritakan semuanya "Apapun yang kamu dengar dari mereka itu tidak benar". Renata tersenyum sinis mendengar jawaban dari Mamanya.

"Mereka bahkan belum bercerita apapun. Rahasia apa lagi yang Mama sembunyikan?" sarkasnya, Renata tahu Mamanya banyak menyembunyikan rahasia darinya. Renata masuk kekamar tanpa memedulikan Mamanya memanggil.

***

"Jika saja aku dapat meminta, aku harap ayah ada disini bersama kita" Fisya tersenyum, matanya berbinar antara kesedihan dan terharu. Para penonton yang menyaksikan ikut terbawa suasana saat Fisya menangis, malah ada penoton yang sudah terisak sedari tadi, tidak salah jika dia dinobatkan sebagai 'Ratu Drama' aktingnya sangat bagus dia tahu bagaimana membuat para penonton hanyut dalam cerita.

"Saat menangispun dia terlihat cantik" puji Elsa yang sedari tadi menyaksikan pertunjukkan, pandangannya tidak bisa lepas dari sosok Fisya. Tidak lama kemudian adegan berganti, Fisya kebelakang panggung namun mendadak kepalanya terasa sakit dia pun jatuh pingsan membuat yang hadir terkejut. Panitia dan guru berdatangan menghampiri Fisya, seorang guru mengecek kondisi Fisya

"Bawa ke ruang UKS"

***

Dari atap sekolah Renata melihat semua yang terjadi, kepanikan orang-orang akan 'pingsannya' Fisya saat acara dimulai, Renata memperhatikan mereka semua pandangannya mengikuti tubuh Fisya yang dibawa masuk keruang UKS bersamaan dengan Mama Fisya yang mengikuti dari belakang ekspresi Renata berubah saat melihatnya entah apa yang dia pikirkan.

Yuki berlari menuju basecamp tempat dimana murid teater biasa berlatih, disaat yang lain tengah sibuk mencari tahu 'apa yang terjadi dengan Fisya' Yuki justru mencari seseorang yang bisa menyelamatkan nyawa Fisya sebelum semua tragedi terjadi. Sesampainya dilokasi Yuki justru tidak menemukan siapapun didalam, Yuki menghembuskan napas kesal.

"Dimana dia?" tanya Yuki kepada diri sendiri.

Beep..

Suara hp berbunyi dilayar menampilkan sebuah pesan Yuki membukanya dan dengan segera berlari meninggalkan tempat tersebut, tanpa disadari Yuki sempat berpapasan dengan Iqmal saat menuju tangga. Iqmal hanya melihat Yuki sekilas.

***

Sesampainya, tanpa basa-basi Yuki langsung meminta Renata untuk menjaga Fisya malam ini, Renata yang mendengar menatap sinis kearah Yuki dan tidak memedulikannya.

"Gua serius! Malam ini Fi.. tolong jaga dia" Mohon Yuki

Renata mengernyit "Apa alasannya?". Yuki terdiam, dia tidak tahu apakah harus mengatakan yang sejujurnya tapi apa Renata akan percaya padanya.

Renata membalikkan badan kembali melihat ke bawah. Sebuah mobil sedan berwarna hitam memasuki kawasan sekolah seorang pria paruh baya keluar dari mobil tersebut Renata mengenalinya, pria yang hampir setahun ini dia panggil dengan sebutan 'Papa'

"Putri kandungnya pingsan tentu saja dia datang" Gumam Renata.

"Ren?" panggil Yuki tidak mendengar gumaman Renata barusan.

"Fisya gak butuh gua, ada banyak.. "

"Jangan sampai lo menyesal... kedua kalinya"

***

Yuki tiba dirumah Fisya, dia sangat khawatir itu sebabnya dia datang menjenguk sejujurnya dia lebih khawatir jika kejadian dulu terulang. Yuki juga tidak bisa memastikan Renata akan membantunya jadi dia akan melakukannya sendiri seperti saat dia mengubah takdir orangtuanya.

"Selamat malam, Fisya ada bu?" sapa Yuki ramah setibanya dirumah Fisya.

Fisya yang melihat Yuki cukup terkejut mengetahui Yuki datang berkunjung, Yuki bukan tipe orang yang mudah untuk didekati meskipun saat SMP mereka pernah satu sekolah bersama.

"kamu baik-baik aja?" tanya Yuki saat Mama Fisya telah pergi meninggalkan mereka berdua.

"Aku baik-baik saja tidak perlu khawatir" jawab Fisya tatapannya terlihat heran karena ini pertama kalinya Yuki datang kerumahnya.

"Maaf, kedatangan aku mengganggu. Aku hanya khawatir" ucap Yuki tulus, dia memang benar mengkhawatirkan Fisya

Fisya tersenyum tipis mendengarnya dia memperhatikan Yuki yang tengah duduk tidak jauh dari dirinya "Entah kenapa aku merasa kamu berubah, dari Yuki yang aku kenal saat SMP". Yuki tersenyum dia mengakui jika dirinya memang berubah.

Mama Fisya datang dan menanyakan kepada Fisya tentang resep obat yang diterimanya, Fisya mengambil tasnya dan memberikan resep obat tersebut.

"Yaampun, obat ini harus segera ditebus" ucap Mama Fisya saat melihatnya. Dia segera mengambil tas hendak pergi namun Fisya sudah mencegatnya terlebih dahulu

"Biar Fisya aja yang beli mah" ucap Fisya kembali mengambil kertas resep dari tangan Mamanya

Mama Fisya terlihat khawatir, anaknya baru saja pingsan bagaimana jika dia pingsan kembali. Yuki berdiri menawarkan diri untuk menemani Fisya menebus obat diklinik terdekat.

"Kamu yakin gak apa-apa?" tanya Mama meyakinkan. Fisya mengangguk pelan seraya tersenyum

"Tenang saja tante, aku akan menjaganya" balas Yuki meyakinkan. Merekapun pergi bersama ke klinik terdekat menggunakan motor. Bertepatan dengan perginya Yuki dan Fisya sebuah mobil masuk kedalam halaman rumahnya, Mama Fisya memperhatikan seorang wanita turun dari mobil tersebut.

***

Renata berjalan sendirian masih memakai seragam sekolahnya meskipun hari telah gelap namun Renata tidak ingin pulang kerumah. Ia mengingat ucapan Yuki saat berada diatap sekolah

Flashback

"Jangan sampai lo menyesal... kedua kalinya" sela Yuki tatapannya bertemu dengan Renata memohon kepadanya.

"Maksud lo?"

"Pokoknya jangan sampai lo menyesal kehilangan sahabat terbaik lo" alasan Yuki, tapi tatapannya sangat memohon kepada Renata untuk menjaga Fisya.

End

Renata terus berjalan, berjalan, dan berjalan hingga tanpa dia sadari dirinya sudah tiba dirumah Fisya. Entah bagaimana caranya dia bisa kesana mungkin dia terlalu memikirkan ucapan Yuki padanya yang seolah-olah Fisya akan pergi untuk selamanya.

"Bodoh" gerutu Renata saat sadar jika dirinya sudah tiba didepan pagar rumah tersebut. Renata hendak pergi dari sana namun matanya melihat sebuah mobil yang dia kenali itu adalah mobil Mamanya.

"Kenapa Mama ada disini?" tanya Renata seorang diri. Renata akhirnya memutuskan untuk masuk kedalam beruntung pagar rumah Fisya tidak terkunci. Dia mendengar percakapan antara Mamanya dan Mama Fisya.

"Aku kesini ingin minta maaf" ujar Mama Renata kepada Mama Fisya yang berada didepannya.

"itu adalah hak kamu untuk 'minta maaf' dan hak aku juga untuk memaafkan atau tidak" balas Mama Fisya ketus

"semua yang kulakan untuk Renata, untuk anakku kamu tahu itu" ucap Mama Renata memberikan alasan. Mama Fisya yang mendengar alasan yang sama berulang kali cukup bosan, dia menghembuskan napas pelan

"berhentilah berpura-pura menjadi orang yang paling tersakiti dan berhentilah menggunakan anakmu. Dia tidak bersalah"

"aku sungguh tidak tahu, jika saja aku tahu aku pasti tidak akan melanjutkannya, sungguh aku melakukan semua ini hanya untuk Renata".

Mendengar perkataan Mamanya membuat Renata muak, dia akhirnya berteriak menghentikan percakapan tersebut. Mama Fisya kaget saat tahu Renata berada disana juga Mamanya dia lebih terkejut lagi. Tepat saat itu Fisya dan Yuki tiba disana melihat semua pertengkaran yang terjadi

"Ren" panggil Fisya. Renata tidak menanggapi Fisya dia hanya menatap lurus kearah Mamanya.

"STOP! Cukup ma, cukup menjadikan aku sebagai orang yang patut dikasihani" Renata berbalik menatap Fisya yang berada tak jauh disebelahnya "Dan berhenti membuat gua terlihat menjadi orang paling jahat karena mengambil ayah lo".

Fisya terdiam memperhatikan dia tidak tahu harus mengatakan apa. Mamanya dan Mama Renata juga terdiam membiarkan Renata melampiaskan semuanya. Renata kembali melihat Mamanya "Mama bilang tidak tahu tapi Mama tetap melanjutkannya, bagaimana bisa Mama menikahi seorang pria yang merupakan ayah kandung sahabatku sendiri!"

"Rena tidak seperti itu, dengarkan dulu nak" ucap Mama Renata membujuk anaknya agar tenang. Terlanjur sakit hati Renata tidak mau mendengarkan

"Dan lo Sya, bagaimana bisa lo nutupin ini semua.. Dari gua?!" ucap Renata kembali menatap Fisya

"Ren dengar dulu"

"CUKUP! gua memang ingin memiliki ayah tapi bukan seperti ini. Renata benci Mama, tapi gua lebih benci lo Sya" Ucap Renata.

Tak tahan dia memutuskan untuk pergi dari sana. Mamanya, Mama Fisya dan Fisya juga ikut mengejar Renata sedangkan Yuki hanya tediam dia seperti mengalami dejavu, Yuki melihat jam dipergelangan tangannya pukul 21:05 bayangan kesedihan itu seakan berputar didepannya.

Flashback in memory

Yuki masih mengenakan seragam sekolah padahal hari sudah gelap, selesai acara pentas seni tersebut sebenarnya Yuki hampir tiba dirumah namun belum sempat masuk kedalam Yuki teringat jika harus membeli sesuatu akhirnya dia balik lagi tapi itu bukan alasan kenapa dia masih berada dijalanan hingga gelap tiba. Ketua osis yang seharusnya kerumah Fisya tidak bisa hadir jadilah dia yang hadir sebagai perwakilan, setelahnya dari rumah Fisya dia tidak langsung pulang Yuki mampir kesebuah mall untuk membeli alat² dan bahan untuk pelajaran seni besok hari, terlalu asyik dia sampai lupa waktu.

"untung papa ada meeting diluar dan pas banget dimall yang sama jadi kamu bisa pulang bareng papa" ujar papa tetap fokus memperhatikan jalan.

"iya sih, tapi Yuki pulangnya jadi kemalaman tau gini Yuki pulang duluan tadi" balas Yuki cemberut dia sudah ingin masuk kekamarnya beristirahat. Hari ini sangat melelahkan terutama saat insiden pingsannya Fisya semua orang panik. Dan iya, Yuki terlambat pulang karena harus menunggu papanya selesai meeting.

Dipersimpangan jalan lampu merah menyala, mobil papa Yuki berhenti meski tidak banyak kendaraan yang lewat tapi dia tetap mematuhi peraturan lalu lintas. Yuki memperhatikan sekitar dia ingat jika belok kearah kanan maka dia akan tiba dirumah Fisya. Padahal sudah beberapa kali lewati jalan ini tapi dia baru tahu hari ini jika arah rumah Fisya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Yuki memang terkenal cuek dengan sekitar. Selang beberapa menit saat indikasi lampu merah sudah mencapai angka 10 para pengemudi seakan bersiap memacu kendaraannya bahkan ada yang sudah jalan terlebih dahulu. Dari mobil Yuki melihat Fisya tengah berlari menyebrang jalan asal hingga saat Fisya hampir sampai di seberang sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menghantamnya

BRAKK

Tubuh Fisya terseret beberapa meter dijalan, orang-orang yang melihat berteriak histeris bahkan papa Yuki sempat turun dari mobil. Yuki terlihat syok dia terdiam dikursinya tidak tahu harus berbuat apa, kejadian tersebut begitu tiba-tiba

Flashback off

Yuki telah tersadar dia pun segera ikut menyusul mengejar Renata lebih tepatnya dia berusaha menahan Fisya agar kejadian tersebut tidak terulang lagi. Tepat dipersimpangan saat Renata telah sampai ditrotoar jalan Yuki berhasil meraih tangan Fisya

"Please sya, sebentar aja" Fisya yang bingung dengan sikap Yuki mencoba melepas tangannya

"Jangan kesana" ucap Yuki lagi. Kali ini Fisya diam tidak memberontak tapi bukan karena ucapan Yuki melainkan karena dia melihat dari jauh sebuah mobil melaju dengan cepat padahal lampu masih menunjukkan warna merah, Fisya melihat kearah Renata mobil tersebut akan menabraknya. Dengan cepat Fisya melepaskan pegangan tangan Yuki dan berlari menuju Renata sebelumnya Fisya seakan mengucapkan 'terimakasih' kepada Yuki.

Fisya mendorong tubuh Renata hingga terjatuh mengenai aspal sebelum mobil tersebut menabraknya, seakan ingin menggantikan tubuh Renata dengan tubuhnya

BRAKK

Tubuh Fisya terseret beberapa meter dijalan, orang-orang yang melihat histeris. Mama Fisya yang paling histeris melihat putrinya tewas mengenaskan, Renata berteriak memanggil nama sahabatnya itu, Mama Renata sangat syok melihatnya sedangkan Yuki terpaku seakan tidak percaya dia melihat Fisya mati untuk kedua kalinya.

"Aku pikir dengan mengubah takdir akan membuat bahagia dan mencegah kesedihan yang seharusnya tidak pernah ada, namun nyatanya aku hanya menunda kesedihan itu dan membuat luka lebih dalam"

Yuki ingin menangis dan berteriak tapi airmatanya tidak keluar, dia memperhatikan sekitar Renata yang menangis, Mama Renata yang syok, Mama Fisya yang histeris dan orang-orang yang mulai berdatangan. Suara tangisan dan jeritan terdengar namun Yuki tidak bisa mendengarnya, bumi mendadak hening suara-suara seakan hilang. Yuki gagal, dia gagal mengubah takdir Fisya.

Malam semakin gelap, lebih gelap dari biasanya. Terlihat mendung, tapi hujan tidak ingin turun dia hanya mengirimkan angin kepada penduduk bumi. Angin menerpa wajah Yuki pelan namun itu bukan angin sejuk itu adalah angin kesedihan.