"Aku pikir dengan mengubah takdir akan membuat bahagia dan mencegah kesedihan yang seharusnya tidak pernah ada, namun nyatanya aku hanya menunda kesedihan itu dan membuat luka lebih dalam" -0412-
Musim panas tiba mengawali hari pagi dengan upacara bendera semakin menambah kesan panas, beruntung diriku berdiri disebelah seseorang yang cukup tinggi membuatnya sedikit terhalang dari pancaran matahari yang semakin menyengat.
"Enak ya Ki adem" bisik pria yang berada disebelah dengan sikap sempurna
"Ini untungnya jadi orang pendek, hehe" ledekku kearahnya
"SIKAP SEMPURNA, JANGAN NGOBROL, BENDERA MAU DIKIBARKAN!" Teriak Pak Hadi dari belakang barisan membuat para siswa yang mendengar langsung mengubah posisinya dengan sempurna.
30 menit berlalu dan upacara pun selesai, seluruh siswa kembali ke kelas mereka masing-masing termasuk aku dan teman yang lain. Kami berjalan santai menelusuri koridor kelas, biasanya ada jeda waktu 10 menit untuk kami beristirahat sebelum memulai pelajaran.
"Aku ingin makan ice cream" Bujuk Elsa sambil berjalan memelukku dari belakang. Aku melepas pelukannya dan menariknya hingga berhadapan denganku.
"Kamu harus menjaganya, jangan sampai membuatku malu" Balasku sembari mencubit kedua pipinya pelan
"Hari ini panas sekali, pokoknya aku mau ice cream" rengek elsa menunjukkan wajah imutnya ke hadapanku. Tak tega aku pun meng'iya'kan keinginannya "Oke kita beli ice cream yang banyak khusus buat elsa". Setelah mengatakan itu kami berdua tertawa.
Menelusuri koridor sekolah terdengar siswa-siswi berbisik membicarakan sesuatu. Kami berjalan tak peduli hingga tiba di mading sekolah banyak siswa berkerumun, mereka melihat papan pengumuman lalu pergi dengan ekspresi yang beragam. Ada yang terlihat senang, kecewa dan tidak peduli atau hanya sekedar cukup tahu. Elsa menghentikan langkah salah seorang yang hendak pergi
"Hei! Ada apa disana?" tanya Elsa
"Oh.. itu pengumuman pemeran pentas drama"
"Siapa tokoh utamanya?" tanya Yuki ikut nimbrung dalam percakapan.
"You know lah, siapa lagi kalo bukan drama queen kita" balas pria tinggi itu lagi
"Fisya!" jawab kami berdua hampir bersamaan. Tokoh yang kami bicarakan pun datang, dengan angkuh fisya berjalan memecah kerumunan para siswa yang melihat si tokoh utama hanya menyingkir memberikan jalan kepadanya. Fisya memperhatikan daftar nama yang tertera di mading, dia tersenyum heran lalu berubah datar seakan bukan hal baru lagi jika dirinya mendapat peran utama. Lalu matanya terfokus pada satu nama di dalam daftar, dia menghembuskan napas pelan. Setalah puas melihat fisya pergi dan membiarkan orang-orang membicarakannya lagi. Saat akan pergi tanpa sengaja matanya beradu pandang dengan yuki yang juga menatapnya tak jauh dari tempatnya. Fisya memalingkan wajahnya dan pergi dari tempat tersebut dengan acuhnya.
"Aku suka aktingnya, sangat natural. Gak salah kalo dia selalu dapat peran utama. Ya kan Yuk?" tanya Elsa membuyarkan lamunan Yuki
"Ah.. Eng.. gua lebih suka suara nyanyian lo. Ayo ke kelas" ajak Yuki sembari menarik lengan Elsa menuju kelas
***
Ditempat yang lain, dari luar sebuah rumah sederhana yang tertata rapi kamu bisa melihat tanaman yang ditata dengan sangat baik, air mancur kecil ditengah halaman dan rerumputan hijau, siapapun yang melihatnya pasti betah berlama-lama. Namun siapa sangka di dalam rumah tersebut tidak seindah yang terlihat diluar. Banyak perabotan rumah yang berantakan dan beberapa barang pecah belah berserakan di lantai lengkap dengan pecahan kacanya. Seorang wanita paruh baya mencoba berdiri menghiraukan luka yang ada ditubuhnya, dia duduk diatas sofa tatapannya menyapu seluruh ruangan lalu tiba-tiba dia menangis tersedu-sedu.
"Maafkan aku" Lirihnya dengan suara serak.
***
Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, Pak guru mengakhiri pelajarannya dengan tugas yang harus dikumpulkan minggu depan. Yuki membereskan barangnya dia memasukkan semua ke dalam tas dan menyisakan beberapa buku untuk dia letakkan di dalam loker. Setelah semua siap dia meletakkan tasnya disebelah bahu kanannya dan tidak lupa yuki juga membawa tas elsa, temannya tersebut telah dispen selama jam ketiga pelajaran untuk melakukan pelatihan.
Yuki berjalan keluar kelas dipertengahan langkahnya terhenti, pandangannya teralihkan oleh para siswa pria yang berada di lapangan olahraga. Yuki mengunci salah seorang dari mereka dalam pandangannya dia adalah Iqmal. Dia memperhatikan orang tersebut yang tengah asyik bermain dengan bolanya, sesekali iqmal berhasil mencetak three point namun beberapa kali dia tidak berhasil memasukkannya.
"Semuanya telah berubah, kesedihan yang memang seharusnya tidak pernah ada" Gumam Yuki lantas dia pergi dari sana dengan perasaan lega. Tanpa disadari dari tengah lapangan Iqmal memperhatikannya dengan raut wajah yang tidak bisa dijelaskan.
"WHY?! KENAPA SELALU LO? GUA BERUSAHA MATI-MATIAN UNTUK PERAN ITU TAPI KENAPA SELALU LO?" teriak seorang gadis dengan kuncir kuda kearah Fisya dengan tatapan tajam terlihat sangat marah dengan gadis didepannya itu.
"Lo tahu itu bukan kemauan gua, Bu Siska yang pil .."
"Lo bisa nolak" sela gadis tersebut sebelum Fisya bisa menyelesaikan kalimatnya
"Apa lo pikir gua ngambil sesuatu yang seharusnya jadi milik lo?" tanya Fisya menahan airmata yang hendak keluar sedari tadi
"Seharusnya kita tidak pernah bertemu" jawab gadis tersebut menghiraukan pertanyaan Fisya.
"Lo pikir gua senang ketemu sama lo setelah semua yang sudah terjadi!" teriak Fisya membuat gadis tersebut menoleh kearahnya
"Lo bertanya ke gua 'kenapa selalu gua yang dapat peran utama?' Lo mau tahu jawabannya" tanya Fisya berjalan mendekat ke arah gadis dengan nametag Renata Asyahra "Karena lo gak pantas" lanjutnya lalu pergi dari tempat tersebut. Sedangkan renata geram mendengarnya lantas dia melempar bungkusan plastik yang sempat fisya berikan sebelum pertengkaran mereka terjadi.
"Sorry, seharusnya tadi gua gak ngajak lo ke atap" sesal Elsa kepada Yuki setelah mendengar semua pertengkaran yang seharusnya tidak mereka dengar
Yuki menghembuskan napas dia melirik kearah elsa "rahasia kan ini" yang dibalas anggukan pelan oleh elsa
***
30 menit sebelumnya
Yuki berada di minimarket dia sedang membeli beberapa buah ice cream untuk elsa, setelah di rasa cukup dia menuju ke kasir untuk membayar belanjaannya.
"Fisya?" tegur Yuki saat melihat fisya berada di tempat yang sama dengannya. Fisya menoleh ke belakang melihat yuki tengah tersenyum kearahnya.
"Ah.. gua yuki murid 01-IPA1" jawab yuki memberitahu. Fisya memperhatikan seragam yang dikenakan yuki sama dengan yang dikenakannya, lalu perhatiannya tertuju ke salah satu atribut disebelah kiri yuki
"OSIS" ucap Fisya kemudian. Yuki terdiam sesaat hingga fisya menunjuk pita hitam yang terikat dilengan kirinya. Yuki menoleh kearah pita tersebut dia pun tersenyum malu ke arah fisya.
"Totalnya 28900" ucap salah seorang kasir memberitahu total harga dari belanja yang dibawa oleh fisya. Dia kembali menghadap kedepan mengeluarkan uang 10 ribu dan 20 ribuan untuk diserahkan ke kasir.
setelah selesai melakukan transaksi dia pun berpamitan kepada yuki sebelum akhirnya pergi Yuki melihat fisya yang hendak pergi lalu dia mengingat peristiwa yang sama seperti yang dialaminya
"Fisya!!" panggilnya saat Fisya hampir keluar.
"Apa?" bingung harus mengatakan apa, yuki justru mengatakan tentang cuaca yang indah. Fisya yang merasa heran mendengar perkataan yuki hanya mengangguk menyetujuinya.
"Ah fisya, lo mau latihan?" tanya yuki mendadak saat melihat fisya hendak pergi lagi. Fisya menatap yuki tak suka karena telah membuang waktunya untuk hal yang tidak penting.
"Ya" jawabnya singkat lalu pergi meninggalkan yuki.
"Seharusnya gua menahannya lebih lama lagi" gumam Yuki melihat kepergian Fisya
***
Didalam ruangan para anggota klub musik tengah sibuk latihan untuk pentas seni sekolah mereka nanti. Elsa tengah berlatih vokal bersama dengan temannya yang lain, saat dia tiba untuk bernyanyi semua orang memperhatikannya dan ikut menikmati alunan musik.
Daun Jatuh – Resah Jadi Luka
Ku menemukanmu saat ku terjebak
Disituasi yang membuatku resah
Kau merangkulku disaat yang lain menindasku
Ingin rasanya aku selalu bersamamu
Tapi mengapa tiba-tiba seakan kamu pergi
Melepas rangkulanmu dan berhenti melindungi tanpa sebab
Mungkin alam semesta tak menerimanya
Dan waktu tak memberi kesempatannya
Tapi setidaknya kau telah merubahku dari resah menjadi luka
Kau menemukanmu saat ku terjatuh
Kedalam ruang yang penuh kepahitan
Kau melindungiku disaat yang lain menyerangku
Ingin rasanya aku melihatmu disetiap langkahku
Tapi mengapa tiba-tiba seakan kau pergi
Melepaskan rangkulanmu dan berhenti melindungiku tanpa sebab
Mungkin alam semesta tak menerimanya
Dan waktu tak memberi kesempatannya
Tapi setidaknya kau telah merubahku dari resah menjadi luka
Namun aku akan tetap disini menunggu alam semesta menerima
Dan angin membawakan jawabannya
Karena detak jantung dan nadiku akan selalu.. merindukanmu
Semua bertepuk tangan saat mendengar musik telah berakhir, elsa tersenyum puas melihat ke arah teman-temannya yang telah berhasil menyelesaikan lagunya dengan baik. Yuki yang juga berada diruangan tersebut ikut bertepuk tangan dan bersorak heboh.
"ELSAAA KEREN!" elsa yang melihat itu lalu turun dari atas panggung dan menuju kearah yuki. Melihatnya yuki lalu memberikan bungkusan plastik yang berisi ice cream kepadanya. Dengan raut wajah senang elsa menerima bungkusan tersebut dan membagikan beberapa ice cream kepada teman-temannya yang berada diruangan
"Atap" ucap Elsa memberi kode kepada yuki dengan jari telunjuk mengarah keatas. Yuki tersenyum dan langsung menggandeng lengan elsa. Mereka pun pergi ke atap sekolah setelah berpamitan dengan pelatih untuk menikmati ice cream bersama.
***
Renata menarik lengan siswi tersebut dan menyeretnya keatap gedung, siswi itu terlihat kesakitan saat renata menariknya. Dia berusaha melepaskan pegangan renata dari tangannya
"Lepas"
"Apa lo belum puas kepilih di festival theater sampai lo juga harus ambil peran itu?" tanya Renata kepada seorang siswi yang merupakan temannya.
"Gua gak tahu" jawabnya
"Bohong! Buktinya lo ikut casting"
"Mana gua tahu kalo casting itu untuk peran drama ini. Lagipula gua disuruh sama.."
"WHY?! KENAPA SELALU LO? GUA BERUSAHA MATI-MATIAN UNTUK PERAN ITU TAPI KENAPA SELALU LO?" teriak Renata kesal bercampur marah kepada temannya tersebut. pertengkaran terus berlanjut tanpa mereka sadari ada orang lain yang mendengar perdebatan mereka. Disisi lain dari atap gedung tersebut, elsa hendak keluar untuk menghentikan pertikaian, namun yuki menahannya dan mengatakan kepada elsa bahwa itu bukan urusan mereka jadi lebih baik mereka tetap diposisi mereka hingga pertengkaran tersebut selesai.